Apabila ditanya pekerjaan apa yang tak mengenal hari libur, maka kebanyakan akan menjawab polisi dan penjaga keamanan atau dokter dan pekerja rumah sakit.Â
Jawaban tersebut memang benar adanya, karena pekerjaan tersebut berkaitan dengan fasilitas dan kepentingan umum.
Namun, tahukah Anda bahwa masih banyak pekerjaan yang harus stand by kapan pun dan dalam situasi apapun, seperti pekerja di perusahaan listrik, air, telekomunikasi dan industri yang mesinnya harus menyala 24 jam per hari dan 7 hari per minggu terus menerus.
Sama halnya di industri televisi, banyaknya stasiun televisi yang memberlakukan siaran non-stop 24 jam sepanjang tahun, membuat industri ini tidak mengenal libur sehingga diberlakukan sistem shift.
Meskipun sistem shift diberlakukan bekerja di industri seperti ini, tetap memerlukan endurance yang prima tidak hanya dari segi fisik dan stamina, tapi juga segi mental dan psikis.Â
Pernah ada lelucon bagi pekerja di industri televisi, "kalau belum kena typhus maka belum sah jadi orang TV."
Meskipun terlihat fun bekerja di TV tapi sebenarnya tekanannya cukup berat.Â
Apalagi buat yang memulai karir dari jenjang trainee, di mana sedikit banyak harus bisa mengerjakan semua hal alias semua bagian selama beberapa bulan program tersebut dijadwalkan sebelum akhirnya ditempatkan di satu bagian yang dirasa cocok dengan kemampuan. Itu pun jika lolos, jika tidak ya wassalam. Mungkin belum rezeki atau ya memang tidak cocok dengan sistem kerja di televisi di sini.
Salah satu rantai industri televisi yang berisi hiburan adalah PH atau rumah produksi.Â
PH sebagai pemasok acara ke televisi, terutama di Indonesia terkenal dengan sistem kerja yang berat dan keras.Â
Apalagi jika PH-nya mengerjakan sinetron striping atau di sini dikenal dengan istilah kejar tayang, walaupun sebenarnya istilah tersebut punya arti yang berbeda.
Cerita syuting-- yang berarti kerja-- dari pagi ke pagi lagi itu sudah menjadi cerita sehari-hari.Â
Satu sinetron mempekerjakan puluhan hingga ratusan pekerja, dari kru hingga pemain, dari petugas kebersihan hingga top manajemen, yaitu produser atau pemilik PH sendiri.
Pekerja sinetron sendiri memiliki masalah tersendiri, mengingat kebanyakan dari mereka adalah pekerja lepasan bukan pegawai tetap dari rumah produksi. Jam kerja yang panjang sering tidak sesuai dengan kesejahteraan yang didapat.
Akhirnya banyak PH yang memilih yang mau kerja saja yang dipakai, yang dianggap rewel tidak usah diajak. Hal ini makin membuat sumber daya pekerja sinetron sulit berkembang.
Tentu saling terkait dengan permasalahan kejar tayang program TV terutama sinetron di sini seakan tidak pernah selesai, karena tidak benar-benar mau diselesaikan karena menyangkut berbagai pihak yang mempunyai kepentingannya masing-masing.
Durasi jam kerja pekerja sinetron yang sering di luar logika hanya satu masalah saja. Hulunya adalah sistem rating dan share di industri televisi yang menjadi pedoman kaku yang dipegang oleh penentu kebijakan di top manajemen televisi sini.
Televisi tidak berani membeli sinetron dari PH dengan stok banyak episode karena rating dan share keluar harian dari perusahaan survey.Â
Cerita yang disetujui TV untuk diproduksi PH biasanya cuma punya stok 3 episode, jika rating dan share baik bisa dilanjutkan jika jeblok ya bisa diputus dan bikin judul lain.
Bahkan rating bisa dilihat minute by minute yang sering membuat cerita yang sudah disiapkan tim penulis bisa berubah total karena di menit sekian karakter A lebih tinggi ratingnya, maka dibuatlah cerita yang lebih menonjolkan karakter A meskipun ceritanya jadi "ngaco".Â
Itulah secuil cerita mengenai rating dan masih banyak lagi yang harus "dikorbankan" demi rating. Dan PH tidak bisa berbuat banyak kecuali menuruti permintaan pihak stasiun TV.
Sistem striping sebenarnya tidak masalah asalkan dikerjakan dengan cukup waktu sehingga punya cukup stok sebelum sebuah sinetron ditayangkan. Yang kebanyakan terjadi adalah syuting hari ini untuk tayang nanti malam.
Sehingga tentu saja hal ini berimbas kepada jam kerja dan sistem kerja bagi pekerja sinetron yang masih jauh dari sempurna.Â
Jika banyak masyarakat yang sudah nongkrong di depan TV untuk menyaksikan acara (sinetron) yang menghibur menyambut tahun baru, di baliknya banyak pekerja yang menahan lelah, kantuk, dan rindu keluarga karena syuting yang tidak kunjung usai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H