Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tak Ada Lagi Umrah Murah?

21 Oktober 2021   09:27 Diperbarui: 21 Oktober 2021   09:29 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biaya umrah bisa naik dua kali lipat di masa pandemi | Foto: kompas.com

Hampir dua tahun masa pandemi Covid-19, ibadah umrah bagi umat Islam dari seluruh dunia dihentikan. Mekkah sebagai sentral pelaksanaan ibadah umrah dan haji ini sempat menjadi kawasan yang menyumbang jumlah korban Corona yang besar di Arab Saudi.

Tak terbayangkan sebelumnya Mekkah yang selalu ramai 24 jam, khususnya di sekitar kawasan Masjidil Haram berubah layaknya kota mati.

Mekkah dan Madinah, dua kota suci umat Islam menjadi dua tempat penting tempat ibadah dan wisata reliji paling ramai di muka bumi saat ini.

Sebelum pandemi hampir setiap bulan Arab Saudi kedatangan 2-3 juta jamaah dari seluruh penjuru dunia. Bisa dibayangkan berapa jumlah devisa yang dihasilkan dari akomodasi, transportasi, dan sebagainya. Apalagi jamaah umrah selalu memborong oleh-oleh dalam jumlah besar.

Tak heran jumlah pusat perbelajaan dari toko, pasar, hingga mal super mewah tersebar di sekitaran Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Ekonomi Arab Saudi melesat bahkan dibawah kepemimpinan Raja Salman dan calon penerusnya Pangeran Mohammed bin Salman.

Mereka melakukan reformasi di berbagai bidang dalam rangka program Saudi 2030 yang menjadikan pariwisata sebagai tulang punggung perekonomian negara menggantikan minyak bumi.

Indonesia setiap tahun mengirimkan sekitar 2 jutaan jamaah. Dengan paket mulai 7 hari hingga 14 hari dipastikan hampir setiap hari ada penerbangan dari Jakarta, Surabaya, Medan, Palembang, dan Makassar ke Arab Saudi melalui Jeddah dan Madinah, serta Riyadh jika sekalian untuk berbisnis atau berwisata ke ibu kota negara tersebut.

Umrah menjadi bisnis yang menggiurkan. Kantor dan perwakilan travel umrah tersebar hingga ke pelosok desa atau kecamatan. Bahkan ada program tabungan umrah, cicilan umrah, arisan umrah, umrah anak sekolah, dan lainnya.

Terlebih antrian ibadah haji yang makin panjang hingga belasan tahun. Umrah menjadi langkah alternatif ibadah ke Mekkah menunggu bisa hajian.

Kemudahan berangkat ke Mekkah dan demand yang tinggi membuat para pengusaha perjalanan kreatif membuat paket-paket. Hingga lahirlah istilah umrah murah di mana hanya dengan belasan juta sudah bisa menjalankan ibadah umrah.

Sayangnya antusiasme masyarakat dinodai oleh pengusaha travel nakal sehingga beberapa kali terjadi kasus penipuan jamaah umrah. Termasuk kasus First Travel dengan jumlah calon jamaah yang tertipu pun besar.

Meskipun demikian minat masyarakat untuk berumrah tak pernah surut. Jumlahnya tetap membludak walaupun biaya termurah sudah di atas 20 jutaan.

Paket ini biasanya terbang dari bandara besar di Indonesia ke Jeddah atau Madinah selama 8-9 hari, biasanya 3 hari 3 malam di Madinah dan 3 hari 4 malam di Mekkah, sisanya untuk perjalanan.

Setelah hampir 2 tahun pemerintah Saudi menutup ibadah umrah dan haji untuk jamaah internasional. Sebagai percobaan jamaah dari negara tertentu mulai bulan Agustus sudah ada yang datang ke Mekkah dan Madinah. 

Secara resmi mereka siap menerima kembali rombongan umrah dari manca negara yang dianggap telah "aman" dari bahaya virus Corona per tanggal 1 November mendatang.

Sebelumnya sama seperti dengan negara lain yang mengharuskan pendatang dari luar negeri melakukan tes PCR dan karantina. Dalam kebijakan ini hanya sedikit sekali jamaah yang bisa berangkat karena harga paket menjadi mahal.

Biaya karantina sebelum masuk Mekkah selama 14 hari lalu menjadi 8 hari lalu menjadi 5 hari tentunya sangat besar. Bisa membuat biaya berlipat dua kali. Karantina kedatangan di Saudi dan nanti karantina setiba kepulangan di tanah air lagi. Hal ini juga yang membuat pemerintah dan kalangan usaha melobi pihak Saudi untuk melonggarkan persyaratan terkait karantina di negara ketiga.

Program vaksin di tanah air yang cukup sukses meredam penyebaran Covid-19 hingga jamaah Indonesia sudah diperbolehkan menginjak tanah suci tetapi sudah harus vaksin lengkap dan hasil PCR negatif.

Pemerintah Saudi Kabar terbaru dari Masjidil Haram, stiker pembatas di lantai sudah dicabut sehingga tidak ada jarak antar jamaah di dalam masjid sehingga kapasitas masjid pun bisa lebih banyak menampung jamaah.

Dengan demikian apakah umrah sudah kembali normal seperti masa sebelum pandemi?

Sepertinya belum. Pemerintah Saudi dan pemerintah pengirim jamaah tentunya tidak ingin kecolongan lagi masalah Covid-19 ini.

Berbagai upaya menjaga protokol kesehatan akan tetap dilakukan. Selama pandemi masih belum menjadi endemi mungkin jamaah tidak bisa berlama-lama di dalam Masjidil Haram dan Masjid Nabawi seperti dulu. Masjid hanya dibuka saat shalat wajib dan tawaf pun dijaga ketat.

Tentu ada konsekuensi biaya yang perlu ditanggung jamaah. Umrah akan jadi makin mahal. Dari harga paketnya dan persiapan jamaah sendiri untuk menjaga diri semasa pandemi.

Jika paket termurah sebelum pandemi di kisaran 20 jutaan maka jika kenaikan dua kali lipat maka biaya umrah termurah akan berkisar di 40 jutaan.

Jadi sepertinya tak akan ada lagi umrah murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun