Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan perang dengan Ukraina hari ini, (24/2). Serangan senjata militer pertama dilakukan pukul 05:00 pagi waktu setempat dan tidak hanya ditujukan pada kota-kota di perbatasan Ukraina dengan Rusia seperti Luhansk, Sumy, Kharkiv, Chenihiv, dan Zhytomyr bahkan juga menimpa Kiev, ibu kota Ukraina.
Menurut laporan pemerintah Ukraina hingga pagi tadi waktu Ukraina sudah ada 8 orang yang tewas dari masyarakat sipil Ukraina. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) Antonio Guiteress segera memohon agar Presiden Vladimir Putin menghentikan serangan militer atas nama kemanusiaan.
Ketegangan terjadi adalah buntut tahun 2014 dengan tergusurnya Presiden Ukraina  Viktor Yanukovych yang pro-Rusia, yang digulingkan oleh revolusi dan demonstrasi. Para demonstan menginginkan Ukraina bergabung ke Uni Eropa. Yanukovych digantikan Porosencho. Akan tetapi karena pemerintahan yang korup membuat banyak separatisme dan pemberontakan.
Buntutnya Rusia berhasil mencaplok Semenanjung Crimea yang sebelumnya masuk ke wilayah Ukraina. Presiden terpilih di tahun 2019 yaitu Volodymyr Zelensky mengubah haluan dengan mendekati NATO dan Amerika Serikat.
Meskipun Ukraina belum bergabung dengan NATO tapi NATO dan AS menyatakan akan membantu Ukraina jika terjadi serangan Rusia. Sebelumnya Rusia sudah menyiapkan 100.000 tentaranya untuk bersiap di perbatasan Ukraina. Pun demikian Ukraina memberi pelatihan pada masyarakat sipil untuk menggunakan senjata jika keadaan memburuk dan serangan Rusia benar terjadi.
Rusia-Ukraina memiliki sejarah panjang sebagai sebuah negara yang pernah bersatu. Baik di peradaban lampau maupun sampai di masa Uni Soviet. Rusia seakan tidak rela jika ada negara yang dulu bersamanya mendekat ke AS yang disadari atau tidak, diam-diam adalah rival "abadi".
Meskipun Putin sudah menyatakan perang tapi dia juga menambahkan tidak ingin menjajah Ukraina. Akan tetapi serangan militer Rusia membuat negara-negara seperti Inggris, Jerman, Kanada, dan beberapa negara lain geram dan akan menjatuhkan sanksi bagi Moskow.
Semoga perang segera dihentikan dan dilakukan upaya damai antar negara yang bertikai. Bagaimana pun perang senjata di situasi saat ini amat sangat riskan sebab akan merembet ke berbagai aspek sendi kehidupan masyarakat dunia.
Sebelum bertambah parah, para pemimpin dan lembaga dunia harus bergerak dengan menjadi mediator, fasilitator, dan negotiator agar perang tidak berlanjut. Perdamaian dunia adalah cita-cita seluruh bangsa. Cara-cara diplomasi dan non kekerasan haruslah menjadi pilihan utama. (berbagai sumber).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H