Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Manisnya Bisnis Seragam

7 Februari 2022   07:11 Diperbarui: 7 Februari 2022   07:12 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana pabrik konveksi sedang mengerjakan seragam | Foto: money.kompas.com

Termasuk tiap ajaran baru memasok seragam sekolah (putih-merah, putih-biru, dan putih-abu-abu) ke pasar-pasar tradisional ke sekitaran Jabodetabek.

Mengingat kesibukannya masih bekerja maka anak dan istrinya yang dilibatkan untuk menjalani bisnis keluarga yang cukup menjanjikan. Membaca peluang dan memberi kepercayaan pada anaknya untuk menjadi entrepreneur maka resmi keluarga mereka punya bisnis "seragam".

Bahkan kemudian mereka mempekerjakan penjahit sendiri dan berpartner dengan perajin lain jika ada banyak pesanan. Seragam partai, seragam pengajian ibu-ibu, seragam instansi, seragam satpam, kaos acara, dan perusahaan swasta yang juga belakangan banyak memakai seragam, sudah sering dikerjakan.

Pakaian sebagai bagian dari kebutuhan pokok berupa sandang memang dibutuhkan manusia. Seragam adalah salah satu bentuk identitas dari sebuah kelompok atau komunitas yang dapat digunakan sebagai ciri, kebanggaan, persatuan, dan solidaritas kelompok tersebut, baik temporer maupun permanen.

Seragam yang baik selain menggunakan material bahan yang enak dipakai juga mempunyai "filosofi" tersendiri yang bisa dibangun agar roh kelompok atau komunitas tersebut dapat menjadi semangat bagi para pemakainya.

Oleh karena itu tak jarang sebuah korporasi besar seperti perusahaan penerbangan atau bank menggunakan desainer ternama dalam merancang seragam untuk para karyawannya. Air France sebagai perusahaan kebanggaan Perancis pernah menggunakan Balenciaga, Christian Dior, dan Christian LaCroix sebagai desainer seragam para awaknya.

Di Indonesia pun demikian nama-nama seperti Itang Yunasz, Poppy Dharsono, dan belakangan Didiet Maulana adalah nama-nama perancang busana kelas atas tanah air yang ikutan terjun ke bisnis seragam untuk karyawan perusahaan.

Berbicara seragam apalagi untuk instansi besar bukan hanya selusin dua lusin tapi ribuan helai. Belum lagi macam-macamnya. Sebagai contoh seragam sekolah swasta, bisa ada beberapa macam seragam yang harus dimiliki seorang siswa seperti seragam harian, seragam olah raga, jaket almamater, rompi, dasi, topi, dan lain-lain. Jika satu sekolah ada seribu siswa dan sekolah tersebut mempunyai banyak cabang maka satu sekolah saja bisa mempunyai puluhan ribu siswa. Bisa dibayangkan berapa uang yang dikeluarkan untuk seragam.

Begitu juga dengan perusahaan swasta seperti bank, hotel, jaringan restoran termasuk tenaga keamanan alias satpam yang belakangan ramai dibicarakan di media terkait perubahan seragamnya. Padahal sebelumnya ada penggantian dari warna biru-biru menjadi coklat-coklat ala polisi, sekarang akan diganti lagi menjadi krem-coklat.

Sebagai awam penulis tidak tahu dasar kebijakan yang melatarbelakangi perubahan tersebut. Meskipun alasan seragam sebelumnya yang berwarna  coklat-coklat dianggap sering "tertukar" dengan seragam polisi harusnya sudah bisa diprediksi.

Akan ada banyak kemungkinan penyebab mengenai hal tersebut tapi bila mengambil sisi positifnya saja ya minimal akan ada pekerjaan bagi pabrik kain (bahan), pabrik garmen atau para penjahit dengan perubahan kebijakan seragam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun