Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

DOA JALAN SALIB LAUDATE DEUM

27 Mei 2024   14:16 Diperbarui: 5 Juni 2024   23:25 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata Pengantar 

P: Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,

Hari ini kita berkumpul untuk merenungkan Jalan Salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebuah perjalanan penuh penderitaan yang ditanggung-Nya demi keselamatan kita. Namun, dalam perhentian-perhentian yang akan kita renungkan ini, kita juga diajak untuk melihat penderitaan lain yang terjadi di dunia kita saat ini - penderitaan bumi dan lingkungan kita yang rusak akibat krisis iklim dan tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab.

Dokumen "Laudate Deum" yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus mengingatkan kita bahwa krisis lingkungan bukan hanya masalah ekologis, tetapi juga masalah moral yang mendesak. Seperti Yesus yang dihukum dan memikul salib-Nya, bumi pun menderita karena dosa-dosa keegoisan, ketamakan, dan ketidakpedulian kita. Melalui refleksi ini, kita dipanggil untuk menanggung tanggung jawab kita terhadap ciptaan Tuhan dan bekerja bersama untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.

Dalam setiap perhentian Jalan Salib ini, marilah kita merenungkan bagaimana penderitaan Yesus mencerminkan penderitaan alam. Marilah kita membuka hati kita untuk menerima panggilan Tuhan agar kita menjadi penjaga yang setia bagi bumi ini. Semoga refleksi dan doa kita hari ini menginspirasi tindakan nyata dalam menjaga dan melestarikan lingkungan sebagai wujud kasih kita kepada Tuhan dan sesama.

Marilah kita memulai perjalanan rohani ini dengan membuat tanda salib:

Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.

U: Amin.

Doa Pembukaan Jalan Salib "Laudate Deum"

P: Allah Bapa yang Maha Pengasih, kami berkumpul di hadapan-Mu dalam perayaan Jalan Salib ini, di mana kami merenungkan penderitaan Putra-Mu, Yesus Kristus. Dalam setiap langkah-Nya menuju Golgota, kami menemukan panggilan untuk memperbarui komitmen kami dalam merawat bumi yang telah Engkau ciptakan dengan penuh kasih. Seperti yang diajarkan dalam dokumen "Laudate Deum," kami menyadari bahwa krisis iklim dan kerusakan lingkungan adalah hasil dari dosa-dosa keegoisan dan ketamakan kami.

Kami memohon bimbingan Roh Kudus agar kami dapat memahami setiap perhentian Jalan Salib ini sebagai refleksi dari tanggung jawab kami terhadap seluruh ciptaan. Bantu kami untuk melihat penderitaan Yesus sebagai panggilan untuk bertindak demi keadilan lingkungan dan kelestarian alam. Semoga melalui doa dan refleksi ini, hati kami digerakkan untuk merawat bumi dengan kasih dan hormat, serta bekerja sama dalam upaya global untuk mengatasi krisis iklim.

Tuhan Yesus, yang memikul salib demi keselamatan kami, ajarilah kami untuk memikul tanggung jawab kami terhadap bumi dan semua makhluk yang menderita akibat ulah kami. Semoga setiap langkah yang kami ambil dalam Jalan Salib ini memperdalam komitmen kami untuk menjaga dan melestarikan ciptaan-Mu. Sebab Engkaulah Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. 

U: Amin.

Perhentian 1: Yesus Dihukum Mati

(https://buku.kompas.com/read/3105/apa-dampak-kerusakan-lingkungan-bagi-manusia)
(https://buku.kompas.com/read/3105/apa-dampak-kerusakan-lingkungan-bagi-manusia)

Di dunia yang seringkali tidak adil, kita merenungkan bagaimana keegoisan manusia menyebabkan kerusakan pada lingkungan kita, sebagaimana Yesus dihukum karena dosa-dosa kita.

P: Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu

U: Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia

P: Di dunia yang seringkali tidak adil, kita merenungkan bagaimana keegoisan manusia menyebabkan kerusakan pada lingkungan kita, sebagaimana Yesus dihukum karena dosa-dosa kita. Saat Yesus berdiri di hadapan Pilatus, Ia adalah gambaran ketidakbersalahan yang murni dihadapkan pada ketidakadilan. Sama seperti kita sering kali memilih jalan yang menguntungkan diri sendiri tanpa memperhatikan dampaknya terhadap ciptaan Allah, Pilatus memilih untuk menuruti desakan orang banyak meskipun tahu Yesus tidak bersalah. Dalam Yohanes 18:37, Yesus berkata, "Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, yaitu untuk bersaksi tentang kebenaran." Sebagaimana Yesus datang untuk bersaksi tentang kebenaran, kita pun dipanggil untuk menjadi saksi kebenaran dalam menjaga dan melindungi bumi ini.

Kerusakan lingkungan yang kita saksikan saat ini adalah cerminan dosa keegoisan dan ketamakan yang tidak terkontrol. Alam yang rusak, perubahan iklim yang ekstrem, dan punahnya berbagai spesies adalah akibat dari tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab. Yesus, dalam penderitaan-Nya, mengajak kita untuk merenungkan konsekuensi dari dosa-dosa kita dan mendorong kita untuk bertobat. Dalam Roma 8:22, Paulus menulis, "Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin." Ayat ini mengingatkan kita bahwa seluruh ciptaan menderita akibat dosa manusia dan membutuhkan pemulihan. Kita diajak untuk berubah dan mengambil tindakan nyata dalam memperbaiki hubungan kita dengan lingkungan sebagai wujud pertobatan kita.

Marilah berdoa,

Tuhan Yesus yang penuh kasih, Engkau yang telah menderita dan dihukum mati demi dosa-dosa kami, kami mohon ampun atas keegoisan dan ketidakpedulian kami terhadap lingkungan yang Kau ciptakan dengan indah. Bantu kami untuk bertindak dengan bijaksana dan penuh kasih dalam menjaga bumi ini. Berilah kami keberanian untuk menjadi saksi kebenaran-Mu dan berkomitmen dalam upaya memperbaiki kerusakan yang telah kami sebabkan. Amin.

P: Tuhan, kasihanilah kami

U: Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini

Bapa Kami

Anakdomba tak bersalah

ajar kami pun berpasrah

taat pada Bapa-Mu

Perhentian 2: Yesus Memikul Salib-Nya

(https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/16/193200423/studi-buktikan-aktivitas-manusia-pengaruhi-perubahan-iklim-bumi?page=all)
(https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/16/193200423/studi-buktikan-aktivitas-manusia-pengaruhi-perubahan-iklim-bumi?page=all)

Sebagaimana Yesus memikul salib-Nya, kita diingatkan untuk memikul tanggung jawab kita terhadap bumi dan semua makhluk yang menderita akibat perubahan iklim.

P: Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu

U: Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia

P: Sebagaimana Yesus memikul salib-Nya, kita diingatkan untuk memikul tanggung jawab kita terhadap bumi dan semua makhluk yang menderita akibat perubahan iklim. Ketika Yesus memikul salib di jalan menuju Golgota, Dia menunjukkan ketaatan dan kasih yang luar biasa. Tindakan-Nya mengajarkan kita tentang pentingnya menerima dan memikul beban demi kebaikan yang lebih besar. Dalam konteks krisis iklim, kita juga dihadapkan pada salib yang harus kita pikul — tanggung jawab untuk menjaga dan memulihkan bumi yang sedang menderita. Dalam Matius 16:24, Yesus berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." Ayat ini menekankan bahwa mengikuti Yesus berarti siap memikul beban tanggung jawab, termasuk tanggung jawab kita terhadap lingkungan.

Perubahan iklim membawa dampak yang merugikan bagi banyak makhluk hidup dan ekosistem di bumi. Pencairan es di kutub, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi bencana alam yang meningkat adalah tanda-tanda bahwa bumi sedang menjerit meminta pertolongan. Yesus, dengan memikul salib-Nya, mengundang kita untuk juga ikut serta dalam memikul tanggung jawab ini, untuk berkontribusi dalam mengurangi kerusakan lingkungan dan membantu memulihkannya. Dalam Kolose 1:20, tertulis, "Dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di surga, sesudah Ia mengadakan perdamaian oleh darah salib Kristus." Melalui salib-Nya, Yesus memperdamaikan segala sesuatu, dan kita dipanggil untuk melanjutkan karya perdamaian itu dengan merawat ciptaan Allah dan berusaha memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.

Marilah berdoa,

Tuhan Yesus, yang telah memikul salib demi keselamatan kami, berikanlah kami keberanian dan kekuatan untuk memikul tanggung jawab kami terhadap bumi ini. Bantu kami untuk tidak hanya melihat penderitaan alam dan makhluk hidup sebagai beban, tetapi sebagai panggilan untuk bertindak demi kelestarian ciptaan-Mu. Semoga kami selalu setia mengikuti teladan-Mu dalam kasih dan pengorbanan, serta berkomitmen untuk menjaga lingkungan dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang. Amin.

P: Tuhan, kasihanilah kami

U: Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini

Bapa Kami

Kayu Salib Dia panggul

mari kita pun memikul

salib kita di dunia

Perhentian 3: Yesus Jatuh untuk Pertama Kali

(https://www.alinea.id/nasional/knti-eksploitasi-berlebih-rusak-laut-indonesia-b1ZO69uSH)
(https://www.alinea.id/nasional/knti-eksploitasi-berlebih-rusak-laut-indonesia-b1ZO69uSH)

Ketika Yesus jatuh pertama kali, kita melihat bagaimana alam juga jatuh di bawah beban pencemaran dan eksploitasi yang berlebihan.

P: Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu

U: Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia

P: Ketika Yesus jatuh untuk pertama kali, kita melihat bagaimana alam juga jatuh di bawah beban pencemaran dan eksploitasi yang berlebihan. Dalam perjalanannya menuju Golgota, Yesus mengalami kejatuhan yang penuh penderitaan. Kejatuhan ini tidak hanya menggambarkan beban fisik yang ditanggung-Nya, tetapi juga beban dosa manusia yang ditanggung-Nya. Alam, yang diciptakan oleh Allah dengan sempurna, kini juga merasakan beban berat akibat ulah manusia. Dalam Roma 8:21, tertulis, "Dengan harapan bahwa makhluk itu sendiri juga akan dibebaskan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah." Ayat ini mengingatkan kita bahwa sebagaimana Yesus jatuh di bawah beban dosa kita, alam juga menderita di bawah beban pencemaran dan eksploitasi, dan keduanya membutuhkan pembebasan.

Kita sering kali lupa bahwa bumi ini adalah titipan yang harus dijaga dan dilestarikan. Ketika Yesus jatuh untuk pertama kali, kita diingatkan akan keterbatasan dan kelemahan manusia dalam menghadapi dosa dan godaan. Pencemaran dan eksploitasi alam adalah refleksi dari dosa-dosa keegoisan dan ketamakan manusia. Kita telah memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan tanpa memikirkan konsekuensinya bagi generasi mendatang. Dalam Kolose 1:16-17, tertulis, "Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan... Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia." Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini adalah milik Tuhan dan harus dijaga dengan penuh tanggung jawab.

Marilah berdoa,

Tuhan yang Mahakasih, kami datang kepada-Mu dengan hati yang penuh penyesalan atas segala kerusakan yang telah kami sebabkan pada alam ciptaan-Mu. Seperti Yesus yang jatuh di bawah beban dosa kami, kami mohon ampun atas dosa-dosa kami terhadap bumi ini. Berikanlah kami kebijaksanaan dan kekuatan untuk menjaga serta melindungi lingkungan, agar alam dapat pulih dan menjadi tempat yang layak bagi semua ciptaan-Mu. Semoga kami selalu ingat untuk hidup dengan bijak dan bertanggung jawab dalam segala tindakan kami. Amin.

P: Tuhan, kasihanilah kami

U: Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini

Bapa Kami

Tuhan Yesus tolong kami

bila kami jatuh lagi

karena salib yang berat

Perhentian 4: Yesus Bertemu dengan Ibunya

(https://rumahkitab.com/pentingnya-perspektif-spiritual-agar-kita-tak-gampang-merusak-alam/)
(https://rumahkitab.com/pentingnya-perspektif-spiritual-agar-kita-tak-gampang-merusak-alam/)

Pertemuan Yesus dengan Maria mengingatkan kita akan pentingnya hubungan kita dengan alam, seperti yang diajarkan Yesus melalui keintiman-Nya dengan ciptaan Allah.

P: Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu

U: Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia

P: Pertemuan Yesus dengan Maria di tengah jalan menuju Golgota adalah momen penuh kasih dan dukungan. Pertemuan ini mengingatkan kita akan pentingnya hubungan yang intim dan penuh kasih dengan alam, seperti hubungan Yesus dengan ciptaan Allah. Yesus selalu menunjukkan perhatian dan kasih terhadap alam; Dia menggunakan alam sebagai sarana pengajaran-Nya, dari benih yang tumbuh di ladang hingga burung-burung di udara. Dalam Matius 6:26, Yesus berkata, "Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?" Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya setiap bagian dari ciptaan bagi Allah, dan mengajak kita untuk mengembangkan hubungan yang lebih dekat dan penuh perhatian terhadap alam.

Keintiman Yesus dengan alam mengajarkan kita untuk menghargai dan merawat ciptaan Allah dengan penuh kasih. Ketika Yesus bertemu dengan Maria, ada kehangatan dan dukungan yang ditunjukkan, mengingatkan kita bahwa hubungan dengan alam juga harus dipenuhi dengan rasa hormat dan tanggung jawab. Dalam krisis lingkungan saat ini, kita sering kali melupakan hubungan mendalam ini dan memperlakukan alam hanya sebagai sumber daya yang bisa dieksploitasi. Padahal, sebagaimana kita dipanggil untuk menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, kita juga dipanggil untuk memelihara hubungan yang harmonis dengan alam. Dalam Kolose 1:16-17, tertulis, "Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi... Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia." Ayat ini mengingatkan kita bahwa alam adalah ciptaan Allah yang harus dihargai dan dijaga sebagai bentuk tanggung jawab dan kasih kita kepada Sang Pencipta.

Marilah berdoa,

Ya Tuhan yang Mahakasih, Engkau yang telah menciptakan alam semesta dengan penuh kasih dan keindahan, ajarilah kami untuk mengembangkan hubungan yang intim dan penuh kasih dengan alam. Seperti Yesus yang menunjukkan perhatian dan kasih terhadap segala ciptaan-Mu, bantulah kami untuk menghargai dan menjaga lingkungan ini dengan rasa hormat dan tanggung jawab. Semoga melalui kasih kami kepada alam, kami dapat memuliakan nama-Mu dan menunjukkan cinta-Mu kepada seluruh ciptaan. Amin.

P: Tuhan, kasihanilah kami

U: Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini

Bapa Kami

O Maria bunda kudus

yang setia ikut Yesus

Kau teladan hidupku

Perhentian 5: Yesus Dibantu oleh Simon dari Kirene

(https://memorandum.disway.id/read/91391/krisis-lingkungan-upaya-global-dalam-menangani-perubahan-iklim)
(https://memorandum.disway.id/read/91391/krisis-lingkungan-upaya-global-dalam-menangani-perubahan-iklim)

Simon membantu Yesus memikul salib, sebagaimana kita semua dipanggil untuk saling membantu dalam upaya global mengatasi krisis iklim.

P: Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu

U: Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia

P: Simon dari Kirene dipanggil untuk membantu Yesus memikul salib-Nya di tengah perjalanan menuju Golgota. Tindakan ini mengingatkan kita bahwa kita semua dipanggil untuk saling membantu, terutama dalam menghadapi tantangan besar seperti krisis iklim. Ketika Simon mengambil sebagian beban dari bahu Yesus, dia menjadi simbol solidaritas dan kerja sama. Dalam konteks krisis iklim, kita juga harus berkolaborasi dan saling mendukung untuk mengurangi dampak negatif terhadap bumi. Seperti yang tertulis dalam Galatia 6:2, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." Ayat ini menggarisbawahi pentingnya gotong royong dan kerjasama dalam menghadapi tantangan bersama, termasuk upaya melindungi lingkungan.

Krisis iklim adalah masalah global yang memerlukan tindakan kolektif dari seluruh umat manusia. Setiap langkah kecil yang diambil oleh individu, komunitas, dan negara-negara dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam menjaga dan memulihkan lingkungan. Simon dari Kirene mengajarkan kita bahwa tidak ada tindakan bantuan yang terlalu kecil atau tidak berarti. Setiap kontribusi kita dalam mengurangi emisi karbon, menjaga keanekaragaman hayati, dan mempromosikan praktik berkelanjutan adalah bagian dari usaha bersama untuk menyelamatkan bumi. Dalam 1 Korintus 12:26, Paulus mengingatkan kita, "Jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita." Ayat ini mengajak kita untuk merasakan penderitaan alam sebagai penderitaan kita sendiri dan untuk bersatu dalam upaya penyelamatan lingkungan sebagai bentuk kasih kita kepada ciptaan Tuhan.

Marilah berdoa,

Tuhan yang Maha Pengasih, kami bersyukur atas teladan Simon dari Kirene yang menunjukkan kepada kami pentingnya saling membantu dan bekerja sama. Berikanlah kami hati yang penuh kasih dan semangat untuk berkolaborasi dalam upaya melindungi dan memulihkan bumi dari krisis iklim. Bimbinglah kami untuk mengambil langkah-langkah nyata dalam menjaga lingkungan dan memberikan kontribusi kami, sekecil apapun itu, untuk kebaikan bersama. Semoga dengan bekerja sama, kami dapat menciptakan dunia yang lebih baik dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. Amin.

P: Tuhan, kasihanilah kami

U: Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini

Bapa Kami

Apa pun yang kau lakukan

bagi para penderita

pada Tuhan berkenan

Perhentian 6: Veronika Mengusap Wajah Yesus

(https://fisipol.uki.ac.id/berita/index/2022050310-vainels-bergerak-menyelamatkan-bumi)
(https://fisipol.uki.ac.id/berita/index/2022050310-vainels-bergerak-menyelamatkan-bumi)

Veronika mengusap wajah Yesus, memberi kita teladan belas kasih dan perhatian terhadap penderitaan bumi yang menghadapi kerusakan ekologi.

P: Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu

U: Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia

P: Ketika Veronika mengusap wajah Yesus di tengah perjalanan-Nya yang penuh penderitaan, dia menunjukkan sebuah tindakan belas kasih yang mendalam. Tindakan ini adalah contoh nyata bagaimana kasih dan perhatian bisa meringankan penderitaan, meskipun hanya sesaat. Dalam konteks kerusakan ekologi yang dihadapi bumi saat ini, tindakan Veronika mengajarkan kita untuk memperhatikan penderitaan alam dan berusaha untuk merawatnya dengan kasih dan perhatian yang sama. Sebagaimana Yesus berkata dalam Injil Matius 25:40, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." Ayat ini mengingatkan kita bahwa kepedulian kita terhadap lingkungan adalah juga sebuah pelayanan kepada Tuhan yang menciptakan segala sesuatu.

Kerusakan ekologi yang kita hadapi merupakan akibat dari ketidakpedulian dan eksploitasi berlebihan terhadap alam. Meneladani Veronika, kita diundang untuk melakukan tindakan-tindakan kecil namun bermakna dalam menjaga dan merawat bumi. Seperti Veronika yang menghapus keringat dan darah dari wajah Yesus, kita dapat melakukan upaya-upaya untuk mengurangi jejak ekologi kita dan memperbaiki lingkungan di sekitar kita. Hal ini tidak hanya menunjukkan kasih kita kepada ciptaan Tuhan, tetapi juga mencerminkan tanggung jawab kita sebagai penjaga bumi ini. Mari kita refleksikan bahwa setiap tindakan kecil untuk menjaga alam adalah bentuk cinta kita kepada Sang Pencipta dan sesama makhluk-Nya.

Marilah berdoa,

Tuhan yang Maha Pengasih, terima kasih atas teladan kasih yang telah diberikan oleh Veronika. Ajari kami untuk selalu memiliki hati yang peka dan penuh kasih terhadap lingkungan sekitar kami. Berilah kami kekuatan dan kebijaksanaan untuk melakukan tindakan-tindakan kecil yang dapat memperbaiki kerusakan alam. Semoga melalui upaya kami, kami dapat membawa penghiburan dan pemulihan bagi bumi yang Engkau ciptakan dengan penuh kasih. Amin.

P: Tuhan, kasihanilah kami

U: Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini

Bapa Kami

Bila kita meringankan

duka orang yang sengsara

Tuhan Allah berkenan

Perhentian 7: Yesus Jatuh untuk Kedua Kali

(https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/17/143054269/contoh-kerusakan-lingkungan-akibat-ulah-manusia)
(https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/17/143054269/contoh-kerusakan-lingkungan-akibat-ulah-manusia)

Kejatuhan kedua Yesus melambangkan bagaimana manusia terus mengulangi kesalahan dalam merusak lingkungan meskipun sudah ada peringatan akan dampaknya.

P: Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu

U: Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia

P: Ketika Yesus jatuh untuk kedua kalinya, kita diingatkan tentang keteguhan-Nya menghadapi penderitaan dan perjuangan yang berulang. Kejatuhan ini tidak hanya menggambarkan kelemahan fisik Yesus, tetapi juga menjadi simbol bagi kita tentang bagaimana manusia terus mengulangi kesalahan yang sama, terutama dalam merusak lingkungan meskipun telah menerima banyak peringatan tentang dampaknya. Dalam Roma 8:22, Paulus mengatakan, "Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin." Ayat ini menggambarkan penderitaan seluruh ciptaan akibat kesalahan manusia, yang serupa dengan penderitaan Yesus di jalan menuju Golgota.

Setiap kejatuhan Yesus adalah ajakan bagi kita untuk merenungkan dan memperbaiki tindakan kita terhadap lingkungan. Kita dipanggil untuk bertobat dari perilaku merusak yang berulang dan untuk mengambil langkah-langkah yang lebih bijaksana dan penuh kasih terhadap bumi yang kita diami. Dengan merenungkan kejatuhan Yesus yang kedua kali, kita diingatkan bahwa meskipun kita sering jatuh dan gagal, ada selalu kesempatan untuk bangkit kembali dan memperbaiki jalan kita. Yesus mengajarkan kita untuk tidak menyerah, tetapi terus berjuang demi kebaikan yang lebih besar, termasuk menjaga ciptaan Tuhan.

Marilah berdoa,

Tuhan yang Maha Pengasih, kami datang kepada-Mu dengan hati yang penuh penyesalan atas kerusakan yang telah kami lakukan terhadap bumi. Bimbinglah kami untuk belajar dari kesalahan kami dan berikan kami kekuatan untuk memperbaiki dan menjaga ciptaan-Mu dengan lebih baik. Seperti Yesus yang bangkit setelah jatuh, berikanlah kami ketekunan untuk bangkit dari kesalahan kami dan menjadi pelindung yang setia bagi bumi ini. Amin. 

P: Tuhan, kasihanilah kami

U: Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini

Bapa Kami

Bilamana kami goyah

dan tercampak karena salah

ya Tuhan, tegakkanlah

Perhentian 8: Yesus Menyapa Wanita-wanita Yerusalem

(https://www.kompas.com/sains/image/2021/10/28/160000523/5-pesan-komunitas-peduli-iklim-untuk-jokowi-sebelum-hadiri-cop26?page=2)
(https://www.kompas.com/sains/image/2021/10/28/160000523/5-pesan-komunitas-peduli-iklim-untuk-jokowi-sebelum-hadiri-cop26?page=2)

Yesus menyapa wanita-wanita Yerusalem, menunjukkan kepedulian-Nya terhadap mereka yang paling rentan, seperti halnya kita harus peduli terhadap komunitas yang paling terdampak perubahan iklim.

P: Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu

U: Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia

P: Ketika Yesus menyapa wanita-wanita Yerusalem di tengah perjalanan-Nya yang penuh penderitaan menuju Golgota, Ia menunjukkan kepedulian yang mendalam terhadap mereka yang paling rentan. Tindakan ini mencerminkan kasih universal Yesus yang tidak hanya terbatas pada keselamatan spiritual, tetapi juga mencakup perhatian terhadap penderitaan fisik dan emosional manusia. Sebagaimana dikatakan dalam Lukas 23:28, "Yesus berpaling kepada mereka dan berkata, 'Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu.'" Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan penderitaan yang diakibatkan oleh ketidakpedulian kita terhadap lingkungan, yang sering kali paling dirasakan oleh komunitas yang paling rentan dan kurang beruntung.

Sebagaimana Yesus menunjukkan kepedulian-Nya kepada wanita-wanita Yerusalem, kita juga dipanggil untuk memperhatikan komunitas yang paling terdampak oleh perubahan iklim. Perubahan iklim memperparah ketidakadilan sosial, menghantam mereka yang sudah berada dalam situasi sulit. Menurut ensiklik "Laudato Si'" dan "Laudate Deum," tanggung jawab kita untuk merawat ciptaan Tuhan juga berarti melindungi saudara-saudari kita yang menderita akibat bencana ekologis. Ketika kita menjaga bumi ini, kita juga menjaga kehidupan dan martabat manusia, terutama mereka yang paling lemah dan terpinggirkan.

Marilah berdoa, 

Tuhan yang Maha Pengasih, ajarlah kami untuk memiliki hati yang peduli dan belas kasih seperti Yesus. Bantulah kami untuk tidak hanya melihat penderitaan kami sendiri, tetapi juga penderitaan orang lain, terutama mereka yang paling terdampak oleh perubahan iklim. Berikanlah kami keberanian dan kebijaksanaan untuk mengambil tindakan nyata dalam menjaga ciptaan-Mu. Amin.

P: Tuhan, kasihanilah kami

U: Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini

Bapa Kami

Dalam tobat yang sejati

kini akan kuratapi

dosa dan pelanggaran

Perhentian 9: Yesus Jatuh untuk Ketiga Kali

(https://www.kompas.com/sains/image/2021/10/28/160000523/5-pesan-komunitas-peduli-iklim-untuk-jokowi-sebelum-hadiri-cop26?page=1)
(https://www.kompas.com/sains/image/2021/10/28/160000523/5-pesan-komunitas-peduli-iklim-untuk-jokowi-sebelum-hadiri-cop26?page=1)

Kejatuhan ketiga Yesus menggambarkan keadaan kritis bumi saat ini yang berada di ambang kehancuran akibat ulah manusia.

P: Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu

U: Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia

P: Kejatuhan ketiga Yesus menggambarkan keadaan kritis bumi saat ini yang berada di ambang kehancuran akibat ulah manusia. Dalam setiap kejatuhan Yesus, kita diingatkan akan kelemahan manusia dan konsekuensi dari tindakan kita. Saat Yesus jatuh untuk ketiga kalinya, ini mencerminkan betapa seringnya kita mengabaikan peringatan dan tanda-tanda kerusakan lingkungan yang semakin parah. Meskipun sudah banyak upaya dan peringatan untuk menjaga kelestarian bumi, kita sering kali kembali kepada pola hidup yang merusak alam. Seperti yang ditulis dalam Surat Roma 8:22, "Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin." Ayat ini mengingatkan kita bahwa seluruh ciptaan merasakan penderitaan akibat dosa manusia dan kerusakan lingkungan.

Saat melihat kejatuhan ketiga Yesus, kita dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa bumi kita sedang berada di titik kritis. Perubahan iklim, penebangan hutan, pencemaran air dan udara adalah sebagian dari dampak buruk yang terus kita ciptakan. Ini bukan hanya tentang statistik dan data ilmiah, tetapi tentang kehidupan nyata makhluk hidup yang terancam punah, dan komunitas yang menderita akibat bencana alam yang semakin sering terjadi. Kita dipanggil untuk bertobat dan mengubah cara kita hidup, sesuai dengan panggilan dalam Efesus 5:15-16, "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." Kita harus bijaksana dan bertanggung jawab dalam menjaga bumi yang dipercayakan Tuhan kepada kita.

Marilah berdoa,

Tuhan yang Maha Pengasih, kami menyadari betapa sering kami jatuh dalam kesalahan yang sama, merusak bumi yang Kau ciptakan dengan penuh kasih. Ampunilah kami atas kelalaian dan ketidakpedulian kami. Berilah kami hikmat dan keberanian untuk melakukan perubahan yang diperlukan demi menyelamatkan bumi ini. Bantulah kami untuk hidup dengan bijaksana dan bertanggung jawab, menghargai setiap ciptaan-Mu. Amin.

P: Tuhan, kasihanilah kami

U: Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini 

Bapa Kami

Bila hatiku gelisah

karna dosa dan derita

tangan-Mu ulurkanlah

Perhentian 10: Yesus Dilucuti Pakaiannya

(http://www.kangatepafia.com/2013/04/kekeliruan-ekspolitasi-sumberdaya-alam.html)
(http://www.kangatepafia.com/2013/04/kekeliruan-ekspolitasi-sumberdaya-alam.html)

Yesus dilucuti pakaiannya, mengingatkan kita akan eksploitasi sumber daya alam yang tak terkendali, yang mengakibatkan kerusakan besar pada lingkungan.

P: Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu

U: Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia

P: Ketika Yesus dilucuti pakaiannya, kita melihat ketelanjangan yang memalukan dan perampasan yang tidak adil. Tindakan ini tidak hanya memperlihatkan penderitaan Yesus secara fisik, tetapi juga menjadi simbol dari eksploitasi tak terkendali terhadap sumber daya alam yang sering kali mengakibatkan kerusakan besar pada lingkungan. Dalam konteks ini, kita dapat merenungkan bagaimana tindakan perampasan sumber daya bumi – seperti penebangan hutan, penambangan berlebihan, dan pencemaran – mencerminkan tindakan tidak adil yang sama terhadap ciptaan Tuhan. Seperti yang tertulis dalam Roma 8:21, "Bahwa ciptaan sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah." Ayat ini mengingatkan kita akan panggilan untuk membebaskan alam dari eksploitasi dan merawatnya dengan kasih.

Melihat Yesus yang dilucuti pakaiannya, kita diajak untuk merenungkan betapa seringnya kita merampas dan mengeksploitasi alam tanpa mempertimbangkan akibatnya. Tindakan eksploitasi ini sering kali meninggalkan luka yang dalam pada bumi dan mengakibatkan kerusakan yang sulit diperbaiki. Kita harus bertindak untuk menghentikan perbuatan merusak ini dan mulai melihat alam sebagai anugerah yang harus dijaga dan dilestarikan. Dalam Kolose 1:16, kita diingatkan, "Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan...; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia." Ini memanggil kita untuk menghormati ciptaan Tuhan dengan tidak merusaknya, melainkan merawatnya dengan tanggung jawab dan kasih.

Marilah berdoa,

Tuhan yang Maha Pengasih, kami menyesal atas eksploitasi dan kerusakan yang telah kami lakukan terhadap bumi yang Engkau ciptakan. Berilah kami hati yang penuh belas kasih dan pengertian untuk melihat alam sebagai anugerah yang harus dijaga. Ajarlah kami untuk menghentikan tindakan-tindakan merusak dan mulai merawat ciptaan-Mu dengan penuh tanggung jawab. Semoga kami dapat menjadi pelindung yang setia bagi bumi ini. Amin.

P: Tuhan, kasihanilah kami

U: Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini

Bapa Kami

Pakaian-Mu dibagikan

martabat-Mu direndahkan

Kau tinggikan harkatku

Perhentian 11: Yesus Dipaku di Kayu Salib 

(https://nasional.tempo.co/read/836501/eksploitasi-kawasan-hutan-33-perusahaan-sawit-dilaporkan)
(https://nasional.tempo.co/read/836501/eksploitasi-kawasan-hutan-33-perusahaan-sawit-dilaporkan)

Penderitaan Yesus di kayu salib mencerminkan penderitaan alam yang terluka oleh tindakan destruktif kita.

P: Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu

U: Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia

P: Penderitaan Yesus di kayu salib adalah puncak dari pengorbanan dan penderitaan yang Ia alami untuk menebus dosa-dosa umat manusia. Saat kita merenungkan penderitaan ini, kita juga bisa melihat bagaimana tindakan destruktif manusia telah melukai alam ciptaan Tuhan. Seperti Yesus yang terluka dan dipaku di kayu salib, alam juga mengalami penderitaan akibat eksploitasi, pencemaran, dan ketidakpedulian kita. Dalam Injil Lukas 23:34, Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Kata-kata Yesus ini mengingatkan kita bahwa sering kali kita tidak menyadari dampak penuh dari tindakan kita terhadap alam, namun tetap harus bertanggung jawab dan mencari pengampunan serta pemulihan.

Ketika kita melihat penderitaan alam, kita dipanggil untuk bertindak seperti Yesus, dengan penuh kasih dan pengorbanan. Kita harus mengambil langkah-langkah konkret untuk menghentikan tindakan destruktif dan memulai proses penyembuhan bagi bumi. Seperti Yesus yang menanggung penderitaan demi keselamatan dunia, kita juga harus siap menanggung beban perubahan gaya hidup dan kebijakan demi menyelamatkan lingkungan. Dalam Roma 8:19-21, kita membaca, "Sebab dengan sangat rindu makhluk-makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena makhluk-makhluk itu telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia yang telah menaklukkannya, namun dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah." Ayat ini mengingatkan kita bahwa alam pun menantikan pemulihan, dan kita sebagai anak-anak Allah memiliki tanggung jawab untuk berperan dalam pemulihan tersebut.

Marilah berdoa,

Tuhan yang Maha Pengasih, kami bersyukur atas pengorbanan Yesus di kayu salib demi keselamatan kami. Ampunilah kami atas tindakan-tindakan destruktif yang telah melukai alam ciptaan-Mu. Berikanlah kami hati yang penuh kasih dan keberanian untuk mengambil langkah-langkah nyata dalam merawat dan memulihkan bumi ini. Semoga kami dapat menjadi alat pemulihan-Mu bagi seluruh ciptaan yang menderita. Amin.

P: Tuhan, kasihanilah kami

U: Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini

Bapak Kami

Dari Salib Kau melihat

tak terbilang yang menghujat

berapakah yang taat

Perhentian 12: Yesus Wafat di Kayu Salib

(https://pusatkrisis.kemkes.go.id/dampak-kerusakan-alam-bagi-kehidupan)
(https://pusatkrisis.kemkes.go.id/dampak-kerusakan-alam-bagi-kehidupan)

Kematian Yesus di kayu salib mengingatkan kita akan akibat fatal dari kelalaian kita dalam menjaga ciptaan Tuhan.

P: Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu

U: Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia

P: Kematian Yesus di kayu salib adalah momen yang penuh dengan penderitaan dan pengorbanan, mengingatkan kita akan konsekuensi fatal dari kelalaian manusia. Dalam konteks lingkungan, kelalaian kita dalam menjaga ciptaan Tuhan dapat membawa dampak yang menghancurkan, baik bagi alam maupun bagi kehidupan manusia sendiri. Ketika Yesus berkata, "Sudah selesai" (Yohanes 19:30), Ia menandai penyelesaian misi-Nya untuk menebus dosa-dosa kita, namun itu juga bisa mengingatkan kita bahwa ada titik di mana kerusakan yang kita timbulkan pada lingkungan bisa menjadi tidak terpulihkan jika kita tidak bertindak segera. Yesus wafat agar kita dapat memiliki hidup yang baru; demikian pula, kita harus merubah cara kita berinteraksi dengan alam untuk memastikan keberlangsungan hidup di bumi ini.

Kematian Yesus adalah panggilan bagi kita untuk merenungkan keseriusan dampak dari tindakan kita. Ketika kita merusak hutan, mencemari sungai, dan menguras sumber daya alam tanpa batas, kita tidak hanya merusak ciptaan Tuhan tetapi juga menempatkan masa depan generasi berikutnya dalam bahaya. Dalam Kolose 1:16-17 dikatakan, "Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu... segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia." Ini mengingatkan kita bahwa segala ciptaan adalah milik Tuhan dan kita adalah pengurusnya. Sebagaimana kita merenungkan pengorbanan Yesus, kita dipanggil untuk mengambil tindakan nyata dalam menjaga dan memulihkan bumi ini sebagai bentuk tanggung jawab dan rasa syukur kita kepada Sang Pencipta.

Marilah berdoa,

Tuhan yang Maha Pengasih, kami bersyukur atas pengorbanan Yesus di kayu salib demi keselamatan kami. Ampunilah kami atas kelalaian dan ketidakpedulian kami dalam menjaga ciptaan-Mu. Berilah kami hikmat dan keberanian untuk melakukan perubahan yang diperlukan demi merawat bumi ini. Semoga kami dapat menghargai dan menjaga alam sebagai bentuk rasa syukur atas kasih dan pengorbanan-Mu. Amin.

P: Tuhan, kasihanilah kami

U: Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini

Bapa Kami

Biji mati menghasilkan

buah yang berkelimpahan

wafat-Mu menghidupkan

Perhentian 13: Yesus Diturunkan dari Salib

(https://dlh.semarangkota.go.id/upaya-menjaga-kelestarian-lingkungan-hidup-di-rumah/)
(https://dlh.semarangkota.go.id/upaya-menjaga-kelestarian-lingkungan-hidup-di-rumah/)

Saat Yesus diturunkan dari salib, kita diingatkan untuk merawat bumi yang telah rusak dan memulihkannya dengan kasih dan hormat.

P: Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu

U: Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia

P: Saat Yesus diturunkan dari salib, kita menyaksikan momen yang penuh dengan kesedihan dan kasih. Tubuh-Nya yang terluka diambil dengan penuh hormat dan cinta, menunjukkan bahwa meskipun dalam kematian, Yesus tetap dihormati dan diperlakukan dengan penuh kasih sayang. Ini mengingatkan kita untuk merawat bumi yang telah rusak oleh tindakan kita, dan memulihkannya dengan kasih dan hormat yang sama. Dalam 1 Korintus 10:26, Paulus mengingatkan kita, "Karena bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan." Ayat ini menegaskan bahwa bumi adalah ciptaan Tuhan yang harus kita perlakukan dengan hormat dan tanggung jawab.

Ketika kita merenungkan tubuh Yesus yang diturunkan dari salib, kita diundang untuk melihat kondisi bumi kita yang juga terluka dan memerlukan pemulihan. Banyak bagian dari alam yang telah rusak parah oleh polusi, deforestasi, dan perubahan iklim. Kita dipanggil untuk menjadi agen pemulihan, bekerja dengan tekun dan penuh kasih untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Seperti orang-orang yang dengan penuh kasih menurunkan Yesus dari salib dan merawat-Nya, kita juga harus mengambil tindakan konkret untuk merawat dan memulihkan lingkungan kita. Dalam Kolose 1:20, kita diajarkan bahwa melalui Kristus, "Allah berkenan untuk memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya... baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga." Ini adalah panggilan untuk kita semua untuk bekerja menuju pemulihan yang mencerminkan kasih Tuhan bagi seluruh ciptaan.

Marilah berdoa,

Tuhan yang Maha Pengasih, kami bersyukur atas pengorbanan Yesus dan kasih yang ditunjukkan ketika Ia diturunkan dari salib. Ampunilah kami atas tindakan yang telah merusak bumi ciptaan-Mu. Berikanlah kami kekuatan dan kebijaksanaan untuk bekerja dengan penuh kasih dan hormat dalam memulihkan dan merawat lingkungan ini. Semoga tindakan kami memuliakan Engkau dan mencerminkan kasih-Mu yang tak terbatas. Amin.

P: Tuhan, kasihanilah kami

U: Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini

Bapa Kami

Salib tanda kehinaan

jadi lambang kemenangan

karena Tuhan t’lah menang

Perhentian 14: Yesus Dimakamkan

(https://jendelanasional.id/jendela-indonesia/paus-dan-para-pemimpin-ekumenis-merawat-ciptaan-tuhan-butuh-komitmen/)
(https://jendelanasional.id/jendela-indonesia/paus-dan-para-pemimpin-ekumenis-merawat-ciptaan-tuhan-butuh-komitmen/)

Pemakaman Yesus menandakan kebutuhan akan pemulihan dan komitmen kita untuk melindungi dan memelihara bumi sebagai rumah bersama kita.

P: Kami menyembah Dikau ya Tuhan dan bersyukur kepada-Mu

U: Sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia

P: Pemakaman Yesus adalah momen yang sarat makna, mengingatkan kita akan kebutuhan untuk berhenti sejenak dan merenungkan pentingnya pemulihan. Saat tubuh-Nya dibaringkan di dalam kubur, kita diajak untuk merenungkan kondisi bumi kita yang juga perlu pemulihan. Dunia ini, seperti tubuh Yesus yang terluka, memerlukan perhatian kita untuk dapat dipulihkan. Dalam Roma 8:21, kita diingatkan bahwa "Makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah." Ayat ini menekankan harapan bahwa ciptaan Tuhan akan dibebaskan dari kerusakan dan kita memiliki peran penting dalam proses tersebut.

Pemakaman Yesus bukanlah akhir, tetapi awal dari kebangkitan dan pemulihan. Kita juga harus memiliki komitmen yang sama untuk melindungi dan memelihara bumi sebagai rumah bersama kita. Ini berarti kita harus mengambil tindakan nyata untuk mengurangi jejak ekologis kita, melindungi habitat alami, dan mendukung kebijakan yang berkelanjutan. Dalam 1 Korintus 3:9, Paulus mengatakan, "Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah." Ini mengingatkan kita bahwa kita adalah mitra Tuhan dalam menjaga dan merawat bumi ini. Melalui tindakan kita, kita bisa ikut serta dalam karya besar Tuhan untuk memulihkan dan menyelamatkan ciptaan-Nya.

Marilah berdoa,

Tuhan yang Maha Pengasih, kami berterima kasih atas pengorbanan Yesus dan momen pemakaman-Nya yang penuh makna. Bantulah kami untuk merenungkan kebutuhan bumi ini akan pemulihan dan ajarlah kami untuk berkomitmen dalam melindungi dan memelihara ciptaan-Mu. Semoga setiap langkah kami mencerminkan kasih dan tanggung jawab kami sebagai penjaga rumah bersama ini. Amin.

P: Tuhan, kasihanilah kami

U: Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini

Bapa Kami

Tuhan Yesus dimakamkan

masuk alam kematian

sampai bangkit mulia

Doa Penutup Jalan Salib "Laudate Deum"

P: Allah Bapa yang Mahakasih, kami bersyukur atas kesempatan untuk merenungkan perjalanan penderitaan Putra-Mu, Yesus Kristus, melalui Jalan Salib ini. Dalam setiap perhentian, Engkau telah membuka hati dan pikiran kami untuk melihat keterkaitan antara penderitaan Yesus dan penderitaan bumi akibat krisis iklim. Kami menyadari bahwa keegoisan, ketamakan, dan kelalaian kami telah menyebabkan kerusakan besar pada ciptaan-Mu.

Melalui refleksi ini, kami berkomitmen untuk mengubah sikap dan tindakan kami. Kami ingin menjadi penjaga yang setia dari bumi ini, rumah bersama yang Engkau berikan kepada kami. Kami mohon bimbingan-Mu untuk bekerja sama dalam upaya global mengatasi krisis lingkungan, mengurangi dampak negatif terhadap alam, dan menjaga keanekaragaman hayati. Semoga setiap langkah yang kami ambil untuk melestarikan lingkungan menjadi wujud nyata dari kasih kami kepada-Mu dan ciptaan-Mu.

Tuhan Yesus, yang telah melalui penderitaan dan wafat di kayu salib, ajarilah kami untuk mengasihi bumi ini sebagaimana Engkau mengasihi kami. Semoga semangat pengorbanan-Mu menginspirasi kami untuk berjuang demi keadilan ekologis dan keberlanjutan lingkungan hidup. Berkatilah semua upaya kami agar menghasilkan buah yang berlimpah bagi generasi mendatang. Sebab Engkaulah Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. 

U: Amin.

P: Semoga Tuhan yang Mahabaik memberkati kita semua. Semoga kita dipenuhi dengan kasih-Nya dan dikuatkan untuk menjaga serta melestarikan bumi ini. Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.

U: Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun