Oleh Pius Rengka
Kudengar desah gelisah samudra petang dari tempat nun jauh
di tepi pinggul bukit Merah.
Meraih Gunung menuju cakrawala,
dari remang senja Mentari turun lereng samudra,
tanpa sedikit pun menoleh lagi, entah untuk sejenak.
Tetapi selalu kugantung sauh harapan dinanti setiap pagi,
karena janji pasti akan senantiasa memanggil mentari datang sendiri.
Wahai semesta di manakah rupamu di remang cahaya kian petang ini?
Wahai badai di manakah riuhmu tak sampaii.
Aku masih di sini, dan selalu aku mencari dan sekali lagi menanti janjiMu.
Ini bukan puisi, karena aku memang bukan penyair
Ini bukan puisi karena aku sekadar sebuah senyap lewat di depan sukma
Ini bukan puisi karena sukmaku terluka mencari jemari-jemari duri.
Aku sekadar hanya yang sedang berziarah menuju ke sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H