Celana itu penting. Tetapi juga genting. Penting, karena celana menutup bagian yang sangat ingin dilihat, tetapi patut ditutup. Celana juga genting, karena bagian yang ditutup celana itu selalu menjadi wilayah sengketa yang sanggup melahirkan aneka perkara.
Menanggalkan celana, memang, tak hanya berarti pemilik celana dapat pergi ke alam bebas memburu badai kehidupan, tetapi juga sanggup menjadi awal dari semua sengketa kehidupan. Meski demikian, kita pun maklum, tak semua celana yang ditanggal membawa cilaka setelahnya.
Pada zaman dahulu kala ada sebuah kisah. Kisah itu romantis, juga politis di dalam roman Wanita.
Paul I. Wellman, menulis apik kisah pelacur jalanan. Ia cantik jelita. Wajah jelita itu, bagai jendela undangan yang memanggil masuk setiap pria di Jalan Hawa.
Alhasil, pelacur itu mengubah arah angin sejarah hidupnya hingga kemudian dia sanggup meraih posisi politik Byzantium.
Theodora, tokoh utama di roman itu. Dia hidup dan dibesarkan dari tepi jalan, dan dia selalu di situ setiap malam. Dia, pelacur jalanan.
Nasib Theodora merangkak masuk hingga menembus tembok agung istana. Lalu dia mengatur kerajaan dari dalam ketika Pangeran Bizantyum, Yustinianus, rela membayarnya.
Satu-satunya modal awal Theodora adalah sesuatu, yang, di Indonesia disebut kemaluan. Theodora bangkit dari keaiban dunia mesum, meraih kemuliaan sebagai maharani dan memerintah seluruh dunia Romawi dari istana Konstantinopel yang mewah dan dekaden dalam abad keenam. Akankah kisah Theodora menginspirasi Vanessa? Entahlah.
Memang, perihal celana dalam Vanessa, dua pekan belakangan ini, tiba-tiba jadi lautan gosip di mana-mana. Gosip itu bergelombang ke tepian jauh hingga tiba ke pelataran gubuk buruk di kebun petani nun jauh di Timor, NTT.
Hal itu bermula, lantaran Vanessa Angel dikhabarkan mendagang sesuatu yang ditutup celana. Tak tanggung-tanggung, benda dagangan itu dipatok dengan banrol Rp 80 juta untuk sekali laga tanding.
Maka riuh perihal celana dalam, tak hanya ditafsir di dalam cermin moral individual Angel Vanessa, tetapi juga terbimbing masuk ke ruang diskursus yang lebih struktural nan serius.