Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Pendampingan Orang Tua Generasi Z dalam Pemilihan Karir Lanjutan

6 September 2024   15:06 Diperbarui: 6 September 2024   15:18 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Strategi pendampingan orang tua Generasi Z dalam pemilihan karir lanjutan setelah lulus SMA perlu mempertimbangkan karakteristik unik generasi ini, seperti kecenderungan mereka terhadap penggunaan teknologi, nilai akan fleksibilitas, dan keinginan mencari makna dalam pekerjaan. Orang tua dapat mendukung anak mereka dengan membangun komunikasi yang terbuka, mendengarkan minat serta aspirasi anak, dan memberikan akses informasi tentang berbagai jalur karir, termasuk pendidikan vokasional, universitas, dan peluang kerja langsung. Salah satu pendekatan efektif adalah mengarahkan anak untuk mengikuti tes bakat dan minat, serta memberikan kesempatan eksplorasi dunia kerja melalui magang atau pengalaman kerja nyata. Orang tua juga perlu memahami bahwa proses pemilihan karir adalah dinamis dan mungkin memerlukan dukungan berkelanjutan dalam hal adaptasi terhadap perubahan di pasar kerja. Dengan pendampingan yang tepat, orang tua dapat membantu anak mereka merasa lebih percaya diri dalam mengambil keputusan karir yang sesuai dengan passion dan kemampuan mereka (Twenge, 2017). 

1. Pemahaman Karakteristik Generasi Z

Orang tua perlu memahami bahwa Generasi Z memiliki karakteristik khusus seperti ketergantungan pada teknologi, keinginan untuk fleksibilitas, serta pencarian makna dalam pekerjaan. Penjelasan lebih lanjut dapat mencakup bagaimana karakteristik ini memengaruhi pilihan karir dan tantangan yang mungkin muncul dalam proses pemilihan tersebut.

Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh dalam lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi digital. Mereka dikenal sebagai "digital natives" karena sejak kecil sudah terbiasa dengan internet, smartphone, dan media sosial (Prensky, 2001). Ketergantungan terhadap teknologi ini memengaruhi preferensi mereka dalam memilih karir. Misalnya, Generasi Z lebih cenderung tertarik pada pekerjaan yang memberikan akses ke teknologi canggih atau yang menawarkan peluang kerja jarak jauh dan fleksibel. Mereka juga lebih tertarik pada bidang yang berhubungan dengan teknologi, seperti data science, digital marketing, atau pengembangan aplikasi, yang sejalan dengan kemampuan mereka menggunakan teknologi (Twenge, 2017). Hal ini menantang orang tua untuk memahami preferensi karir yang mungkin berbeda dari harapan tradisional.

Selain itu, Generasi Z mengutamakan fleksibilitas dalam pekerjaan. Mereka cenderung menolak struktur kerja yang kaku, seperti jam kerja yang tetap atau lingkungan kantor yang terlalu formal (Francis & Hoefel, 2018). Generasi ini menghargai kebebasan untuk bekerja dari mana saja dan kapan saja, selama hasil pekerjaan tercapai. Keinginan ini dipicu oleh kemampuan teknologi yang mendukung cara kerja yang lebih fleksibel, seperti bekerja secara remote atau freelance. Orang tua yang terbiasa dengan konsep kerja konvensional mungkin perlu menyesuaikan harapan mereka agar lebih sesuai dengan kebutuhan dan harapan generasi ini. Ketidakpahaman orang tua terhadap pentingnya fleksibilitas dapat menciptakan ketegangan dalam proses pendampingan karir.

Terakhir, pencarian makna dalam pekerjaan menjadi aspek penting dalam pemilihan karir bagi Generasi Z. Mereka tidak hanya mencari pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan, tetapi juga ingin memastikan bahwa pekerjaan tersebut memberi kontribusi positif bagi dunia atau selaras dengan nilai-nilai pribadi mereka (Deloitte, 2021). Pekerjaan di bidang sosial, lingkungan, atau yang mendukung keberlanjutan menjadi lebih menarik bagi mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Generasi Z menginginkan keterlibatan emosional dan etis dalam pekerjaan mereka. Orang tua perlu memahami motivasi ini dan mendukung anak mereka untuk memilih jalur karir yang sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan hidup mereka.

2. Komunikasi Terbuka dan Dukungan Aspirasi Anak

Membangun komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak menjadi kunci. Orang tua perlu aktif mendengarkan minat dan aspirasi anak, serta mendukung eksplorasi karir yang sesuai dengan passion mereka. Penekanan dapat diberikan pada pentingnya pendekatan non-otoriter dalam diskusi karir.

Komunikasi terbuka antara orang tua dan anak merupakan fondasi penting dalam mendukung pemilihan karir anak, terutama dalam konteks Generasi Z yang cenderung lebih mandiri dan kritis terhadap pilihan hidup mereka. Orang tua perlu secara aktif mendengarkan aspirasi anak, bukan hanya memberikan nasihat atau pengarahan sepihak. Dengan mendengarkan, orang tua dapat memahami minat dan passion anak yang mungkin tidak sejalan dengan harapan tradisional. Studi menunjukkan bahwa komunikasi terbuka meningkatkan kepercayaan diri anak dalam mengambil keputusan karir dan menciptakan hubungan yang lebih harmonis dalam keluarga (Wang & Taylor, 2019). Ketika anak merasa didengar, mereka akan lebih nyaman dalam mengekspresikan pemikiran mereka dan lebih terbuka terhadap masukan dari orang tua.

Pendekatan non-otoriter juga sangat penting dalam diskusi mengenai karir. Orang tua yang memaksakan pandangan atau keinginan mereka kepada anak sering kali memicu resistensi atau bahkan konflik. Generasi Z, yang dikenal lebih otonom, mungkin merasa tertekan jika dipaksa mengikuti jalur karir yang tidak mereka minati. Pendekatan yang lebih inklusif, di mana orang tua mengajak anak berdiskusi tentang berbagai pilihan karir dan implikasinya, lebih efektif. Menurut penelitian oleh Wang et al. (2020), anak yang didukung untuk mengeksplorasi karir sesuai dengan minat mereka cenderung lebih puas dengan pilihan karir mereka di masa depan dan memiliki motivasi intrinsik yang lebih kuat untuk mencapai kesuksesan.

Selain itu, dukungan eksplorasi karir yang sesuai dengan passion anak sangat penting dalam era yang dinamis ini, di mana pekerjaan konvensional tidak lagi menjadi satu-satunya pilihan. Orang tua perlu membantu anak menemukan jalur yang sesuai dengan bakat dan minat mereka, tanpa memberikan batasan yang terlalu sempit. Misalnya, jika anak tertarik pada seni, orang tua bisa membantu mereka mengeksplorasi berbagai bidang terkait seperti desain grafis, animasi, atau ilustrasi digital, yang relevan di pasar kerja saat ini. Dengan memberikan ruang eksplorasi, orang tua tidak hanya membantu anak menemukan passion mereka, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri anak dalam menghadapi tantangan karir di masa depan (LeMoyne & Buchanan, 2021).

3. Akses Informasi Jalur Karir

Orang tua dapat membantu anak-anak mereka memahami berbagai pilihan karir, termasuk pendidikan vokasional, universitas, atau langsung bekerja. Dalam hal ini, orang tua dapat berperan sebagai fasilitator yang menyediakan akses informasi yang tepat dan relevan, serta memperkenalkan pilihan-pilihan yang mungkin tidak diketahui anak sebelumnya.

Akses informasi mengenai berbagai jalur karir adalah elemen krusial dalam proses pendampingan orang tua terhadap anak-anak mereka, khususnya Generasi Z. Di tengah banyaknya pilihan yang tersedia saat ini, mulai dari pendidikan vokasional, universitas, hingga peluang kerja langsung, anak-anak membutuhkan bimbingan untuk memahami jalur mana yang paling sesuai dengan minat, kemampuan, dan tujuan mereka. Orang tua dapat berperan sebagai fasilitator dengan membantu anak memperoleh informasi yang akurat dan komprehensif mengenai setiap opsi yang ada. Misalnya, pendidikan vokasional mungkin lebih cocok bagi anak yang tertarik dengan pekerjaan praktis atau ingin segera memasuki dunia kerja setelah lulus. Penelitian menunjukkan bahwa peran orang tua dalam memberikan akses informasi yang relevan dapat meningkatkan keputusan karir yang lebih matang dan bertanggung jawab pada anak-anak (Dietrich & Kracke, 2009).

Selain itu, orang tua dapat memperkenalkan anak pada jalur karir yang mungkin belum mereka pertimbangkan sebelumnya. Misalnya, jika anak hanya memikirkan untuk melanjutkan ke universitas, orang tua dapat memperkenalkan alternatif seperti kursus sertifikasi, program magang, atau peluang untuk berwirausaha. Mengenalkan anak pada variasi pilihan karir ini penting karena dapat membantu mereka mempertimbangkan aspek praktis dari setiap pilihan, seperti durasi pendidikan, biaya, dan prospek kerja. Menurut penelitian, orang tua yang memberikan akses ke informasi karir yang bervariasi membantu anak menjadi lebih fleksibel dalam memikirkan jalur karir yang mungkin mereka tempuh (Whiston et al., 2015).

Lebih lanjut, peran orang tua sebagai fasilitator juga mencakup membantu anak mencari sumber daya dan jaringan yang tepat untuk mendukung eksplorasi karir. Ini dapat berupa memperkenalkan anak pada konselor karir, platform digital yang menyediakan informasi tentang tren karir, atau bahkan menghubungkan mereka dengan profesional di bidang yang diminati. Orang tua yang aktif terlibat dalam proses pencarian informasi ini tidak hanya memberikan arahan, tetapi juga memberdayakan anak untuk membuat keputusan karir yang lebih informed. Studi oleh Paa dan McWhirter (2000) menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki akses lebih besar ke informasi dan sumber daya karir cenderung memiliki keyakinan diri yang lebih tinggi dalam membuat keputusan karir, serta lebih mampu merencanakan jalur karir mereka dengan strategis.

4. Tes Bakat dan Minat serta Pengalaman Dunia Kerja

Salah satu pendekatan pendampingan yang efektif adalah mengarahkan anak untuk mengikuti tes bakat dan minat guna memahami potensi mereka. Selain itu, orang tua dapat memfasilitasi magang atau pengalaman kerja nyata untuk membantu anak mendapatkan wawasan langsung tentang dunia kerja dan berbagai jalur karir yang mungkin diminati.

Mengarahkan anak untuk mengikuti tes bakat dan minat merupakan salah satu strategi efektif dalam pendampingan karir, karena tes tersebut dapat membantu anak memahami potensi diri dan kecocokan dengan berbagai jenis pekerjaan. Tes bakat dan minat, seperti yang dikembangkan berdasarkan teori Holland, membantu individu mengidentifikasi tipe kepribadian dan lingkungan kerja yang sesuai (Holland, 1997). Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang diri mereka sendiri, anak-anak dapat membuat keputusan karir yang lebih informed dan sesuai dengan passion serta kemampuan mereka. Orang tua yang memfasilitasi proses ini menunjukkan dukungan aktif dalam pengembangan karir anak, yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi anak dalam mengejar tujuan karir mereka (Nauta, 2010).

Selain tes bakat dan minat, pengalaman dunia kerja melalui magang atau pekerjaan paruh waktu memberikan wawasan langsung tentang lingkungan kerja dan tanggung jawab profesional. Magang memungkinkan anak untuk menerapkan pengetahuan teoretis dalam situasi nyata, memahami dinamika tempat kerja, dan mengembangkan keterampilan praktis yang dibutuhkan dalam karir tertentu (Gault, Leach, & Duey, 2010). Pengalaman ini juga dapat membantu anak mengevaluasi minat mereka terhadap bidang tertentu, sehingga dapat membuat keputusan karir yang lebih tepat. Orang tua dapat berperan dengan mencari peluang magang yang sesuai atau memanfaatkan jaringan profesional mereka untuk membantu anak mendapatkan pengalaman yang berharga.

Lebih jauh lagi, kombinasi antara pemahaman potensi diri melalui tes bakat dan minat serta pengalaman praktis di dunia kerja dapat memperkuat kesiapan karir anak. Studi menunjukkan bahwa individu yang memiliki pemahaman yang baik tentang diri mereka dan telah terpapar pada pengalaman kerja nyata cenderung memiliki transisi yang lebih lancar ke dunia kerja dan tingkat kepuasan karir yang lebih tinggi (Savickas, 2013). Dalam konteks Generasi Z yang menghadapi pasar kerja yang kompetitif dan dinamis, strategi ini menjadi semakin penting. Dengan dukungan orang tua dalam aspek ini, anak-anak dapat lebih siap menghadapi tantangan karir di masa depan dan membuat keputusan yang lebih tepat mengenai jalur karir mereka.

5. Dukungan Berkelanjutan dan Adaptasi terhadap Perubahan

Proses pemilihan karir tidak bersifat statis. Orang tua harus siap mendukung anak mereka secara berkelanjutan, terutama dalam menghadapi perubahan yang mungkin terjadi di pasar kerja. Fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi yang dinamis menjadi penting dalam mendampingi anak melalui perjalanan karirnya.

Proses pemilihan karir bersifat dinamis dan terus berkembang, seiring dengan perubahan dalam teknologi, ekonomi, dan kebutuhan industri. Orang tua perlu memberikan dukungan berkelanjutan kepada anak mereka, tidak hanya dalam tahap awal pemilihan karir, tetapi juga ketika anak menghadapi tantangan dan perubahan di masa depan. Menurut Savickas (2013), karir tidak lagi dilihat sebagai jalur linear, tetapi lebih sebagai perjalanan yang memerlukan penyesuaian berkala terhadap perubahan di lingkungan kerja. Oleh karena itu, orang tua harus membantu anak mereka mengembangkan keterampilan untuk menghadapi ketidakpastian dan mendorong sikap fleksibel dalam mengeksplorasi berbagai peluang karir. Dukungan berkelanjutan ini membantu anak untuk tetap percaya diri dan tangguh saat berhadapan dengan perubahan di pasar kerja.

Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan juga menjadi kunci sukses dalam perjalanan karir anak. Dalam dunia kerja yang semakin terdigitalisasi dan terglobalisasi, tuntutan akan keterampilan baru terus muncul. Fleksibilitas dalam belajar dan kemampuan untuk mengasah keterampilan baru menjadi sangat penting (Bimrose et al., 2011). Orang tua dapat mendukung anak mereka dengan mendorong pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk terus mengembangkan diri, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal. Dengan demikian, anak-anak tidak hanya akan siap menghadapi tantangan karir saat ini, tetapi juga memiliki kapasitas untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan yang mungkin terjadi di masa depan.

Selain itu, peran orang tua sebagai pendukung emosional tidak bisa diabaikan. Ketika anak menghadapi kegagalan atau kesulitan dalam menavigasi karir mereka, orang tua harus hadir sebagai sumber dorongan moral dan stabilitas. Studi menunjukkan bahwa dukungan emosional dari orang tua dapat membantu mengurangi kecemasan terkait keputusan karir dan meningkatkan kemampuan anak dalam mengatasi stres yang mungkin timbul akibat perubahan pasar kerja (Ginevra et al., 2015). Fleksibilitas orang tua dalam menyesuaikan harapan mereka terhadap karir anak juga penting agar anak merasa didukung tanpa tekanan yang berlebihan. Dengan kombinasi dukungan berkelanjutan dan adaptasi terhadap perubahan, orang tua dapat membantu anak mereka mencapai kesuksesan karir yang berkelanjutan.

Kesimpulan

Kesimpulan dari seminar "Strategi Pendampingan Orang Tua Generasi Z dalam Pemilihan Karir Lanjutan" yang diadakan oleh SMA Tarakanita Magelang pada 6 September 2024 menunjukkan betapa pentingnya peran aktif orang tua dalam mendukung anak-anak mereka dalam memilih jalur karir yang sesuai. Dr. Enjang Wahyuningrum, M.Si, menekankan bahwa memahami karakteristik unik Generasi Z—seperti ketergantungan pada teknologi, keinginan untuk fleksibilitas, dan pencarian makna dalam pekerjaan—adalah kunci untuk memberikan dukungan yang efektif. Orang tua diharapkan untuk membangun komunikasi terbuka, memperkenalkan berbagai pilihan karir, serta memfasilitasi pengalaman praktis melalui magang dan pekerjaan. Dukungan berkelanjutan dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar kerja juga sangat penting untuk membantu anak-anak menavigasi tantangan karir mereka. Seminar ini sukses memberikan wawasan yang berharga bagi orang tua dan meningkatkan pemahaman mereka tentang bagaimana mereka dapat mendampingi anak-anak mereka dalam menghadapi pilihan karir di masa depan.

Referensi

Bimrose, J., Barnes, S. A., & Hughes, D. (2011). The role of career adaptability in skills supply. Wider benefits of learning research report.

Deloitte. (2021). Deloitte Global 2021 Millennial and Gen Z Survey. Deloitte.

Dietrich, J., & Kracke, B. (2009). Career-specific parental behaviors in adolescents’ development. Journal of Vocational Behavior, 75(2), 109-119.

Francis, T., & Hoefel, F. (2018). ‘True Gen’: Generation Z and its implications for companies. McKinsey & Company.

Gault, J., Leach, E., & Duey, M. (2010). Effects of business internships on job marketability: The employers' perspective. Education + Training, 52(1), 76-88.

Ginevra, M. C., Nota, L., & Ferrari, L. (2015). Parental support in adolescents’ career development: Parents’ and children’s perceptions. Career Development Quarterly, 63(1), 2-15.

Holland, J. L. (1997). Making vocational choices: A theory of vocational personalities and work environments (3rd ed.). Psychological Assessment Resources.

LeMoyne, T., & Buchanan, T. (2021). Parental support and youth career exploration: The role of encouragement and autonomy. Journal of Career Development, 48(2), 136-149.

Nauta, M. M. (2010). The development, evolution, and status of Holland's theory of vocational personalities: Reflections and future directions for counseling psychology. Journal of Counseling Psychology, 57(1), 11-22.

Paa, H. K., & McWhirter, E. H. (2000). Perceived influences on high school students’ current career expectations. Career Development Quarterly, 49(1), 29-44.

Prensky, M. (2001). Digital Natives, Digital Immigrants. On the Horizon, 9(5), 1-6.

Savickas, M. L. (2013). Career construction theory and practice. In S. D. Brown & R. W. Lent (Eds.), Career development and counseling: Putting theory and research to work (2nd ed., pp. 147-183). John Wiley & Sons.

Savickas, M. L. (2013). Career construction theory and practice. In S. D. Brown & R. W. Lent (Eds.), Career development and counseling: Putting theory and research to work (2nd ed., pp. 147-183). John Wiley & Sons.

Twenge, J. M. (2017). iGen: Why Today's Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy--and Completely Unprepared for Adulthood. Simon and Schuster.

Wang, M., & Taylor, Z. (2019). Parent-child communication and career decision-making in adolescence: The role of parental involvement. Journal of Youth and Adolescence, 48(4), 734-747.

Wang, M., Taylor, Z., & Levenstein, A. (2020). Exploring the impact of parental support on career decision-making self-efficacy. Journal of Career Assessment, 28(1), 42-56.

Whiston, S. C., Li, Y., Mitts, N. G., & Wright, L. (2015). Effectiveness of career choice interventions: A meta-analytic replication and extension. Journal of Vocational Behavior, 90, 73-82.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun