Pengakuan iman dalam konteks Yubileum menjadi pengingat bahwa iman yang kita wartakan adalah panggilan untuk hidup dalam kesatuan dan komitmen kepada Allah serta sesama. Hal ini menjadi landasan bagi perjalanan rohani yang terus membawa kita semakin dekat kepada Allah dan Kerajaan-Nya.
7. Indulgensi
Indulgensi Yubileum merupakan wujud nyata dari belas kasih Allah, yang melampaui batas-batas keadilan manusia dan mentransformasikannya. Harta rahmat ini masuk ke dalam sejarah manusia melalui kesaksian Yesus dan para kudus. Dengan hidup dalam persekutuan bersama mereka, harapan kita akan pengampunan dosa diperkuat hingga menjadi kepastian yang kokoh. Indulgensi Yubileum memberikan kebebasan bagi hati kita dari beban dosa, karena pengampunan atas kerugian yang disebabkan oleh dosa kita diberikan secara cuma-cuma dan melimpah.
Dalam praktiknya, pengalaman akan belas kasih Allah ini diwujudkan melalui tindakan-tindakan rohani yang ditunjukkan oleh Paus. Bagi mereka yang tidak dapat melakukan ziarah Yubileum karena sakit atau keadaan lain, mereka tetap diundang untuk ambil bagian dalam gerakan rohani yang menyertai tahun Yubileum. Hal ini dapat dilakukan dengan mempersembahkan penderitaan hidup sehari-hari mereka dan berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi.
Indulgensi menjadi sarana yang mengingatkan kita bahwa rahmat Allah selalu hadir, siap menyembuhkan luka-luka batin, dan memulihkan relasi kita dengan-Nya serta dengan sesama. Dalam semangat Yubileum, indulgensi adalah panggilan bagi kita untuk menerima belas kasih Allah dengan hati terbuka dan membagikannya melalui kehidupan yang penuh kasih dan pengampunan.
Sebagai umat Katolik, Tahun Yubileum 2025 adalah panggilan untuk menjadikan iman sebagai aksi nyata dalam hidup sehari-hari. Momen istimewa ini mengundang kita tidak hanya untuk merayakan belas kasih Allah, tetapi juga untuk hidup dalam semangat pertobatan, rekonsiliasi, dan pelayanan. Dengan memperbaharui iman, kita diajak untuk menjadi saksi Kristus yang hidup, menaburkan benih Injil dalam keluarga, masyarakat, dan dunia, serta memupuk komitmen terhadap keadilan, perdamaian, dan kelestarian ciptaan.
Konsekuensi iman selama Yubileum bukan hanya serangkaian ritual atau perayaan rohani, tetapi lebih dari itu, menjadi undangan bagi kita untuk menjalani kehidupan yang mencerminkan kasih Allah yang tanpa syarat. Setiap tindakan kasih, pengampunan, dan kerendahan hati adalah bagian dari partisipasi kita dalam misi Gereja untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini.
Dalam semangat ziarah, doa, dan perayaan liturgi selama Tahun Yubileum, marilah kita menjadi pembawa harapan bagi sesama, terutama bagi mereka yang menderita, tertindas, atau tersisih. Dengan demikian, kita tidak hanya merayakan Yubileum, tetapi juga menghidupi panggilan Gereja sebagai umat Allah yang kudus dan setia.
Marilah kita berdoa.
Doa Yubileum
Bapa di surga,
semoga iman yang Kau berikan kepada kami
melalui Putra-Mu, Yesus Kristus, saudara kami,
dan api cinta kasih yang dinyalakan
di hati kami oleh Roh Kudus,
membangkitkan kembali pengharapan mulia
akan kedatangan Kerajaan-Mu.
Semoga rahmat-Mu mengubah kami
menjadi penabur benih Injil yang tak kenal lelah.
Kiranya benih itu mengubah dari dalam,
baik umat manusia maupun seluruh kosmos,
dalam harapan yang pasti
akan langit baru dan bumi baru,
ketika kuasa-kuasa jahat dikalahkan
dan kemuliaan-Mu bersinar selamanya.
Semoga rahmat Yubileum
membangkitkan dalam diri kami, para Peziarah Harapan,
kerinduan akan harta surgawi.
Semoga rahmat yang sama itu menyebarkan
sukacita dan damai Penebus kami
ke seluruh bumi.
Bagi-Mu, Allah kami, yang diberkati selama-lamanya,
segala kemuliaan dan pujian, kini dan selamanya.
Amin.
(Paus Frasiskus)
Reference
Pontifical Council for the Promotion of the New Evangelization. (n.d.). Signs of the Jubilee. Jubilee 2025.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H