Justru motivasi "keberkahan silaturahim" yang disunnahkan Nabi kurang disadari. Nabi Muhammad SAW bersabda :"Barangsiapa ingin lapangkan pintu rizqi untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahim." (HR. Bukhari).Â
Jikalau mereka menyadari keberkahan silaturahim ini, niscaya mereka akan mendorong, bahkan "memaksa" anak-anaknya agar sedini mungkin memiliki "semangat silaturahim". Semua orang tua pasti ingin anak-anaknya sukses. Untuk itu mereka rela membayar biaya sekolah yang terbaik walaupun mahal.Â
Dalam dunia modern, "Silaturahmi" dikenal sebagai "Networking", yaitu membangun dan membina "jaringan" dalam waktu jangka panjang dan saling menguntungkan". Memiliki relasi yang luas dan hubungan baik adalah landasan (fundamen) kesuksesan.Â
Kita perlu belajar dari kiat sukses berbisnis masyarakat China. Dalam budayanya dikenal  "Guanxi" yang sama artinya dengan "networking", khususnya dengan keluarga besar yang se-marga.  Guanxi  menjadi elemen dasar dalam struktur masyarakat China yang mengedepankan hubungan interpersonal yang baik.
 Jika ada keluarga yang buka toko, saudara-saudaranya akan membeli di toko itu untuk membantu cashflow-nya. Jika ada anak muda semarga yang baru lulus dan mencari kerja, maka yang punya bisnis akan merekrutnya. Jika ada anggota semarga yamg butuh modal usaha, maka yang punya rezeki lebih akan membantunya.
 Semangat kekeluargaan dan gotongroyong itulah yang membuat bisnis mereka semakin maju dan semakin kaya raya. Ternyata mereka lebih menjalankan dan memanfaatkan "keberkahan" silaturahim (Networking / Guan xi) dalam melapangkan pintu rezeki dan memperpanjang umur.
 TANTANGAN SILATURAHIMÂ
2 tahun Pandemi dengan "physical distancing" mengakibatkan silaturahim kita makin renggang. Terpaksa fokus pada keluarga di rumah. Tidak ada acara silaturahmi tatap muka.
 Apa jadinya jika kita membiarkan generasi muda abai akan silaturahim keluarga besar... apalagi jika orang tua mereka sudah tiada? Bisa dipastikan mereka akan melupakan asal usul leluhurnya ("bagai kacang lupa pada kulitnya"). Juga akan terjadi "kepaten obor" yaitu padamnya api kekeluargaan, alias putusnya silaturahmi dengan keluarga besar.
 SILATURAHMI ADALAH BAKTI PADA ORANG TUAÂ