Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hidup adalah Pendakian: Inspirasi Hari Gunung Sedunia

11 Desember 2020   17:26 Diperbarui: 11 Desember 2020   17:34 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, 11 Desember diperingati sebagai "Hari Gunung Sedunia"  (International Mountain Day). Pertamakali diperkenalkan dalam Sidang Umum PBB pada Desember 2003 untuk mewujudkan kesadaran pentingnya Gunung, baik bagi kelangsungan hiduo manusia, maupun flora dan fauna di dalamnya.

 Lebih dari seperlima, atau 22% permukaan bumi adalah pegunungan sehingga sering disebut "pasak bumi". Lebih penting lagi bagi kehidupan, Gunung menyediakan 80% Air Segar (Fresh water) di bumi. Gunung juga merupakan rumah bagi 13% populasi dunia. 

Tanah air kita sendiri memiki jumlah gunung berapi terbanyak di dunia, sekitar 500 buah dimana 127 di antaranya adalah "Gunung berapi aktif". Rangkaian gunung berapi di nusantara ini dikenal sebagai "Ring of Fire". 

Dalam sejarah dunia, bencana alam terdahsyat terjadi di Indonesia, seperti letusan Super volcano Toba pada 74 ribu tahun lalu yang mengakibatkan Zaman Es, letusan Gunung Tambora di Sumbawa pada 1815 dan Letusan Gunung Krakatau pada 1883. 

Fenomena alam ini membawa 2 dampak. Menjadikan Indonesia sebagai negara dengan korban jiwa terbanyak akibat bencana vulkanis, tapi di sisi lain menjadikan negeri kita sebagai kawasan yang subur. 

Gunung yang menjulang tinggi selalu menimbulkan pesona besar bagi manusia. Para Nabi bertafakur dan mendapatkan wahyu di pegunungan. Ketinggian pegunungan juga menjadi tantangan para pendaki gunung untuk menaklukkan gunung-gunung tertinggi di dunia. Aktivitas naik gunung kini menjadi wujud kecintaan pada alam, seperti wadah Mapala atau Himpala.

Pendakian gunung menjadi simbol manusia dalam mengatasi tantangan hidup. "See you in the top" (Sampai bertemu di puncak) menggambarkan tantangan untuk mendaki tangga kesuksesan beserta berbagai rintangannya. 

Ada yang mengatakan, jika hidup kita terasa berat dan mendaki, janganlah berkecil hati. Itu artinya kita sedang menapak ke arah kesuksesan menuju puncak. 

Justru jika langkah kita mudah dan lancar, kita patut waspada karena bisa jadi kita sedang mengarah pada penurunan. Jalan yang terjal, berat dan mendaki identik dengan perjuangan menuju puncak keberhasilan. 

Dalam teori "Adversity Quotient" (AQ) atau "Kecerdasan mengatasi kesulitan", yang mengukur tingkat kemampuan manusia dalam menghadapi kesulitan hidup (adversity), dikenal 3 tipe manusia : 

1) Quitters : yang cepat menyerah (quit) setelah mengalami rintangan 

2) Campers : yang setelah mengatasi rintangan dan mencapai tingkat yang lebih tinggi, berhenti  dan mendirikan kemah (camp) karena sudah berpuas diri 

3) Climbers : para pendaki yang terus mendaki berjuang mencapai puncak, pantang menyerah menghadapi berbagai rintangan, sampai tujuan tercapai. 

"We are the Climbers. Kita adalah para Pendaki. Hidup adalah Pendakian menuju Tujuan Hidup.

Untuk itu : 

* Nikmatilah perjalanan bersama dengan mereka yang ada di SAMPINGmu

 * Terpaculah dengan mereka yang ada di ATASmu 

* Jangan remehkan mereka yang ada di BAWAHmu" 

*Pandji Kiansantang, selamat memperingati "Hari Gunung Sedunia", 11 Desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun