Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Jujurly This is The Curhat of Generasi Z

15 Januari 2022   14:40 Diperbarui: 21 Januari 2022   11:00 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujurly ability buat ngomong in many different languages itu buat aku sih fine-fine aja ya. Mau gimana coba, the world change itu kan very past kan. If we don't cacht up sama yang lain, we can left behind dong.

Lagian anak-anak muda now adays juga kan very open minded. Which is they absorb anything very rapidly and very berani juga. Brave itu kan something buat kita as Indonesians kan.

Kita kan pernah jadi a country yang dijajah lama kan, with Europe country such as Belanda and Japan also. Kita kan jadi negara yang weak, poor, dan malu-malu juga kan, orangnya kurang speak up gitu. 

Selain Indonesian culture such as as Javanis contohnya my family tuh masih banyak banget yang agak kolot ya. Too much strict yang sebenarnya not necessary juga.

Now, Indonesia young people terutama di kota-kota dan educationnya juga baik kan mau perubahan juga dong. Maybe kelihatannya anak muda now adays itu selfish and don't wanna know sekitar gitu tapi actually that's wrong.

We want to do something for the nation for the country. But sebagian kan gak tau caranya, gak ngerti jalannya. Meanwhile mereka juga sebagian udah fuck up sama yang namanya government kan, korupsi still happened anywhere. Capek gak sih.

So, we do for what we want to do aja. We respect our parents but kita juga gak mau jadi kayak mereka. What have to say ya, sorry not gonna lie mereka juga munafik. Gak semua off course tapi most of parents kan gitu. Maunya ngajarin sok bener, nyuruh ini itu tapi they don't do it anyway.

Which is mau anaknya begini begitu, nurut ini itu, but what they do ya banyak brengseknya juga. Now look who in charge in many positions in government or in public or private company? Yes, our parents.

We have to go to school, we did. We have to go to les ini les itu, kami ikut. Don't you think we're not stress lho. Every morning from 7 to 15 belajar, belum PR-nya segudang, les ini les itu, ekskul ini ekskul itu. But we do it. For who? Some just for our parents.

What they do? In one side emang sih there is a positive growing in every where, but di sisi lain kan, kami juga tau kok, still many corruption, perusakan lingkungan, gap between the rich and the poor, all the trouble in this country made by them kan? Itu generasi orang tua kami yang bikin juga.

We always dianggap anak kecil. Didn't understand anything. But when we speak up with our language dikatain gak nasionalis. Merusak Bahasa Indonesia. Come on. 

We still learn Bahasa Indonesia in school. We use Bahasa Indonesia with our teacher, in formal occasion. But we also learn other languages.

Jujurly ask to your self, to your generations. To bapak-bapak dan ibu-ibu yang terhormat. Bukannya kalian juga have your own language when you were young? 

Bahasa gaul, bahasa prokem, bahasa kebalik, that's the language you used to juga kan? You want to break Bahasa Indonesia? Of course not kan. Which is itu kan only expression.

If you also to do that why you blame us when we use our language? We don't want to ngerusak Bahasa Indonesia kok. It's just our expression kan, sama when you create macam-macam bahasa in your generations. Terus, salah gue, salah temen-temen gue?

Language is a part of culture. Budaya yang develop itu harus dynamic kan. It's just fase. Our fase. Same with you when you were young. Lagian this language just for our conversation among us. We understand not to use this language in formal occasion.

Now, if your generations blame us, the fact is we learn it from you. We look up to you. We obey to your rules. Our teacher is same with your generation. So kalian turut andil make us like this, right?

So just think about it. Kita main salah-salahan. Or you doing good in all aspects so kami belajar menjadi lebih baik from you. So we can continue your legacy dengan bangga gitu.

Our future in our hand. Tapi warisannya juga would be very heavy kalo semua udah rusak duluan in your hand.

Dear parents, we always respect you. But not all our life is your decision to make. Talk to us like human being, like adults, not kids yang selalu dianggap salah.

Our relationship should be fix. In any aspects. You realize or not. We don't want to be unaware generation. But we can't do by ourselves. We need you to guide us. Bukan nyeramahin kami kalo semua yang kami lakukan salah.

Thank you very much.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun