Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Syukur atas Pengharapan Iman - Minggu Adven IV (Minggu Perdamaian)

19 Desember 2024   22:52 Diperbarui: 19 Desember 2024   22:52 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, dalam suasana sukacita Adven ini, kita merenungkan perjumpaan Maria dan Elisabet dalam Injil Lukas yang kita dengar pada hari Minggu ini. Perjumpaan ini adalah sebuah tanda pengharapan yang menyala dalam kesederhanaan, keheningan, dan kasih. Elisabet berseru, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan, dan diberkatilah buah rahimmu.” Ungkapan ini adalah pujian atas iman Maria yang bersyukur kepada Allah atas penggenapan janji-Nya.

Kita diajak untuk memahami bahwa pengharapan iman bukanlah sekadar optimisme manusiawi, melainkan sebuah keteguhan hati yang didasarkan pada kasih Allah yang tidak pernah mengecewakan. Dokumen Spes Non Confundit mengingatkan bahwa pengharapan ini adalah daya spiritual yang mengatasi segala penderitaan dan memberi arah bagi hidup kita. Pengharapan ini tidak lahir dari situasi, tetapi dari relasi kita dengan Allah.

Dalam perjalanan Maria ke rumah Elisabet, kita melihat teladan kerendahan hati. Maria yang sedang mengandung Mesias, Raja Damai, datang dengan sikap pelayanan. Ini adalah simbol pengharapan aktif—pengharapan yang bergerak, menyapa, dan membawa kasih. Dalam Tahun Yubileum 2025, kita diundang untuk menghidupi semangat pelayanan ini sebagai tanda nyata dari pengharapan yang hidup di tengah dunia yang penuh luka.

Perhatikan juga pengalaman rohani seorang ibu berikut ini. Seorang ibu bernama Clara, yang sedang berjuang menghadapi kanker, menemukan kedamaian melalui pengharapan iman. Dalam perjalanan panjang ke rumah sakit, ia mendaraskan doa Rosario setiap hari, mempercayakan seluruh rasa sakitnya kepada Tuhan melalui perantaraan Maria. Suatu hari, ia berbagi kepada seorang perawat bahwa setiap kali ia berdoa, ia merasa seolah Maria datang mendampinginya, menguatkan hatinya untuk tetap percaya bahwa kasih Tuhan lebih besar dari penderitaannya. "Ketika saya membayangkan Maria yang datang mengunjungi Elisabet, saya merasa Tuhan juga sedang datang kepada saya melalui setiap tangan yang membantu saya," katanya dengan mata penuh damai. Dalam penderitaannya, Clara menyadari bahwa pengharapan iman adalah kekuatan yang membawa sukacita dan ketenangan di tengah badai hidup.

Kisah Maria dan Elisabet, demikian juga Ibu Clara, juga menggambarkan sukacita pengharapan. Ketika Yohanes melompat dalam rahim Elisabet, kita melihat respons manusia terhadap kehadiran ilahi. Ini mengingatkan kita bahwa pengharapan selalu menyertai damai sejati, sebuah damai yang lahir dari keyakinan akan janji Allah yang pasti. Adven ini menjadi undangan bagi kita untuk menerima damai itu dalam hati.

Pengampunan dan rekonsiliasi adalah tanda penting dari pengharapan iman. Dalam Spes Non Confundit, Paus Fransiskus menekankan bahwa pengampunan membuka masa depan yang baru. Seperti Maria yang percaya kepada Allah, kita pun diajak untuk memaafkan dan menerima pengampunan, sehingga hidup kita dipenuhi harapan dan kepercayaan kepada rencana Allah.

Tahun Yubileum 2025 menjadi kesempatan untuk menyatakan pengharapan kita melalui tindakan nyata. Elisabet dan Maria menunjukkan bahwa iman tidak terpisah dari realitas hidup. Pengharapan yang lahir dari iman harus diwujudkan dalam solidaritas, keadilan, dan perhatian terhadap sesama, terutama yang miskin dan tertindas.

Adven juga mengingatkan kita untuk menghidupi kesabaran dalam pengharapan. Seperti Maria yang menantikan kelahiran Kristus, kita diajak untuk tetap teguh di tengah tantangan, dengan mata tertuju kepada Allah. Kesabaran ini adalah bukti iman yang dewasa, sebuah iman yang tidak terguncang oleh keadaan.

Bunda Maria adalah teladan pengharapan yang sempurna. Dalam diri Maria, kita melihat bahwa pengharapan adalah keyakinan yang kokoh akan kasih Allah yang setia. Ia menyimpan segala sesuatu dalam hatinya dan tetap setia kepada Allah, meskipun jalan hidupnya penuh misteri dan penderitaan.

Saudara-saudari terkasih, menjelang Natal, mari kita bersyukur atas pengharapan iman yang membawa kita menuju kehidupan kekal. Mari kita wujudkan pengharapan ini dalam tindakan nyata yang mencerminkan kasih Kristus. Seperti Maria, biarlah hidup kita menjadi jawaban atas panggilan Allah, dengan berkata, “Jadilah padaku menurut perkataan-Mu.”

Akhirnya, dalam semangat Tahun Yubileum 2025, kita diajak untuk memandang masa depan dengan penuh pengharapan. Seperti Elisabet yang menyambut Maria dengan sukacita, mari kita menyambut Kristus dengan hati yang bersyukur, penuh damai, dan percaya bahwa pengharapan dalam Dia tidak akan pernah mengecewakan.

Doa Syukur atas Pengharapan Iman

Allah yang Mahakasih,
Kami bersyukur atas pengharapan yang Kau tanamkan dalam hati kami, pengharapan yang tak pernah mengecewakan. Dalam kerendahan hati, kami memohon agar iman kami semakin teguh seperti Maria, yang percaya sepenuhnya pada janji-Mu.

Tuntunlah kami untuk selalu bersyukur atas kasih dan anugerah-Mu, meski jalan hidup kami sering penuh misteri. Ajarkan kami untuk melayani sesama dengan cinta, membawa damai seperti yang dilakukan Maria dalam perjumpaannya dengan Elisabet.

Ya Tuhan, jadikan hati kami rumah bagi Kristus yang hadir dalam diri setiap orang yang kami temui. Dalam Adven ini, kuatkanlah pengharapan kami, agar kami mampu menanti kedatangan-Mu dengan sukacita, iman, dan kasih yang sejati.

Datanglah, Tuhan Yesus, penuhi hidup kami dengan terang pengharapan-Mu. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun