Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Industri Hiburan Televisi Tak Kenal Hari Libur

31 Desember 2021   09:00 Diperbarui: 2 Januari 2022   18:55 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja televisi | Sumber: Pexels/Expect Best

Apalagi jika PH-nya mengerjakan sinetron striping atau di sini dikenal dengan istilah kejar tayang, walaupun sebenarnya istilah tersebut punya arti yang berbeda.

Ilustrasi suasana syuting sinetron | Foto: tribunnews.com
Ilustrasi suasana syuting sinetron | Foto: tribunnews.com
Cerita syuting-- yang berarti kerja-- dari pagi ke pagi lagi itu sudah menjadi cerita sehari-hari. 

Satu sinetron mempekerjakan puluhan hingga ratusan pekerja, dari kru hingga pemain, dari petugas kebersihan hingga top manajemen, yaitu produser atau pemilik PH sendiri.

Pekerja sinetron sendiri memiliki masalah tersendiri, mengingat kebanyakan dari mereka adalah pekerja lepasan bukan pegawai tetap dari rumah produksi. Jam kerja yang panjang sering tidak sesuai dengan kesejahteraan yang didapat.

Akhirnya banyak PH yang memilih yang mau kerja saja yang dipakai, yang dianggap rewel tidak usah diajak. Hal ini makin membuat sumber daya pekerja sinetron sulit berkembang.

Tentu saling terkait dengan permasalahan kejar tayang program TV terutama sinetron di sini seakan tidak pernah selesai, karena tidak benar-benar mau diselesaikan karena menyangkut berbagai pihak yang mempunyai kepentingannya masing-masing.

Durasi jam kerja pekerja sinetron yang sering di luar logika hanya satu masalah saja. Hulunya adalah sistem rating dan share di industri televisi yang menjadi pedoman kaku yang dipegang oleh penentu kebijakan di top manajemen televisi sini.

Televisi tidak berani membeli sinetron dari PH dengan stok banyak episode karena rating dan share keluar harian dari perusahaan survey. 

Cerita yang disetujui TV untuk diproduksi PH biasanya cuma punya stok 3 episode, jika rating dan share baik bisa dilanjutkan jika jeblok ya bisa diputus dan bikin judul lain.

Bahkan rating bisa dilihat minute by minute yang sering membuat cerita yang sudah disiapkan tim penulis bisa berubah total karena di menit sekian karakter A lebih tinggi ratingnya, maka dibuatlah cerita yang lebih menonjolkan karakter A meskipun ceritanya jadi "ngaco". 

Itulah secuil cerita mengenai rating dan masih banyak lagi yang harus "dikorbankan" demi rating. Dan PH tidak bisa berbuat banyak kecuali menuruti permintaan pihak stasiun TV.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun