Penggemar superhero yang pernah nonton film "Suicide Squad" (2016) pasti kenal dengan Joker dan Harley Quinn. Diperankan Jared Letto (pendahulu Joaquin Phoenix yang sukses dalam film "Joker" 2019) dan Margot Robbie yang cantik dan centil. Pasangan penjahat (villain couple) ini menjadi tokoh utama dalam film anti-hero ini. Â Plotnya mengisahkan para penjahat-super (villain couple) direkrut menjadi tim penegak hukum.Â
Kalau di wayang ada lakon "Petruk jadi Ratu", di film DC ini temanya "ketika super villain menjadi superhero"... Endingnya bisa ditebak, sama dengan lakon wayangnya, yang terjadi dalam film ini adalah chaos...Â
Dalam film sequelnya, "Birds of Prey" (2020) yang sempat ditayangkan di bioskop pada awal tahun sebelumnya merajalelanya virus Corona, tokoh utamanya bergeser. Joker disingkirkan pacarnya Harley Quinn. Peran pendamping (sidekick) kini jadi peran utama.Â
Quinn membentuk tim pembalas dendam yang terdiri dari para wanita "barisan sakit hati". Mengusung semangat feminisme, film ini mengisahkan cewek-cewek yang biasanya menjadi "korban lelaki", kini menuntut balas.. mereka menjadi "burung pemangsa".. giliran mangsa menjadi pemangsa (predator). Women justice!Â
Kenapa film anti-hero digandrungi? Film-film superhero sudah terlalu "mainstream" : terlalu "hitam putih"... padahal dunia sudah berubah, menjadi semakin "berwarna".Â
Film pertama yang mendobrak fenomena ini adalah film "Deadpool" yang laris manis Film Deadpool (2016) dan sequelnya (2018) menokohkan sosok anti-hero, Deadpool dengan bumbu humor yang kental. Menjadikan penjahat jadi hero jadi sudah ironis, apalagi kalau tokohnya "nyablak" (bawel)... pastilah menghibur.
"It's twisted world"... dunia sudah kebalik-balik.. konon ciri "zaman edan"... Penegak hukum jadi penjahat, tokoh penjahat jadi hero, robin hood. Film adalah pencerminan realitas sosial : hanya menggambarkan apa yang benar-benar terjadi di masyarakat.
Kini "rasa keadilan" masyarakat kembali terusik karena "saktinya" jaksa Pinangki. Jaksa eselon 4 yang membantu buronan koruptor Djoko Tjandra ini seakan-akan dilindungi oleh korpsnya. Seakan pesona kecantikannya mencengkram korps kejaksaan, yang minggu lalu kantor utamanya terbakar habis.Â
Ada apa dengan Kejaksaan? Jangan salahkan masyarakat jika berspekulasi liar karena tidak transparannya Kejagung. Lembaga tinggi yang seharusnya jadi ujung tombak penegakan hukum ini justru "tumpul" dan "memble" dalam menegakkan hukum bagi anggotanya sendiri. Ini ironi sekaligus tragedi.Â
Djoko Tjandra yang dijuluk "Joker" sudah ditangkap, tapi Jaksa wanita yang membantunya seakan-akan "dilindungi"... Licin bagai "Harley Quinn"... Pada saat Bioskop masih ditutup, pandangan masyarakat tertuju pada lakon baru di Korps Adhyaksa : melihat aksi si "Harley Quinn" di Kejaksaan Agung.Â
 Akankah Harley Quinn bernasib sama dengan Joker : bakal diseret ke meja hijau? Atau justru  sang Harley Quinn akan menjadi "burung pemangsa" yang menyeret jatuh petinggi-petinggi Kejaksaan Agung yang selama ini memanjakannya? Kita nantikan endingnya... so let's  sit down and enjoy the show... Action!
*Pandji Kiansantang, 1 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H