Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dilexit Nos, Ensiklik Keempat Paus Fransiskus tentang Cinta Manusia dan Ilahi dari Hati Yesus

10 November 2024   00:39 Diperbarui: 10 November 2024   00:45 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paus menekankan bahwa dalam era teknologi dan individualisme saat ini, kita perlu berbicara kembali tentang hati sebagai tempat di mana kita berjumpa dengan Tuhan dan menghubungkan diri dengan sesama. Merenungkan makna hati dalam kehidupan Kristen membantu kita melihat pentingnya relasi yang tulus, yang didasarkan pada kasih, bukan pada citra diri yang palsu.

Konsekuensi logis spiritual bagi umat dari Bab I ini adalah pentingnya menjalani hidup dengan kasih yang tulus dan terbuka terhadap kehadiran Tuhan dalam hati kita. Menjaga hati dengan baik berarti hidup dalam integritas dan kedalaman spiritual, yang memungkinkan kita untuk terhubung lebih dekat dengan Tuhan dan sesama. 

Sebagai umat beriman, kita diajak untuk membiarkan kasih Kristus meresap dalam hati kita, sehingga hidup kita tidak hanya terarah pada pencapaian duniawi, tetapi juga pada kehidupan yang penuh kasih dan pengabdian kepada Tuhan dan umat manusia.

Bab II: Tindakan dan Kata-kata Kasih

Tindakan kasih dan perkataan Yesus sebagai ekspresi konkret dari cinta-Nya yang terdalam bagi manusia menjadi fokus permenungan pada Bab II Enciclica Dilexit Nos. Yesus tidak hanya menunjukkan kasih melalui kata-kata, tetapi juga melalui tindakan-tindakan nyata yang menunjukkan kedekatan-Nya dengan umat manusia. 

Ia hadir bukan sebagai sosok yang jauh, tetapi sebagai "Emmanuel" atau "Allah beserta kita," yang menunjukkan bahwa kehadiran-Nya begitu nyata dalam kehidupan sehari-hari umat-Nya. Dengan tindakan kasih yang sederhana namun bermakna, Yesus mengajarkan kepada umat-Nya cara hidup yang penuh kasih dan empati.

Secara biblis, tindakan kasih Yesus terlihat dalam cara-Nya memperlakukan setiap orang yang ditemui-Nya. Injil Yohanes mengisahkan bagaimana Yesus datang kepada "milik-Nya sendiri" (Yohanes 1:11), menunjukkan bahwa Ia memandang manusia bukan sebagai orang asing, tetapi sebagai teman dan sahabat. 

Dalam Yohanes 15:15, Yesus menyatakan bahwa kita bukan lagi hamba tetapi sahabat-Nya, sebuah kedekatan yang menunjukkan betapa besar cinta-Nya yang tulus. Melalui tindakan belas kasih, penyembuhan, dan pengampunan yang dilakukan-Nya, Yesus mengundang manusia untuk turut serta dalam hubungan yang penuh cinta.

Secara teologis, konsep cinta yang diwujudkan dalam tindakan dan kata-kata Yesus mengajarkan kepada umat akan sifat Allah yang rendah hati. Dengan kerendahan hati-Nya, Yesus menunjukkan bahwa kekuatan kasih tidak hanya dalam kata-kata, tetapi dalam tindakan nyata yang menyentuh hati dan kehidupan manusia. 

Paus Fransiskus menekankan bahwa Yesus bukanlah sosok yang tinggi dan tak terjangkau, tetapi Ia hadir dalam bentuk yang paling sederhana dan bisa dijangkau oleh semua orang. Inilah yang menjadi dasar bagi umat untuk merenungkan dan mengikuti cara hidup Yesus dalam tindakan kasih yang nyata.

Dalam konteks spiritual, Bab II mengundang umat untuk meneladani cara Yesus mencintai, yaitu dengan kasih yang berakar pada tindakan nyata dan bukan hanya kata-kata kosong. Paus Fransiskus mengingatkan bahwa sebagai pengikut Kristus, umat hendaknya tidak hanya berbicara tentang kasih tetapi juga melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya Yesus. 

Kasih yang sejati adalah kasih yang menginspirasi tindakan dan membawa dampak dalam kehidupan orang lain. Dengan cara ini, iman menjadi lebih hidup dan nyata, bukan sekadar ajaran teoretis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun