Mohon tunggu...
Piyama Mania
Piyama Mania Mohon Tunggu... -

ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ah Buku-buku Sastra

15 Juni 2011   03:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:30 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ke toko buku saya selalu bingung mau membeli buku apa. Kadang-kadang saya ingin membeli semua buku yang ada di toko buku tapi karena anggarannya tidak banyak jadi saya harus memilih, sayangnya saya sering tidak tahu harus membeli buku apa. Jadi kalau ditoko buku sebelum memutuskan membeli buku apa saya malah lama bengong. Waktu SMA sih saya bacanya buku-buku sastra tempo dulu. Itu lho yang karangannya Abdul Muis, Marah Rusli, S.T. Alisahbana dan Hamka. Karena buku-buku yang ada di perpustakaan ya buku-buku itu, tidak ada buku-buku baru. Ada juga teman yang suka beli buku. Saya pernah pinjam Harry Potter dan Supernova. Sekarang buku-buku lama malah susah di temukan selain di perpustakaan sekolah. Banyaknya buku-buku baru. Novel-novel terjemahan banyak sekali mulai dari Harry POtter sampai yang dinamakan dengan chicklit. Dan bicara soal chicklit saya juga suka. Dulu saya baca buku Sophie Kinsella, judulnya saya lupa tapi saya suka ceritanya. Ringan sekali dan akhirnya saya tahu kalau menulis novel itu tidak harus yang susah-susah. Cerita yang ringan juga bisa jadi novel dengan bahasa yang tidak bertele-tele dan puitis, walaupun teman saya bilang buku chicklit itu tidak bagus karena ceritanya terlalu ringan... hahaha... Saya suka berantem sama dia karena gara-gara beda selera seperti itu. Tapi teman saya itu sukanya memang buku sastra. Katanya buku sastra itu bikin pinter dan bahasanya lebih bermutu, tapi kalau saya tidak suka bagaimana dong? Selera orang kan tidak bisa dipaksa. Apa kalau mau jadi penulis harus baca buku-buku sastra? Kadang-kadang yang saya lihat buku-buku sastra itu susah ngertinya. Kening jadi berkerut karena harus terus mikir sepanjang membaca bukunya. Hahaha... Sementara kalau baca chicklit atau kata teman saya buku populer, bisa santai, malah kadang-kadang bisa tertawa membacanya karena merasa terhibur. Tapi kalau mau jadi penulis apa harus membaca buku sastra? Saya pernah pinjam novel Milan Kundera yang Unbearable Lightness of Being dan novel siapa gitu yang penulis India, judulnya The God of Small Things. Saya tidak mengerti buku itu bercerita tentang apa, malah sebelum tamat buku itu sudah saya kembalikan ke teman saya karena saya benar-benar bosan dan capek membacanya. Mungkin dari sekian banyak buku yang sudah saya baca, yang saya suka selain The Alchemist adalah Satin Merah. Isinya bagus dan bahasanya tidak basa-basi alias mudah dimengerti. Ah kapan-kapan saya akan membuat review buku-buku favorit saya di sini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun