Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menggali Esensi Self-Regulated Learning dalam Mengembangkan Siswa Mandiri dan Berprestasi

30 Agustus 2023   23:55 Diperbarui: 30 Agustus 2023   23:56 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejalan dengan itu, Vygotsky (1978) mengemukakan, "Every function in the child's cultural development appears twice: first, on the social level, and later, on the individual level." Pernyataan ini menekankan bahwa interaksi sosial dan pembelajaran mandiri saling melengkapi. Siswa yang terlatih dalam SRL akan mampu melanjutkan pembelajaran secara mandiri sepanjang hidup mereka, seiring dengan perubahan tuntutan masyarakat dan teknologi.

Dalam konteks ketrampilan metakognitif, John Biggs (1987) menekankan pentingnya penerapan metakognisi dalam pembelajaran mandiri. Menurutnya, siswa yang memahami bagaimana mereka belajar dan mengatur proses tersebut secara mandiri akan lebih mampu mengatasi tantangan belajar sepanjang hidup mereka.

3. Dampak Positif Self-Regulated Learning pada Pencapaian Akademis Siswa

Self-regulated learning (SRL) secara konsisten terbukti memiliki dampak positif yang signifikan pada pencapaian akademis siswa. SRL memungkinkan siswa untuk mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pemahaman konsep dan penerapan pengetahuan secara lebih efektif.

Bukti empiris menunjukkan hubungan positif antara penerapan SRL dan peningkatan prestasi akademis. Menurut Zimmerman (2002), siswa yang memiliki kemampuan SRL yang baik cenderung memiliki hasil yang lebih baik dalam ujian, tugas, dan penugasan. Hal ini terjadi karena siswa SRL lebih mampu mengatur waktu, merencanakan strategi belajar yang efektif, dan memantau kemajuan mereka dengan cermat.

Untuk mengukur dan menghubungkan penggunaan strategi SRL dengan peningkatan prestasi akademis, penelitian menggunakan alat pengukuran seperti "Motivated Strategies for Learning Questionnaire" (MSLQ) yang dikembangkan oleh Pintrich dan De Groot (1990). Alat ini mengidentifikasi penggunaan strategi SRL oleh siswa dan menghubungkannya dengan hasil belajar, memungkinkan peneliti dan pendidik untuk memahami sejauh mana penggunaan strategi ini mempengaruhi pencapaian akademis siswa.

Dalam konteks ketrampilan metakognitif, John Flavell (1976) mengemukakan, "Metacognition refers to one's knowledge concerning one's own cognitive processes and products or anything related to them." Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya pemahaman siswa tentang bagaimana mereka belajar dan bagaimana mereka dapat mengatur pembelajaran mereka sendiri. Peningkatan kemampuan metakognitif ini secara langsung mendukung upaya untuk meningkatkan prestasi akademis melalui SRL.

4. Peran Guru dalam Membangun Self-Regulated Learning Siswa

Peran guru memiliki pengaruh yang signifikan dalam membantu pengembangan self-regulated learning (SRL) siswa. Guru memiliki kesempatan untuk membimbing, memberikan arahan, dan menciptakan lingkungan yang merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuan SRL mereka secara efektif.

Guru dapat memainkan peran kunci dengan menyediakan panduan yang jelas tentang bagaimana mengatur waktu, mengatur tujuan belajar, dan mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif. Hal ini dapat membantu siswa memahami pentingnya merencanakan pembelajaran dan memonitor kemajuan mereka. Selain itu, guru dapat memberikan umpan balik yang konstruktif terkait dengan perkembangan SRL siswa.

Salah satu strategi khusus yang dapat digunakan oleh guru adalah penggunaan refleksi. Dalam pendekatan ini, guru mendorong siswa untuk merefleksikan pembelajaran mereka, termasuk mengidentifikasi strategi yang efektif dan mengatasi kendala yang dihadapi. Hal ini dapat membantu siswa memahami proses pembelajaran mereka sendiri dan mengembangkan kemampuan metakognitif yang diperlukan dalam SRL.

Menurut Schraw (1998), "Metacognition is a regulatory system that helps a person understand and control his or her own cognitive performance." Pernyataan ini menunjukkan bahwa kemampuan metakognitif memungkinkan seseorang mengatur dan mengawasi performa kognitif mereka sendiri. Dalam konteks SRL, guru dapat membantu siswa mengembangkan sistem regulasi metakognitif ini melalui pendekatan refleksi dan umpan balik yang tepat.

5. Membantu Siswa Mengatasi Tantangan dan Mengembalikan Rasa Percaya Diri melalui Self-Regulated Learning

Self-regulated learning (SRL) memiliki peran penting dalam membantu siswa mengatasi hambatan atau kegagalan dalam belajar serta memulihkan rasa percaya diri mereka. Saat siswa mengalami kesulitan, kemampuan SRL memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi penyebab masalah, menganalisis strategi pembelajaran yang efektif, dan menyesuaikan pendekatan mereka. Ini membantu siswa memandang tantangan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh, bukan sebagai hambatan yang menghentikan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun