2. Rumah walet harus tertutup, dibuatkan lubang-lubang kecil untuk keluar masuk walet, dan pintu "rahasia" untuk masuk orang.
3. Tidak boleh dimasuki orang selama beberapa bulan. Jangan terlalu sering ditengok, biarkan rumah walet menjadi lingkungan walet secara alami tanpa banyak campur tangan manusia.
4. Jangan sembarang orang masuk ke dalam rumah walet.
5. Jangan terlalu sering dipanen dulu saat pertama mulai membuat rumah walet karena akan mempengaruhi kualitas sarang dan produksi sarang yang dihasilkan walet.
6. Panen pertama baru bisa diambil 1 tahun 3 bulan. Fakta membuktikan rumah walet yang terlalu sering dipanen dan dimasuki orang akan membuat walet malas kembali ke rumah tersebut yang berarti akan mempengaruhi hasil produksi.
7. Upaya "rekayasa" lainnya adalah dengan memutar rekaman suara walet di rumah-rumah walet. Hal ini untuk mengundang agar walet liar mau mampir dan membuat sarang di rumah walet tersebut.
8. Menjaga kualitas bentuk dan kebersihan sarang walet.
Untuk itu Ammar Sasambo juga memiliki usaha pencucian dan penyimpanan dengan standar tinggi sehingga warga yanga hanya memiliki rumah walet bisa mencuci panen sarang waletnya di tempat ini agar memperoleh harga maksimal di pasar ekspor.
Usaha walet bukan bisnis jangka pendek. Usaha walet adalah usaha yang memerlukan kesabaran, ketelatenan, dan modal yang cukup besar, baik untuk membuat rumah walet dan masa penantian sampai rumah walet menghasilkan.
Tapi sarang walet dihargai cukup baik di pasaran. Meski tergantung dari kualitas sarang walet yang dihasilkan. Harga sarang walet kualitas A di pasaran ekspor saat ini dihargai 23 juta rupiah. Kriterianya sarang walet harus berbentuk sempurna, biasanya seperti bentuk bulan sabit atau juring buah kelapa dan harus bersih sempurna, warnanya mendekati putih susu dan tidak ada kotoran baik dari serpihan bulu atau kotoran lainnya.