Ceu Ipah bisa dibilang adalah ibu-ibu gaul dan penggerak kaum ibu di salah satu kampung di pinggiran Bogor. Dia aktif mengumpulkan warga khususnya untuk kegiatan ibu-ibu berupa senam, pengajian, dan arisan.Â
Awalnya semua baik-baik saja. Bagaimana jika ibu-ibu berkumpul pasti heboh. Bapak-bapak pun tak keberatan dengan kegiatan para istri, selama urusan rumah dan anak beres, silakan saja untuk ngumpul sesama ibu-ibu untuk kegiatan positif.Â
Apalagi Ceu Ipah pun termasuk orang ramah dan heureuy alias humoris suka bercanda, membuat suasana ngumpul jadi seru.
Hingga suatu hari Ceu Ipah mengajak para ibu untuk arisan lain lagi dan bisa buat investasi namanya tabungan emas. Setoran tiap bulan Rp. 500.000 tapi nanti di akhir tahun akan dapat 12 gram emas, di mana saat itu harga di pasaran sudah mencapai Rp. 750.000.Â
Bayangkan dengan setoran Rp. 6.000.000 yang dicicil tiap bulan tapi bisa dapat 12 gram emas senilai Rp. 9.000.000 di akhir tahun alias untung 50 persen.
"Jualan" Ceu Ipah laku bahkan ada yang mengambil beberapa paket untuk satu nama. Ceu Ipah bisa meyakinkan bahwa partner-nya mengambil emas langsung ke penambang sehingga harga bisa miring.
Bahkan, dengan foto-foto penambangan emas, emas batangan yang bertumpuk, dan rumah mewah sang partner.
Belakangan ketahuan bahwa Ceu Ipah tertipu oleh partner bisnisnya itu. Tiap bulan ia menyetor uang dari ibu-ibu ke partner bisnisnya itu tapi saat akhir tahun partner menghilang.Â
Rumahnya di daerah elit Bogor ternyata hanya mengontrak. Semua nomor telepon tidak bisa dihubungi. Partner-nya hilang tanpa jejak. Giliran Ceu Ipah yang ketiban pulung harus mengganti semua uang ibu-ibu yang ikut investasi tabungan emas padanya.
Ceu Ipah ketakutan karena akan dilaporkan ke polisi oleh para ibu-ibu dan suami-suaminya yang akhirnya tahu belakangan. Belum lagi hubungan dengan suami dan saudaranya pun memanas. Intinya Ceu Ipah harus mengembalikan yang ibu-ibu karena dia sebagai koordinatornya.