Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Love

Purnami, Gadis Bali

31 Agustus 2021   00:45 Diperbarui: 31 Agustus 2021   04:53 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

.


Kulihat Bulan Purnama pada malam ini. Indah terang benderang di tengah kegelapan malam. Bulan Purnama tampil percaya diri di Bali. Seakan tahu umat Hindu Bali mengistimewakan keberadaannya. Bukan hanya menyajikan sesajen tapi juga melukat, mandi suci pada malam bulan purnama di Pura Tirta Empul.

Indahnya Purnamasidi malam ini mengingatkanku padamu. Wajah berseri-seri dengan senyum manis. Cekatan melayaniku dengan ramah ketika aku mengirim paket ke Jakarta di tempatmu bekerja.

Siapa namamu gek? ketika itu aku bertanya. Purnami, jawabmu dengan tersenyum. Sesudah itu aku keluar dari kantor jasa pengirimanmu. Kuingat jelas waktunya. Di hari Merdeka, tujuh belas Agustus. Di luar tampak bendera merah putih berkibar gagah di sepanjang jalan di Ubud, Bali.

Pertemuan yang hanya 5 menit dan hanya bertukar kata beberapa saja. Entah mengapa, wajahmu terus melekat di ingatanku. Beberapa kali aku melewati tempat kerjamu, aku hanya melihatnya sambil jalan dengan berucap dalam hati "Hai Purnami".

Purnami, gadis Bali. Namamu terdengar indah apalagi di saat Purnama yang sedang kutatap sekarang ini. Ingin rasanya kubuat lagu dengan judul namamu, sebagaimana Ebiet G. Ade membuat berjilid-jilid lagu berjudul "Camelia".

Purnami, akhirnya aku memilih untuk mengambil cara dari lagu Ebiet G. Ade lainnya. Lagu favoritku yang sendu "Lagu untuk Sebuah Nama". Lagu yang kunyanyikan ketika menjadi penumpang seorang diri di Bus Trans Metro Dewata dari Denpasar menuju Ubud tiga minggu lalu.

"Mengapa dadaku mesti berguncang
Bila kusebutkan namamu?
Sedang kau diciptakan bukanlah untukku, itu pasti.
Tapi aku tak mau peduli
Sebab cinta bukan mesti bersatu..."

Apakah daku jatuh cinta? Aku tidak tahu itu. 75 hari di Bali seorang diri. Kusudah bertemu dengan banyak wanita, tapi tak pernah merasakan seperti ini.

Aku tidak mencari cinta baru di Bali. Tak ada niatan menyemai cinta kasih di Bali. Itu bukan tujuan kedatanganku di Bali. Niatku adalah Menulis dan mencari nafkah di pulau yang indah ini. Selalu sadar bahwa aku ada di sini berkat doa restu istriku di Jakarta. Tak ada niat untuk mengkhianati kepercayaannya.

Ya benar Purnami, aku pria beristri. Aku bukan pemuda lajang yang berkesempatan untuk memadu cinta denganmu. Seperti lirik sebuah lagu, "Aku di sini, engkau di sana". Bahkan kaupun pasti tak menyadari perasaanku ini padamu.

Purnami, kau takkan ingat siapa aku. Hanyalah seorang customer dari puluhan customer yang silih berganti datang ke kantormu setiap hari. Hanya satu orang dari banyak customer yang kau layani dengan ramah dengan senyum manismu.

Biarlah aku mengagumimu diam-diam dari jarak jauh. Bagaikan aku selalu mengagumi keindahan Bulan Purnama seperti malam ini.

Mengagumi tak perlu memiliki. Melihat tanpa perlu menyentuh. Menginspirasiku untuk menikmati dan mensyukuri keindahan dunia. Kau menjadi bagian pesona Bali bagiku.

Oh Purnami, Purnama di Bali...

*Pandji Kiansantang, Ubud, 31 Agustus 2021 jam 1 dini hari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun