Ajang seperti ini bisa dipastikan adalah motor penyedia sumber daya di industri hiburan baik model catwalk, model foto, model iklan, pemain film dan sinetron.
Ajang ini adalah batu loncatan bagi banyak selebriti tanah air dalam meniti karir. Dari era Atalarik, Primus Yustisio, Didi Riyadi hingga Reza Rahadian atau yang era terakhir majalah remaja sebelum habis ditelan dunia digital adalah nama-nama seperti Rizky Nazar dan Angga Yunanda.
Dunia model memang penuh lika liku. Baik untuk model perempuan maupun yang laki-laki. Dunia model dipenuhi orang-orang berwajah cantik dan ganteng. Dunia model adalah dunia glamour penuh kemewahan dan hedonisme. Dunia model sering dijadikan batu loncatan untuk menjadi terkenal.Â
Sejatinya dunia model adalah dunia penuh kerja keras. Yang punya attitude yang baik yang akan bertahan. Dunia model tidak melulu harus cantik dan ganteng.
Yang lebih penting adalah mempunyai karakter yang unik dan kuat. Standar tinggi badan, warna kulit, wajah, pelan-pelan akan bergeser ke karakter, unik, dan kemampuannya membawakan baju yang diperagakan.Â
Fisik bisa dibentuk tetapi aura, personifikasi, attitude, ketekunan hanya bisa dijalankan oleh orang-orang yang punya passion dan dedikasi untuk bidang yang ditekuninya.
Tak heran dunia model dunia mulai melirik talent-talent dari Indonesia seperti Raihan yang unik dan punya karakter. Sebelumnya model pria didominasi oleh ras Eropa, Afrika, dan Amerika (Utara dan Latin). Model Asia sedikit dari Jepang lalu beberapa tahun belakangan dari Korea Selatan dan Cina. India pun hanya satu dua nama saja. Waktunya Indonesia mulai dilirik lebih jauh lagi dan lebih banyak lagi.Â
Lika liku dunia model Indonesia akan makin berwarna jika para talent-nya mulai berkiprah di tingkat internasional. Ini juga sebagai bentuk pengakuan dunia akan posisi Indonesia juga ras melayu yang bisa sejajar dengan bangsa dan ras lainnya di dunia.Â
Dunia yang semakin terbuka adalah pintu untuk memperkenalkan diri, keunikan kita, karakter kita. Kita harus bangga dengan budaya kita. Menjadi otentik dengan diri sendiri. Bukan hanya menyerap budaya luar hingga mengubah kita menjadi orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H