Oleh Pius Rengka
Wahai badai, jangan dikau sesali gemuruhmu di padang sabana,Â
karena sisa nafasmu masih di sanaÂ
pada getar ilalang sangkakala.Â
Jangan pula dikau menoleh pada nasib hari kemarin,Â
karena itu hanya sebuah detak kisah tangis nan asin
Ketika dikau berlalu begitu riuh di pelupuk punggung bukit kami
Sejuta genta kaki kuda menghambur debu ke pelupuk badai
Wahai senyap, di manakah riuh sejuta makna cinta
Dari jemari kepedihan derita jelata
Aku di sini dan akan tetap di situ tak pernah ke manaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H