Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Yubileum dan Harapan Kristiani - Katekese Januari 2025

1 Januari 2025   23:40 Diperbarui: 1 Januari 2025   23:40 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Makna Yubileum dan Harapan Kristiani - Katekese Januari 2025/Dokumen Pribadi)

Pengantar

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Kita berkumpul hari ini untuk merenungkan sebuah tema yang kaya makna, yaitu "Makna Yubileum dan Harapan Kristiani." Dalam semangat Tahun Suci 2025 yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus melalui Bulla Spes Non Confundit---yang berarti "Harapan Tidak Mengecewakan" (lih. Rm 5:5)---kita diundang untuk memperbarui pengharapan kita akan kasih Allah yang selalu hadir di tengah kita. Yubileum adalah momen rahmat, bukan hanya sebagai tradisi, tetapi juga sebagai undangan untuk kembali kepada Tuhan, Sang "Pintu" keselamatan kita (lih. Yoh 10:7, 9).

Firman Tuhan dari Surat kepada Jemaat di Roma memberi kita landasan yang kuat:

"Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Rm 5:1-5).

Melalui refleksi ini, mari kita dalami bagaimana pengharapan ini menjadi dasar perjalanan iman kita.

Katekese Pendalaman Iman

Pengharapan adalah keutamaan teologis yang berakar pada kasih Allah. Dalam kehidupan modern, harapan sering kali diuji oleh tantangan seperti ketidakpastian ekonomi, konflik, dan penderitaan. Namun, sebagai orang beriman, kita yakin bahwa harapan kita tidak sia-sia karena didasarkan pada janji keselamatan dalam Kristus. Yubileum adalah tanda nyata pengharapan ini. Sebagai "tahun rahmat Tuhan," Yubileum membawa kita kepada pengalaman kasih Allah yang memperbarui dan menguatkan kita dalam perjalanan hidup.

Sebagai contoh nyata, seorang ibu bernama Maria pernah mengalami kehilangan pekerjaan selama pandemi. Dalam penderitaan, ia tetap berdoa, memohon pertolongan Tuhan. Dalam kesetiaannya, ia menemukan komunitas paroki yang mendukungnya secara spiritual dan material. Pengalaman ini mengajarkan bahwa pengharapan bukanlah optimisme belaka, tetapi kepercayaan yang lahir dari kasih Allah yang setia. Kasih itu mengalir melalui Gereja, sakramen, dan tindakan kasih antarumat.

Yubileum juga mengajarkan pentingnya pertobatan dan rekonsiliasi. Pintu Suci yang dibuka dalam setiap Tahun Suci mengingatkan kita akan undangan untuk masuk dalam kehidupan baru bersama Tuhan. Sakramen Pengakuan Dosa menjadi pusat dalam perjalanan pertobatan ini. Seperti dikatakan Santo Paulus, "Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan... dan ketekunan menimbulkan pengharapan" (Rm 5:3-4). Dalam pertobatan, kita belajar untuk mengandalkan Tuhan dalam segala hal.

Selain itu, pengharapan Kristiani tidak hanya bersifat individual tetapi juga komunitarian. Kita dipanggil untuk menjadi tanda harapan bagi orang lain, khususnya bagi mereka yang terluka dan membutuhkan. Misalnya, melalui pelayanan kepada para tahanan, orang sakit, dan mereka yang miskin, Gereja menjadi saksi nyata kasih Allah yang menguatkan.

Pada akhirnya, Yubileum adalah ziarah menuju perjumpaan dengan Tuhan. Seperti para peziarah yang menempuh perjalanan panjang, kita diajak untuk berjalan bersama dalam iman, harapan, dan kasih. Dalam perjalanan ini, kita tidak hanya menerima rahmat tetapi juga menjadi rahmat bagi sesama.

Perutusan

Saudara-saudari terkasih,
Ketika kita meninggalkan tempat ini, mari kita bawa pesan pengharapan ini ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Jadilah saksi kasih Tuhan di tengah dunia yang sering kali haus akan harapan. Ingatlah, pengharapan yang berakar pada kasih Allah tidak pernah mengecewakan (Rm 5:5). Dalam Kristus, Sang "Pintu" keselamatan kita, kita menemukan kekuatan untuk terus melangkah. Semoga perjalanan iman kita selama Tahun Suci ini menjadi kesempatan untuk memperdalam pengharapan kita dan membawa berkat bagi sesama.

Marilah kita berdoa,

Doa Yubileum

Bapa di surga,

semoga iman yang Kau berikan kepada kami

melalui Putra-Mu, Yesus Kristus, saudara kami,

dan api cinta kasih yang dinyalakan

di hati kami oleh Roh Kudus,

membangkitkan kembali pengharapan mulia

akan kedatangan Kerajaan-Mu.

Semoga rahmat-Mu mengubah kami

menjadi penabur benih Injil yang tak kenal lelah.

Kiranya benih itu mengubah dari dalam,

baik umat manusia maupun seluruh kosmos,

dalam harapan yang pasti

akan langit baru dan bumi baru,

ketika kuasa-kuasa jahat dikalahkan

dan kemuliaan-Mu bersinar selamanya.

Semoga rahmat Yubileum

membangkitkan dalam diri kami, para Peziarah Harapan,

kerinduan akan harta surgawi.

Semoga rahmat yang sama itu menyebarkan

sukacita dan damai Penebus kami ke seluruh bumi.

Bagi-Mu, Allah kami, yang diberkati selama-lamanya,

segala kemuliaan dan pujian, kini dan selamanya.

Amin.

(Paus Frasiskus)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun