Indonesia adalah pangsa pasar yang empuk memang sudah tidak diragukan lagi. Jumlah penduduk yang besar dan mempunyai kemampuan daya beli yang makin meningkat tentu banyak dimanfaatkan oleh para produsen luar negeri. Ditambah lagi orang Indonesia terkenal dengan keramahannya, termasuk "ramah" terhadap budaya luar yang sangat cepat diadaptasi.
Media sosial adalah produk masa kini yang paling cepat perkembangannya di dunia seiring dengan semakin majunya teknologi informasi. Internet adalah penemuan penting manusia di abad moderen ini.
Facebook, Twitter, Instagram, YouTube adalah media sosial paling populer di muka bumi. Belum lagi aplikasi percakapan seperti WhatsApp, Line, Telegram, juga aplikasi video dan konferensi seperti Skype, Zoom, Imo, dan lainnya. Semua hampir bisa dikatakan diciptakan oleh bangsa barat (Amerika dan Eropa) tetapi pengguna terbesarnya justru bangsa timur (Asia). Indonesia adalah salah satunya.
Dari survey yang dilakukan oleh We Are Social, Indonesia memiliki penduduk sekitar 272,1 juta jiwa tetapi jumlah kepemilikan telepon selular ada 338,2 juta unit. Berarti hitungan setiap satu orang memiliki satu ponsel termasuk jika usia bayi dan lansia pun ikut dihitung sudah terlampaui.
Jumlah ponsel yang dimiliki tersebut berhubungan dengan jumlah nomor ponsel yang aktif. Besarnya kepemilikan ponsel yang beredar di berbagai lapisan masyarakat membuat masyarakat masih ada yang menggunakan ponsel jaringan non internet.
Sedangkan untuk penduduk yang sudah melek internet jumlahnya sebanyak 175,4 juta dengan menggunakan ponsel smartphone lebih banyak dibanding non ponsel (laptop, desktop, tablet). Jumlah ini naik 25 juta pengguna dibanding tahun lalu.
Dari jumlah itu pengguna media sosial sebesar 160 juta jiwa. Naik 10 juta dari tahun lalu. Di mana YouTube, WhatsApp, Facebook, Instagram, dan Twitter adalah lima besar aplikasi media sosial paling banyak digunakan di Indonesia. Maka tak heran jika media sosial menjadi aplikasi terbanyak yang dimiliki oleh orang Indonesia pada ponselnya.
Tidak hanya punya aplikasinya saja tetapi juga aktif menggunakan setiap hari. Pengguna internet di Indonesia rata-rata menghabiskan hingga 8 jam setiap harinya di mana menggunakan media sosial yaitu YouTube dan WhatsApp selama 3 jam 26 menit. Sisanya digunakan untuk menonton televisi via internet, mengerjakan tugas kantor, kuliah, sekolah, dan mencari informasi dan hiburan lainnya.
YouTube merajai media sosial di Indonesia terbukti tidak hanya bisa dilihat dari penggunanya tetapi juga content creator yang menawarkan kontennya. Maka tak heran jika Atta Halilintar, content creator asal Indonesia menjadi YouTuber terbanyak memiliki jumlah subscriber di Asia.
Banyak orang yang ingin menjadi YouTuber termasuk artis layar kaca dan layar lebar yang berbondong-bondong melebarkan sayap ke saluran YouTube ini. Tapi yang menarik adalah banyaknya YouTuber asal Korea Selatan yang sengaja menyasar subscriber dan penonton Indonesia yang besar ini.
Menurut catatan penulis ada puluhan orang Korea Selatan, baik yang tinggal di Korea ataupun yang tinggal di Indonesia mencari peruntungan menjadi YouTuber dengan target orang Indonesia.
Konten berisi mukbang, video reaksi, pelajaran Bahasa Korea, kehidupan di Korea, Kehidupan orang Korea di Indonesia adalah contoh konten-konten yang disajikan, yang penting ada bau-bau Indonesianya pasti ada penontonnya.
Sampai tulisan ini dibuat Hari Jisun, gadis Korea Selatan yang pernah mengambil kuliah Bahasa Indonesia di Jogjakarta sudah mempunyai 2,49 juta subscriber. Konten Jisun adalah mukbang alias makan-makan menu Nusantara ke banyak daerah di Indonesia. Belakangan bahkan dia sering mengajak ibu dan adiknya untuk tampil di konten-kontennya.
Ada juga Daud Kim, yang kontennya berisi kehidupannya setelah menjadi mualaf. Akun Youtubenya sudah memiliki 2,1 juta subscriber. Bandung Oppa yang juga pernah kuliah di Bandung ini Dane sering membuat konten pelajaran Bahasa Korea sudah memiliki 686 ribu subscriber.
Selain itu ada juga Kimbab Family, keluarga campuran Indonesia dan Korea dengan tiga anak yang sudah memiliki 889 ribu subscriber. Konten mereka berisi kehidupan keseharian sebuah keluarga yang tinggal di Seoul dengan segala ceritanya.
Bahkan Korea Reomit yang pernah tinggal lama di Malang dan kental berlogat jawa medok sudah memiliki 3,55 juta subscriber. Konten Korea Reomit beberapa waktu lalu pernah viral di kalangan netizen Indonesia saat menginformasikan jenazah pekerja asal Indonesia yang dibuang ke laut sebelum kapal asal Cina itu bersandar di Busan Korea Selatan.
Mudahnya orang Indonesia men-subscribe alias berlangganan akun-akun YouTuber asal Korea maka tak heran makin banyak orang Korea yang terjun menjadi YouTuber. Lihat saja nama akun yang menggunakan istilah Indonesia agar terdengar akrab.
Apalagi sekarang ini banyak yang menganggap bahwa menjadi YouTuber adalah pekerjaan yang cukup bergengsi. Bisa mendapatkan penghasilan dari monetisasi, bisa terkenal, dan membuka kesempatan lain seperti menjadi endorser, influencer, dan bahkan artis. Sebuah pekerjaan baru yang cukup seksi.
Jika YouTuber Korea dapat banjir views dan subscriber dari penonton Indonesia, apakah YouTuber Indonesia memperoleh hal serupa dari pengguna YouTube di Korea atau di negara lain? Besar kemungkinan tidak karena mayoritas YouTuber Indonesia masih mengandalkan penonton dan subscriber lokal.
Hal positif yang bisa dipelajari bahwa orang Korea pandai melihat peluang, tidak takut bersaing dan punya adaptasi yang tinggi terhadap sesuatu atau situasi baru. Jadi dengan lihat angka-angka di atas patut diduga (dan sebagian sudah terbukti) akan ada banyak lagi YouTuber luar negeri yang akan menyasar orang Indonesia sebagai targetnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H