Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Ghozali Everyday "Korban" Para Pialang NFT?

20 Januari 2022   06:48 Diperbarui: 20 Januari 2022   06:55 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ghozali Everyday cuan banyak berkat "gorengan" para pialang NFT | Foto: jatim.tribunnews.com

Ghozali seorang mahasiswa asal Semarang yang mendadak viral setelah menjual foto selfie setiap hari selama kurang lebih lima tahun dalam bentuk NFT, yang menurut kabar berhasil terjual hingga milyaran rupiah.

Pemuda yang tampak lugu itu awalnya hanya bercanda dan percaya tak akan ada yang mau membeli barang jualannya itu. Secara umum dan dalam keadaan "normal" pun sepertinya sulit percaya foto selfie seorang pemuda lugu yang sangat biasa itu ada yang membeli dengan harga tinggi.

Tapi hey, saat ini kita hidup di dunia yang sudah "gila", kan? Perubahan semakin cepat apalagi dengan kecanggihan teknologi internet yang memungkinkan segala sesuatu bisa terjadi yang tidak terpikirkan awam sebelumnya.

Dilansir dari harian Kompas, Menurut CNN, NFT alias Non Fungible Token dapat diartikan sebagai aset digital berupa karya seni ataupun barang koleksi yang dapat dipergunakan untuk membeli sesuatu secara virtual.

Karya seni atau barang koleksi berupa lukisan, gambar, rekaman suara, lagu, musik, video, game adalah NFT adalah produk yang bisa dijual NFT-nya, salah satunya adalah Opensea--yang juga digunakan Ghozali-- sebagai "balai lelang" dalam perdagangan NFT yang menggunakan blockchain sebagai alat tukarnya.

NFT adalah produk "jualan" baru yang sebagian besar manusia di dunia pun masih awam. Jangankan tahu apa itu NFT, mendengarnya pun mungkin belum pernah.

Sebuah "jualan" baik barang maupun jasa  apalagi yang masih baru tentu memerlukan pengenalan produk. Promosi adalah salah satu cara yang bisa dilakukan.

Mempromosikan produk baru bukan perkara mudah. Apalagi produknya sesuatu yang belum pernah ada atau belum diketahui banyak orang.  

Teknologi NFT sendiri sudah ada sejak tahun 2014 tapi orang baru "ngeh" di awal 2022 ini. Itu pun masih banyak yang bingung. Saya sudah punya feeling bahwa fenomena Ghozali Everyday yang viral tempo hari pasti ada desainer-nya. Sengaja atau tidak sengaja.

Pertanyaan dalam hati saya tersebut terjawab ketika podcast Close The Door Deddy Corbuzier mengundang Ghozali dan Arnold Poernomo atau yang dikenal juga dengan Chef Arnold, selebriti chef yang terkenal sejak menjadi juri di program televisi MasterChef versi Indonesia sebagai narasumber.

Arnold adalah salah satu pemain/investor/pialang crypto dan NFT yang tergabung dalam sebuah komunitas pelaku digital ekonomi di Indonesia. Saya tidak tahu pasti ada berapa banyak pelaku investasi/pialang crypto dan NFT di Indonesia tapi jumlahnya pasti relatif sedikit sebelum fenomena Gozhali Everyday muncul.

Padahal sebelumnya ada penyanyi Syahrini, yang lebih ngetop sebelumnya yang mengumumkan bahwa dia akan "jualan" NFT. Klaimnya dia membuat karya-karya seni seperti musik, gambar, dan video dari artis berhijab pertama yang masuk ke NFT.

Kepopuleran Syahrini belum mampu mengangkat nama NFT, pun Arnold dan beberapa pialang crypto yang sebenarnya cukup punya nama di masyarakat. Sadar atau tidak sadar mereka berusaha memperkenalkan NFT di sini karena di luar negeri trend-nya mengarah ke sana.

Apalagi masa pandemi banyak pengusaha dan investor yang mengerem uangnya untuk bisnis konvensional. Salah satu "mainan" adalah bermain saham, crypto, dan NFT. 

Saya cukup yakin yang benar-benar sebagai pencinta karya seni sejati tidak banyak. Lebih banyak adalah pialang dan pemburu cuan di bisnis yang akan booming di masa depan.

Oleh karena itu perlu dibuat "rekayasa" agar NFT populer, pengguna lebih banyak sehingga kuenya pun akan makin besar. Ndilalah muncullah Ghozali yang punya ratusan foto selfie yang cocok dijadikan meme.

Sebelumnya di luar negeri gambar-gambar monyet dan meme nggak jelas pun laku di pasaran NFT. Foto-foto Ghozali Everyday yang dirasa lucu dan cocok untuk meme itu mulai dibeli oleh anggota komunitas sebagai pancingan.

Hingga akhirnya "rekayasa" ini berhasil dan menjadi perhatian di pasaran NFT luar negeri dan membuat Ghozali Everyday dibeli dengan harga fantastis dan menjadi fenomena seperti sekarang ini.

Ghozali adalah contoh "korban" dari keberhasilan "goreng menggoreng" para "pialang" NFT dan pemain crypto di tanah air.

Lihat saja begitu Ghozali Everyday viral, Opensea diserbu warga 62 yang ikut menjajakan foto, gambar, dan lainnya. Bahkan ada yang menjual dengan foto-foto selfi sambil memegang KTP yang tentunya sangat membahayakan bagi pemegang kartu identitas sebenarnya terkait data pribadi yang disebar sembarangan.

Bila dilihat dari kaca mata promosi apa yang dilakukan Arnold dan kawan-kawan mengenalkan NFT, Opensea, dan membuat Ghozali cuan bisa dikatakan berhasil. Masyarakat banyak yang mulai tahu apa itu NFT.

Bagi para seniman tentu ini bisa dijadikan saluran baru untuk menjual dan memperkenalkan karya seni yang dihasilkan. Tentu akan sulit jika mengharapkan hasil langsung seperti yang didapat Ghozali. Kasus Ghozali adalah sebuah pengecualian ketika alam semesta merestui semua "variable aneh" berubah menjadi cuan.

Selanjutnya tugas pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk mengedukasi bagaimana cara bermain, aturan main, dan konsekuensi yang bisa terjadi jika ikutan jualan NFT. Selain tentu saja setiap pribadi pelaku mengedukasi dirinya sendiri sebelum  ikutan terjun dan berkubang di per-NFT-an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun