Laboratorium juga bekerja sama dengan peneliti dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperbanyak parasitoid yang digunakan untuk melakukan pengendlaian di Kabupaten Sumba Timur.
Berbagai jenis kegiatan pelatihan perbanyakan dan pengendalian OPT perkebunan telah dilakukan untuk mengkampanyekan penggunaan agens hayati dalam usaha budidaya tanaman perkebunan.Â
Melalui kegiatan pelatihan kepada petani peserta diajarkan untuk membuat  media dan memperbanyak agens hayati dengan prosedur yang telah disederhanakan.Â
Telah dipastikan bahwa penyederhanaan prosedur yang bertujuan agar kelompok tani dapat membuat jamur menggunakan peralatan yang tersedia, tetap mempertahankan tingkat aseptis serta tidak menurunkan kualitas agens hayati yang dihasilkan. Untuk memverifikasi kualitas agens hayati yang dihasilkan di tingkat petani, laboratorium melakukan uji kualitas sampel produk agens hayati.Â
Apabila kualitas agens hayati memenuhi persyaratan untuk digunakan, diantaranya jumlah kandungan spora jamur per gram, maka agens hayati tersebut dapat digunakan untuk kegiatan pengendalian di lapangan.
Dalam perkembangannya laboratorium ini juga ditingkatkan kompetensinya dengan mengajukan akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN). Melalui proses yang cukup panjang akhirnya Laboratorium Penguji BPTP Pontianak memperoleh sertifikat akreditasi dengan Kode LP990-IDN dengan ruang lingkup pengujian kerapatan dan viabilitas konidium Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana, serta pengujian kerapatan, viabilitas konidium dan kemampuan antagonis Trichoderma.
Peluang pengembangan agens hayati yang pertama adalah adanya serangan hama penyakit tanaman perkebunan yang masih cukup tinggi. Pengembangan kawasan perkebunan karet, kelapa sawit dan komoditas lainnya tentu disertai dengan perkembangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman.Â
Patogen tular tanah penyebab penyakit jamur akar putih karet, penyakit busuk pangkal batang lada, penyakit busuk pangkal batang tanaman kelapa sawit, dapat menyebabkan kematian tanaman dan tentu keberadaanya akan terus berkembang seiring dengan ketersediaan tanaman inang melalui pengembangan kawasan perkebunan.Â
Karena bersifat wide spread host maka patogen-patogen tersebut juga dapat bertahan pada tanaman inang lain selain tanaman yang dibudidayakan, bahkan memiliki kemampuan membentuk struktur khusus pada spora, sehingga mampu bertahan di dalam tanah ketika inang tidak tersedia. Hal ini merupakan ancaman nyata yang tidak terlihat ketika membuka lahan baru tanaman perkebunan.
Serangan penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah antara lain dengan tindakan preventif, melakukan aplikasi jamur antagonis tular tanah seperti Trichoderma pada lubang-lubang tanam sebelum melakukan penanaman. Kemampuan Trichoderma untuk tetap bertahan di alam atau persisten dalam kondisi kering sekalipun, menjadi nilai tambah dalam penggunaan agens hayati untuk pengendalian penyakit tanaman perkebunan.
Pengembangan kawasan kelapa dan kelapa sawit yang begitu masif memiliki ancaman tersendiri yaitu serangan hama kumbang Oryctes serta berbagai jenis ulat pemakan daun. Serangan kumbang kelapa dan ulat pemakan daun kelapa akan menyebabkan kerusakan daun dan menyebabkan kehilangan hasil hingga 26%. Penggunaan jamur entomopatogen Metarhizium yang sudah terbukti efektif, terlebih jika dipadukan dengan komponen pengendalian lainnya tentu akan mencegah kehilangan hasil produksi pada kebun-kebun petani.