Ironi masa kini. Makin meluas edukasi tentang Cerdas finansial sampai kebebasan finansial. Justru semakin banyak orang yang tidak sejahtera. Ternyata antara mengetahui dan mengimplementasikan ada jarak yang begitu jauh. Antara harapan dan realita, antara teori dan praktek.Â
Semua berawal dari ketidakmampuan mengelola keuangan pribadi. Yang dipentingkan hanya mencari uang, bukan mengelola uang. Akibatnya, tidak bisa membedakan kebutuhan dan keinginan. Semakin besar penghasilan, semakin besar pengeluaran. Lifestyle dijadikan ukuran kesuksesan seseorang.Â
Kartu kredit dan Pinjaman Online dianggap sebagai penghasilan tambahan. Utang konsumtif diumbar, utang produktif diabaikan. Semakin mudah untuk berhutang, semakin sulit untuk melunasinya.
 Negara makin banyak berhutang. Rakyat mencontohnya dalam kehidupan seharian.
 Galobtulob.. Gali lobang tutup lobang menjadi ketrampilan hidup... agar dapat survive dari ke hari. Lingkaran setan tanpa ujung.Â
Sesungguhnya, Uang dan Utang hanya dibedakan 1 huruf... huruf T, yaitu Tekor... Besar pasak daripada tiang.Â
Tanpa Utang, hidup senang, matipun tenang... Supaya kita bisa memberikan ahli waris berupa warisan uang, bukan justru membebani keluarga dengan warisan utang.
 *Pandji Kiansantang, inspirasi dari sesi SHANI via zoom "Cerdas Finansial Pasca Pandemi" oleh Henli Salim pada Sabtu, 4 Juni 2022 malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H