Contoh konkret dari pemahaman ini dapat kita temukan dalam cara kita menghadapi kehilangan atau musibah. Ketika kita kehilangan pekerjaan, harta, atau bahkan orang yang kita cintai, kita diingatkan untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan.Â
Idul Adha mengajarkan kita untuk melihat setiap cobaan sebagai ujian dan peluang untuk memperkuat keimanan. Kita diajarkan untuk tetap bersabar dan berserah diri kepada Allah SWT, dengan keyakinan bahwa setiap kesulitan akan membawa kita lebih dekat kepada-Nya.Â
Misalnya, ketika kita menghadapi kesulitan finansial, kita dapat memilih untuk tetap bersedekah dan membantu sesama, meskipun dalam keterbatasan, sebagai bentuk pengabdian dan pengakuan bahwa segala rezeki berasal dari Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya.
Selain itu, dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita diajarkan untuk tidak terlalu terikat pada hal-hal duniawi yang bisa melalaikan kita dari tujuan akhir hidup kita. Idul Adha mengingatkan kita untuk selalu memprioritaskan ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT di atas segalanya.Â
Misalnya, ketika kita sibuk dengan pekerjaan atau urusan duniawi lainnya, kita diingatkan untuk tetap menjaga waktu shalat, membaca Al-Quran, dan melakukan amal kebaikan.Â
Dengan menyadari bahwa hidup ini sementara, kita akan lebih fokus pada amal ibadah yang akan membawa manfaat abadi di akhirat. Pengorbanan hewan kurban yang kita lakukan setiap tahun menjadi simbol bahwa kita siap melepaskan keterikatan pada dunia dan mengarahkan seluruh perhatian dan cinta kita kepada Allah SWT.
5. Pembaharuan Iman dan SpiritualitasÂ
Jalaluddin Rumi, seorang sufi terkenal, menganggap Idul Adha sebagai waktu untuk pembaharuan iman dan spiritualitas. Momen pengorbanan ini adalah saat bagi setiap Muslim untuk merenungkan kembali hubungan mereka dengan Allah SWT, memperkuat ikatan spiritual, dan memperbarui komitmen mereka dalam menjalankan ajaran Islam. Ini adalah waktu untuk refleksi diri, introspeksi, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan penuh cinta dan keikhlasan.
Jalaluddin Rumi mengajarkan kita bahwa Idul Adha adalah momen yang tepat untuk pembaharuan iman dan spiritualitas. Pengorbanan yang kita lakukan bukan hanya tentang menyerahkan hewan kurban, tetapi juga tentang merenungkan kembali hubungan kita dengan Allah SWT dan memperkuat ikatan spiritual yang mungkin telah melemah.Â
Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mengambil waktu selama Idul Adha untuk merenung dan introspeksi diri. Misalnya, kita bisa merenungkan seberapa konsisten kita dalam menjalankan shalat, seberapa sering kita membaca Al-Quran, dan bagaimana kualitas ibadah kita selama ini. Dengan merenungkan hal-hal ini, kita dapat menemukan area yang perlu diperbaiki dan berkomitmen untuk memperbaikinya.
Pembaharuan iman juga dapat tercermin dalam tindakan nyata yang kita lakukan sehari-hari. Misalnya, kita bisa memanfaatkan momen Idul Adha untuk memulai kebiasaan baru yang lebih baik, seperti memperbanyak dzikir, lebih sering bersedekah, atau memperbaiki akhlak kita terhadap sesama.Â
Kita bisa mengadakan majlis ta'lim di rumah atau komunitas kita untuk bersama-sama belajar dan memperdalam pemahaman tentang ajaran Islam. Ini adalah bentuk nyata dari upaya kita untuk memperkuat ikatan spiritual dengan Allah SWT dan memperbarui komitmen kita dalam menjalankan ajaran-Nya. Dengan begitu, Idul Adha bukan hanya menjadi ritual tahunan, tetapi juga momen transformasi diri yang mendalam.