Pengantar
Surat Gembala yang disampaikan oleh Uskup Agung Semarang merupakan panggilan yang mendalam dan inspiratif bagi umat Katolik, terutama dalam mengimplementasikan hasil Sinode Pendidikan KAS. Dalam menguraikan tema "Kebangkitan Transformatif Pendidikan Katolik," Bapak Uskup memandang pentingnya membangun pendidikan yang tidak hanya membentuk kecerdasan akademis, tetapi juga membentuk karakter dan spiritualitas yang kokoh. Dalam konteks ini, pendidikan Katolik menjadi landasan yang kuat untuk membentuk generasi yang hidup dalam Kristus dan memberikan kesaksian dalam kehidupan sehari-hari.
Pada dasarnya, kebangkitan transformatif pendidikan Katolik adalah panggilan untuk terus-menerus bergerak menuju perubahan yang memajukan kualitas pendidikan Katolik. Sejalan dengan tema Hari Pendidikan Nasional yang menekankan "Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar," Bapak Uskup mengajak umat Katolik untuk bersatu dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, sesuai dengan nilai-nilai iman Katolik. Sinode Pendidikan KAS menjadi titik awal untuk merumuskan langkah-langkah konkret dalam mewujudkan pendidikan yang transformatif dan memberi dampak positif bagi masyarakat.
Dalam merespons panggilan ini, Bapak Uskup menekankan pentingnya kolaborasi antara keluarga, sekolah Katolik, dan masyarakat dalam membentuk lingkungan pendidikan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan spiritual anak-anak. Melalui model-model pendampingan yang diuraikan dalam surat, seperti pembelajaran berbasis teknologi, kolaborasi dalam pembelajaran, serta peran mentor dan role model dalam masyarakat, Bapak Uskup menegaskan komitmen untuk terus memperbaiki dan meningkatkan pendidikan Katolik di Keuskupan Agung Semarang.
Dengan demikian, artikel ini menjadi pijakan yang kuat untuk mengawali perjalanan menuju perubahan yang lebih berarti dalam pendidikan Katolik. Dalam empat artikel yang akan menyusul, diharapkan akan lebih mendalam menjelaskan langkah-langkah konkret yang dapat diambil oleh umat Katolik, khususnya keluarga dan sekolah Katolik, dalam mewujudkan visi kebangkitan transformatif pendidikan Katolik yang diamanahkan oleh Uskup Agung Semarang.
Katekese Kompasiana akan mendalami empat hal berikut ini:
- Pekan I : Karakteristik anak-anak Generasi Z dan model pendampingannya.
- Pekan II : Keluarga dan Sekolah Katolik: Habitus dan Lokus perkembangan iman katolik dan karakternya.
- Pekan III : Sekolah sebagai formasi iman dan pewartaan.
- Pekan IV : Paroki-paroki dan Komunitas Kristiani yang Hidup dari dan Menghidupi Sekolah Katolik.
Pekan I : Karakteristik Anak-anak Generasi Z dan Model Pendampingannya
Karakteristik Anak-anak Generasi Z
Generasi Z, yang umumnya merujuk kepada individu yang lahir dari pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, menampilkan karakteristik yang unik yang telah menarik perhatian para ahli. Mereka adalah "digital natives," didefinisikan oleh Marc Prensky sebagai generasi yang tumbuh dalam era teknologi digital, menguasai perangkat digital dan internet sejak dini. Kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi ini melebihi generasi sebelumnya, memberikan mereka akses tak terbatas ke informasi dan interaksi global.
Selain itu, Generasi Z juga dikenal sebagai kaum "multitasking". Mereka mampu melakukan beberapa tugas secara bersamaan, terutama dalam penggunaan teknologi dan media sosial. Hal ini mencerminkan adaptasi mereka terhadap lingkungan digital yang cepat dan kompleks. Meskipun begitu, fenomena multitasking ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang kemampuan mereka untuk fokus dan mendalam dalam satu aktivitas.
Keunikan lainnya adalah kreativitas dan inovasi yang dimiliki oleh Generasi Z. Mereka cenderung berpikir di luar kotak dan menemukan solusi kreatif untuk masalah yang dihadapi, terutama dalam konteks teknologi dan desain. Hal ini didukung oleh pendekatan belajar yang lebih visual dan interaktif daripada pendekatan tradisional yang lebih teks.
Sosial dan kolaboratif adalah dua karakteristik lain yang ditonjolkan oleh Generasi Z. Meskipun sering kali menggunakan teknologi untuk berkomunikasi, mereka juga menunjukkan kecenderungan yang kuat untuk berinteraksi secara sosial dan bekerja sama dengan teman-teman mereka. Hal ini tercermin dalam keterlibatan mereka dalam berbagai komunitas online dan offline.
Terakhir, kesadaran sosial menjadi ciri khas yang penting dari Generasi Z. Mereka cenderung peduli terhadap isu-isu sosial dan lingkungan, dan mereka aktif dalam menyuarakan pendapat mereka melalui berbagai platform, termasuk media sosial dan aksi langsung. Hal ini menunjukkan potensi besar untuk perubahan positif dalam masyarakat, dengan memanfaatkan kekuatan teknologi dan keterlibatan sosial mereka.