Seikat mawar merah,
Sekotak coklat,
Sebentuk balon cinta,
Sehelai surat,
Semua telah rapi dipersiapkan,
Sejak kemarin ia tak bisa tenang,
Dadanya bergemuruh,
Menggebu percampuran rasa senang, senewen, bahagia juga khawatir,
Berkali-kali ia berdiri di depan cermin melatih keberaniannya untuk berbicara, menatap, tersenyum,
Ah, cinta tengah melandanya,
Anak lima belas tahun itu,
Bersemangat tapi juga terlihat rikuh,
Bahagianya anak lima belas tahun itu,
Senyumnya terus mengembang sepulang bertemu gadis pujaannya,
Ceritanya malu-malu saat menceritakan bagaimana ia saat menyatakan cintanya,
Begitulah...
Selalu ada yang pertama dalam hidup,
Seperti cinta pertamanya anak lima belas tahun itu yang di mulai di Februari,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H