Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Last Days of Cinema"

6 Agustus 2020   06:04 Diperbarui: 6 Agustus 2020   06:06 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah hampir 5 bulan (sejak akhir Maret 2020),  bioskop ditutup sementara karena pandemi Corona. Memang berada di ruang tertutup (indoor) selama 1,5 sampai 2 jam bersama sekitar puluhan sampai seratusan orang,  sangat beresiko bagi penularan virus Corona. 

Di tahun 1998 pada era Krismon ada film berjudul "The last days of Disco" berlatar akhir masa kejayaan Disco (diskotek) yang begitu populer untuk jojing" (berdisko) sampai tahun 1980-an... berakhirnya sebuah era hiburan malam. 

Meminjam judul film itu, tulisan ini diberi judul "The last days of Cinema"... Pengalaman terakhir saya nonton di bioskop adalah hanya 2 hari jelang penutupan sementara (hingga kini tiada yang tahu sampai kapan). 

Memang "dibela-belain" untuk datang ke bioskop, waktunya 21 Maret 2020 di Ciplaz (City Plaza) Klender XXI. 2 film sekaligus yang ditonton yaitu : film action Bloodshot dan film spionase The Operative (sayangnya kedua film ini tidak istimewa, biasa-biasa saja). 

Saat itu pandemi sudah merebak, jadi selama ke bioskop dan nonton  itu harus pakai MASKER. Masih teringat, yang  nonton kedua film itu hanya beberapa gelintir orang saja. Saking banyaknya kursi2 bioskop yang kosong, serasa seperti "bioskop pribadi". 

Memang yang datang ke bioskop saat itu relatif sedikit. Mungkin ini dikarenakan orang2 mulai khawatir dengan Corona dan menghindari datang ke mall, tempat bioskop itu berada. Faktor "bulan tua" bisa jadi penyebab lainnya. 

Alhasil, hari-hari terakhir beroperasinya bioskop ada dalam suasana sepi... seperti "pemanasan" menjelang  berhenti beroperasinya bioskop sehingga gedung bioskop kosong melompong. Akankah bioskop bernasib sama dengan Diskotek, yang akhirnya ditinggalkan?

Saya sempat bertanya pada mbak penjaga counter tiket tentang sampai kapan bioskop ditutup? Jawabannya tidak tahu. Pastinya karyawan bioskop takkan menyangka akan ditutup selama ini. 

Kasihan membayangkan nasib gadis2 cantik penjaga counter tiket dan pintu masuk cinema, serta karyawan bioskop lainnya seperti petugas kebersihan. Bagaimana nasib mereka? Dirumahkan atau di-PHK. Aduh sedihnya, semoga mereka mendapat jalan keluar... 

Saya adalah seorang "MOVIEMANIA" (pecandu film). Dulu sempat menjadi kolektor ratusan VCD dan DVD yang disusun rapi dalam rak-rak khusus. Termasuk rela mengeluarkan dana lebih untuk membeli DVD original untuk film-film terbaik seklas pemenang Oscar. Sepuluh tahun lalu "berburu" (hunting) VCD, lalu DVD di Glodok adalah hobi rutin. 

Sekarang saya sudah bertransformasi dari "Kolektor Film" menjadi "MOVIEGOER". Artinya orang yang rutin nonton di bioskop. Biasanya datang ke bioskop paling sedikit sebulan sekali, baik sendiri, dengan istri maupun teman2. 

Bahkan kita punya "Klub Nonton" bersama sahabat2 lama yang hobi nonton. Acaranya adalah Nobar film-film bagus, yang dilanjutkan dengan membahasnya dalam makan bersama dekat restoran. 

Bioskop favorit kami adalah Metropole XXI yang legendaris di Cikini yang di kompleksnya ada tempat2 makan yang enak. Sayangnya dengan penutupan bioskop, aktivitas Nobar menjadi "hiatus" (berhenti sementara)... Klub Nonton pun terpaksa hanya menjadi "Klub Makan"   

Saya tetap doyan nonton film selama pandemi 5 bulan belakangan ini, yaitu melalui TV kabel di rumah. Tapi yang ditayangkan bukan film-film baru, paling terbaru adalah yang setahun sesudah ditayangkan di bioskop. 

Saya sudah cukup lama berhenti "menghamburkan uang" membeli DVD film terbaru (akhirnya insyaf bahwa koleksi film bukanlah investasi ). Hanya sesekali nonton film melalui internet. Jadi betul2 "out to date" ketinggalan perkembangan film2 terbaru. 

Jadi kenapa Rindu nonton film di Bioskop ?

 1) Atmosfer nonton bersama banyak orang di bioskop memberikan pengalaman menonton film (movie experience) yang unik. Pergi ke bioskop menjadi alternatif "jalan-jalan" berupa "wisata film" yang manjur sebagai rekreasi pelepas stress. Belakangan ini nonton di bioskop, selain untuk makan di restoran/foodcourt, menjadi alasan utama, orang datang ke mall. Semacam "agenda wajib" rekreasi warga kota.

 2) Menjadi ajang gaul yang keren. Ini manfaat sosial nonton di bioskop.  Nobar (Nonton bareng) bersama teman2 itu sangat asyik karena bisa ber-haha-hihi dan sesudahnya sambil makan bareng dapat bertukar pikiran tentang film yang baru ditonton. Jadi yang bikin asyik itu bukan hanya nonton film apa dan di bioskop mana, tapi juga dengan siapa kita nonton. 

3) Fokus menyimak film sehingga optimal menikmatinya dan dapat mengambil inspirasi dari film yang ditonton. Duduk diam selama 1,5 sampai 2 jam membuat kita terfokus pada film, tidak diganggu hal-hal lain, termasuk main HP. Dengan layar lebar, apalagi di teater IMAX dan didukung tata suara yang menggelegar akan memanjakan mata dan telinga. Ditambah lagi kalau nonton sambil makan dan minum,  teristimewa pop corn yang identik sebagai "snack bioskop"

Jadi... kapan bioskop dibuka lagi?  Ooy, Virus Corona cepatlah berlalu... Kurindu nonton film-film terbaru di bioskop bersama kawan-kawan... ngarep.com  

*Pandji Kiansantang, 6 Agustus 2020 

Dokpri
Dokpri
.

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun