Air mataku masih saja menetes pagi ini... mengenang kedua saudari sepupuku yang meninggal dunia setelah terpapar Covid pada hari Jum'at kemarin. Kak Sri Rejeki binti Pandji Wiranata (74 tahun) dan Sinta Novellita binti Seharto (50 tahun). Bagiku kehilangan 2 saudara dalam 1 hari adalah Tragedi...Â
That's WORST day in my life... "Bagai kehilangan "family soulmates".. ada yang "hilang" sejak hari itu dari diriku... Kiamat kecil" dalam hidupku yang masih meninggalkan rongga luka di relung hatiku. Â
Tragedi 4 tahun lalu itu menyadarkanku .. bahwa "Anything can happen beyond our expectation"... agar harus siap pada "worst case scenario"...Â
Peristiwa tragedi KEMARIN Jum'at semakin menyadarkanku bahwa hidup ini fana (sementara). Kita semua hanya "numpang lewat"... sang musafir. Segala kepemilikan duniawi hanya "hak pakai", bukan "hak milik".Â
Oleh karenanya ada 3 Pelajaran Hidup :Â
1. Kita harus SIAP melepaskan orang yang kita Cintai kapanpun itu terjadi.. cepat atau lambat. Ikhlas, legawa karena yakin semuanya itu adalah rencana TERBAIK Sang Pencipta... Qadarullah...Â
Kemarin kawanku  mengkoreksiku "Jangan bilang  meninggal KARENA Covid" karena sesungguhnya "Sakit karena Covid, tapi Meninggal KARENA Ajalnya sudah tiba, waktunya dipanggil "pulang" oleh Sang Khaliq.Â
2. Kita harus SIAP meninggalkan dunia ini... kapan pun itu... termasuk meninggalkan orang-orang yang kita sangat cintai. Kematian adalah keniscayaan yang pasti terjadi. Kita semua sedang dalam ANTRIAN menuju gerbang "perjalanan abadi" ke kehidupan akhirat, hanya saja kita TIDAK pernah tahu kapan kita berangkat (di situlah yang membuat hidup ini menjadi misterius sekaligus "menantang")Â
Semua orang INGIN Masuk Surga, tapi tak ada yang MAU Mati, padahal syarat untuk dapat masuk Surga adalah Mati terlebih dulu...Â
Pertanyaan besarnya : SUDAHKAH kita kita Siap? Jujur kita tidak akan pernah siap... karena TIDAK pernah mau "mempersiapkan diri".Â
Ketika akan traveling ke luar kota apalagi ke luar negeri, pastilah kita akan bersiap siap : "Packing". Makin lama kita traveling, makin banyak yang dibawa. Itu persiapan untuk perjalanan beberapa hari...Â
Bagaimana untuk "Eternal Traveling" perjalanan abadi ke kehidupan kekal di akhirat? Apakah kita sudah MULAI Packing ? Seberapa BANYAK persiapan yang akan dibawa?Â
That is the ULTIMATE QUESTION... yang akan menentukan Sukses / Gagal kita dalam tahapan akhir dalam kehidupan kita.Â
Mempersiapkan bekal kehidupan akhirat berupa amal ibadah sebanyak mungkin... yang memungkinkan kita untuk lolos dari hisab... mampu terus berjalan tanpa jatuh di jembatan "rambut dibelah tujuh" (Sirathal Mustaqim) dan mampu mencapai "final destination" (tujuan akhir) Surga Jannah.Â
That's the REAL "happy ending" in our life.Â
3. Selagi masih dalam "antrian menuju keabadian", maka BERSYUKURLAH kita masih dikaruniai kehidupan.. tambahan usia walau hanya 1 hari lagi..masih  bisa bangun pagi, melihat keluarga yang kita cintai, merasakan kehangatan mentari pagi, bisa melakukan hobi yang kita gemari ... dan berbagai kenikmatan yang akan HILANG seketika saat kita "Dipanggil pulang".Â
Kalau ada pelajaran pahit dari pandemi ini adalah  virus ini dapat menyerang siapa saja, tak kenal tua atau muda, sehat atau yang punya penyakit komorbid. Resiko fatalnya adalah kematian. Berkat virus kita makin menyadari arti penting menjaga kesehatan (termasuk dengan menata hati dan menata fisik dengan olahraga dan makanan sehat) dan melindungi dengan Prokes ketat.Â
*Pandji Kiansantang, Sabtu 10 Juli 2021 jam 6 pagi WITA di Pantai Matahari Terbit, Sanur, Bali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H