Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Usaha Sarang Walet Bikin Tebal Dompet

24 Desember 2021   07:02 Diperbarui: 24 Desember 2021   07:09 2555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sarang walet siap ekspor sudah lolos sortir dari kebersihan dan bentuknya | Foto: dokumentasi pribadi

Dalam salah satu kesempatan kunjungan ke Lombok Nusa Tenggara Barat, kami sempat bertandang ke sebuah Usaha Sarang Burung Walet milik H. Lalu Ading Buntaran di PT. Ammar Sasambo di Desa Kateng, Pujut, Lombok Tengah. Lokasinya tidak jauh dari Bandara Internasional Lombok, sekitar 15 menit berkendara.

Usaha ini mendapat dukungan Gubernur NTB, Dr. Zulkieflimansyah, SE. M.Sc, sebagai usaha potensial NTB setelah sebelumnya Presiden Jokowi memerintahkan untuk mengangkat produk unggulan lokal yang bisa dikembangkan ke pasar global.

Bersama Kementerian Koperasi dan UKM lalu membuat program "desa walet" di mana Ammar Sasambo sebagai pionir yang mengembangkan usaha walet dan menjadi proyek percontohan usaha walet di NTB khususnya dan Indonesia pada umumnya.

H. Lalu Ading Buntaran yang saat ini memiliki 27 rumah walet, usaha pencucian, dan produk turunan sarang walet seperti kopi walet dan bubur sarang walet kemudian membuat Koperasi 99 sebagai komunitas usaha walet dengan mengajak warga untuk ikut menekuni usaha budidaya sarang walet. Targetnya koperasi warga bisa membangun 99 rumah walet di Desa Kateng dalam waktu dekat.

Saat berkunjung ke Ammar Sasambo, kebetulan H. Lalu Ading sedang berada di luar kota. Kami ditemani karyawan senior di Ammar Sasambo yaitu Ferry, Affan, dan Imron yang memberikan keterangan.

Sarang walet berasal dari air liur burung walet, hasil panen harus dibersihkan terlebih dahulu | Foto: dokumentasi pribadi
Sarang walet berasal dari air liur burung walet, hasil panen harus dibersihkan terlebih dahulu | Foto: dokumentasi pribadi

Burung Walet pada dasarnya tidak bisa dipelihara karena sifatnya yang liar dan bukan termasuk binatang ternak. Walet adalah binatang liar yang biasanya hidup di gua-gua akan tetapi karena sarangnya yang berasal dari air liur mempunyai nilai ekonomi yang tinggi maka mengandalkan perburuan sarang walet di hutan dan di gua-gua tentu tidak lagi efisien.

Oleh sebab itu manusia membuat cara untuk melakukan "rekayasa" berupa rumah walet yang dibuat sedemikian rupa agar walet liar mau tinggal dan membuat sarang di sana.

Butuh proses dan waktu yang panjang untuk rumah walet mulai menghasilkan. Minimal 1 tahun 3 bulan baru bisa panen pertama. Kesabaran petani menjadi kunci penting dalam usaha walet.

Beberapa tips dalam usaha rumah walet adalah sebagai berikut:
1. Dari lokasi harus strategis, tidak bising, tidak terlalu padat penduduk.

2. Rumah walet harus tertutup, dibuatkan lubang-lubang kecil untuk keluar masuk walet, dan pintu "rahasia" untuk masuk orang.

3. Tidak boleh dimasuki orang selama beberapa bulan. Jangan terlalu sering ditengok, biarkan rumah walet menjadi lingkungan walet secara alami tanpa banyak campur tangan manusia.

4. Jangan sembarang orang masuk ke dalam rumah walet.

5. Jangan terlalu sering dipanen dulu saat pertama mulai membuat rumah walet karena akan mempengaruhi kualitas sarang dan produksi sarang yang dihasilkan walet.

6. Panen pertama baru bisa diambil 1 tahun 3 bulan. Fakta membuktikan rumah walet yang terlalu sering dipanen dan dimasuki orang akan membuat walet malas kembali ke rumah tersebut yang berarti akan mempengaruhi hasil produksi.

7. Upaya "rekayasa" lainnya adalah dengan memutar rekaman suara walet di rumah-rumah walet. Hal ini untuk mengundang agar walet liar mau mampir dan membuat sarang di rumah walet tersebut.

8. Menjaga kualitas bentuk dan kebersihan sarang walet.

Sarang walet siap ekspor sudah lolos sortir dari kebersihan dan bentuknya | Foto: dokumentasi pribadi
Sarang walet siap ekspor sudah lolos sortir dari kebersihan dan bentuknya | Foto: dokumentasi pribadi

Untuk itu Ammar Sasambo juga memiliki usaha pencucian dan penyimpanan dengan standar tinggi sehingga warga yanga hanya memiliki rumah walet bisa mencuci panen sarang waletnya di tempat ini agar memperoleh harga maksimal di pasar ekspor.

Usaha walet bukan bisnis jangka pendek. Usaha walet adalah usaha yang memerlukan kesabaran, ketelatenan, dan modal yang cukup besar, baik untuk membuat rumah walet dan masa penantian sampai rumah walet menghasilkan.

Tapi sarang walet dihargai cukup baik di pasaran. Meski tergantung dari kualitas sarang walet yang dihasilkan. Harga sarang walet kualitas A di pasaran ekspor saat ini dihargai 23 juta rupiah. Kriterianya sarang walet harus berbentuk sempurna, biasanya seperti bentuk bulan sabit atau juring buah kelapa dan harus bersih sempurna, warnanya mendekati putih susu dan tidak ada kotoran baik dari serpihan bulu atau kotoran lainnya.

Oleh sebab itu proses pembersihan menjadi langkah yang penting dalam memproduksi sarang walet. Di Ammar Sasambo mempekerjakan belasan perempuan yang tugasnya mencuci, mencabuti helai dan serpihan bulu yang menempel di sarang walet. Perlu kesabaran dan ketelitian yang tinggi makanya satu pekerja bisa mendapatkan upah hingga 6 juta rupiah per bulan. Jumlah yang cukup tinggi dibanding UMR di NTB.

Saat ini permintaan ekspor terbesar dari Cina. Berapa pun yang dihasilkan asalkan sesuai dengan standard akan mereka ambil. Sayangnya kapasitas produksi Ammar Sasambo sendiri masih terbatas, masih di kisaran 1 ton per bulan. Sedangkan permintaan dari Timur Tengah dan Eropa pun sering masuk dan belum bisa dipenuhi.

Peluang ekspornya masih sangat besar tapi mendidik warga untuk menjadi petani walet tidak selalu mudah. Apalagi perlu kesabaran dan ketekunan selain waktu yang tidak sebentar untuk menghasilkan panen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun