Tidak dapat dipungkiri bahwa pers terdisrupsi begitu besar di era teknologi internet sekarang ini, tinggal segelintir perusahaan media cetak yang bertahan.
Perkembangan teknologi digital begitu pesatnya sehingga membawa perubahan pada konsumsi masyarakat sebagai konsumen pada cara memperoleh berita.
Jika revolusi industri pertama ditandai oleh penemuan mesin cetak di tahun 1400-an, maka revolusi teknologi selanjutnya adalah dengan ditemukannya internet di akhir tahun 1900-an.
Dilihat dari sini ada sekitar 500 tahun teknologi mesin cetak menguasai peradaban dunia dengan informasi dari buku, koran, majalah, dan bentuk cetak lainnya.
Meskipun saat ini informasi cetak belum hilang, akan tetapi percepatan teknologi digital begitu luar biasa. Hanya perlu sekitar kurang dari 50 tahun saja, banyak perusahaan media cetak, radio, dan televisi tradisional dibuat gulung tikar.
Fenomena yang terjadi di seluruh dunia. Sayangnya Indonesia sebagai negara berkembang sepertinya terlalu cepat terseret ke era digital sebelum budaya membaca tertanam dan mengakar kuat di masyarakatnya.
Apalagi ditambah dengan mengalami masa kolonialisme di mana masyarakat kita dibiarkan bodoh dan sulit mengakses pendidikan dan informasi. Hal ini tentu saja memerlukan waktu panjang untuk membuat sebuah kebiasaan baru.
Setelah Indonesia merdeka pun hanya segelintir masyarakat berduit dan berpangkat yang bisa mengakses pendidikan sebagian besarnya masih buta huruf.Â
Begitu pendidikan mulai agak merata, dalam hal ini pendidikan dasar di masa orde baru, ndilalah teknologi audio visual menyerbu dan langsung menjadi primadona.