Indonesia memegang Presidensi G20 di tahun 2022 ini akan menjadi catatan tersendiri. Ini akan menjadi titik tolak menjadi bangsa yang berdaulat, maju, dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain seperti diamanatkan dalam UUD negara kita.Â
Meskipun permasalahan dunia semakin komplek dengan adanya pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya berakhir, perang antara Rusia dengan Ukraina, inflasi yang mengancam banyak negara mengalami kebangkrutan, dan tentunya tantangan-tantangan lain yang akan menghadang di berbagai bidang.
Indonesia adalah kekuatan ekonomi dunia baru yang sebelumnya sudah dilirik oleh negara G7 sebagai inisiator untuk mengembangkan forum kerjasama yang lebih besar lagi. Maka jadilah G20 yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU) menjadi forum kerja sama multilateral yang merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia.
Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.
Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 ini di angka 5.1% dan diprediksi akan meningkat ke 5.3% di tahun 2023 dan 2024 bisa dikatakan perekonomikan Indonesia stabil meskipun permasalahan ekonomi dunia dalam kondisi cukup genting.Â
Sedangkan berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) di kisaran 1.247,35 miliar dolar dan PDB per kapita di angka 5.538,15 dolar adalah sebuah pencapaian yang positif.
Meskipun demikian kita tidak dapat memungkiri bahwa jumlah kemiskinan masih cukup besar angkanya. Tingkat kemiskinan Indonesia per Maret 2022 turun menjadi 9.54 persen dari semula 9.71 persen di bulan September 2021 tapi jika dilihat jumlah kategori miskin sekitar 26.308.000 jiwa dari 275.770.000 jiwa penduduk Indonesia tentu bukan jumlah yang sedikit.
Pandemi COVID-19 tentunya membuat pengentasan kemiskinan menjadi terhambat meskipun dilakukan beberapa upaya menahan hal tersebut. Uangnya terbatas akan tetapi kebutuhannya banyak untuk beragam program yang dirancang.Â
Sedangkan dalam situasi genting, sebagian masyarakat sendiri tidak punya daya untuk mengatasinya sendiri. Semua sedang susah sehingga yang punya pun sedikit mengerem semua pengeluarannya.Â
Masyarakat dengan daya terbatas ini yang rentan terus terjebak dalam putaran kemiskinan. Belum lagi ancaman jebakan pendapatan kelas menengah alias middle income trap yang juga mengemuka dan isu lingkungan yang semakin penting dijadikan pondasi dalam mengambil setiap langkah.Â