Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Inspirasi Film "Suzzanna: Bernafas dalam Kubur"

3 Desember 2018   02:56 Diperbarui: 3 Desember 2018   03:08 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Selama puluhan tahun, bagi penulis, film paling seram adalah film "Sundel Bolong" (1981). Setelah menontonnya di bioskop di Bandung pada usia 13 tahun,  film yang diperankan Suzzanna ini mengakibatkan penulis ketakutan selama berminggu-minggu. Sungguh pengalaman menonton yang traumatis.

Film yang diangkat dari legenda hantu di nusantara ini tampak begitu "ril". Ketika itu penulis menyamakannya dengan Kuntilanak karena sama-sama berpenampilan wanita berambut panjang dan bergaun putih.

Padahal beda, "Sundel Bolong" berasal dari kata "Sundal" (wanita lacur) yang punggungnya "bolong". Ia adalah arwah penasaran   dari wanita yang mati karena diperkosa dan kemudian melahirkan anaknya di dalam kubur.

37 tahun kemudian, 10 tahun setelah wafatnya Suzzanna,  muncul film "tribute" untuk sang "Ratu film horror Indonesia" ini. Menurut produser, film ini bukanlah produksi ulang film Sundel Bolong yang legendaris.

Judul "Bernapas dalam Kubur" juga seolah perpaduan dua film Suzanna, Beranak dalam Kubur (1970) dan Bernafas dalam Lumpur (1971). Kisah Bernapas dalam Kubur 2018 benar-benar baru. Yang paling sensasional dari film ini adalah "lahir kembalinya" (reborn) Suzzanna yang diperankan oleh Luna Maya.

Film ini sukses secara komersial. Sudah ditonton lebih dari 2,5 jutq orang. Menjadikannya sebagai film Indonesia terlaris kedua pada tahun 2018 (hanya kalah dari film "Dilan 1990").

Tapi ternyata sensasi menonton film ini berbeda dengan film Sundel Bolong dulu. Penonton masa sekarang sudah dimanjakan oleh film-film horror Hollywood seperti "Conjuring". 

Alih-alih sangat menakutkan dan traumatis, ini film horror yang relatif "menghibur".  Penonton tertawa terpingkal-pingkal oleh ulah konyol 3  pembantu yang ketakutan terhadap majikannya yang telah berubah menjadi Sundel Bolong.

Sedikitnya ada 3 inspirasi dari film ini :

1. Cinta "sehidup, semati" secara harfiah :  Setelah menunggu 5 tahun, pasangan ini mendapat berita gembira berupa kedatangan anak pertama. "Aku ngidam kamu" kata Suzzanna manja pada suaminya, Satria. Suaminya pun mengumbar kata-kata manis "Aku adalah pria paling bahagia di dunia".

Ia pun berjanji akan melindungi istri dan calon anaknya -- janji gombal khas pria yang tak dapat ditepatinya. Bukannya mendampingi istri, ia justru ditugaskan ke Jepang. Terjadilah tragedi perampokan yang berujung kematian istrinya.

Untuk menutupi aksi kejahatannya, Suzzanna "dikubur hidup-hidup".... mungkin inilah penjelasan judul film "Bernafas dalam Kubur".
Rasa cinta yang besar dari suaminya membuat hantu Sundel Bolong menjadi kuat. Ia mengatakan pada suaminya "Aku adalah istrimu.. dalam kehidupan atau mati". Romansa suami istri dari dunia yang berbeda. Film pun berakhir dengan "happy ending" a'la film horror

2. Hai pengusaha, perhatikan kesejahteraan karyawanmu... Kepepet bisa membuat orang nekad. Perampokan yang mengakibatkan kematian Suzzanna dilakukan oleh 4 buruh dari pabrik yang dipimpin suaminya.

Mereka nekad melakukannya setelah gagalnya upaya meminta kenaikan gaji dengan ancaman akan melakukan demo buruh. Salah satu pelaku melakukannya untuk membiayai pengobatan ibunya.

3. Setiap kejahatan pasti akan dibalas... dalam berbagai cara. Mengikuti logika "keadilan" film horror, di akhir film sang Sundel Bolong dan  suaminya bahu membahu membalas dendam terhadap mereka yang mencelakakan keluarga mereka.

Penulis masih ingat di film "Sundel Bolong" tahun 1981  ada adegan yang agak janggal ketika sang hantu -- layaknya penegak hukum --  "menceramahi" para penjahat tentang kejahatan.

Untuk film ini, salah satu adegan paling menggelitik adalah ketika sang Sundel Bolong bertanya "Kenapa harus ada syaithan di dunia?" Salah seorang pembantu menjawab "Karena ada urusan yang belum selesai".

Penjelasan penyebab adanya hantu adalah "unfinished business" ini dipopulerkan oleh film "The Sixth Sense" (1999) yang dibintangi Bruce Willis.

*Pandji Kiansantang, Minggu, 2 Desember 2018, Arion XXI, Jakarta Timur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun