Mohon tunggu...
Pitutur
Pitutur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Mencoba BERMANFAAT dengan MENULIS. Mencoba menuliskan sebuah peristiwa dari sudut pandang yang berbeda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menahan Amarah di Stasiun Palmerah

8 November 2018   14:48 Diperbarui: 8 November 2018   14:50 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Palmerah, yang semaki hari semakin cantik tampilannya. (foto: Istimewa)



Hiruk pikuk DKI Jakarta sebagai ibukota Indonesia setiap harinya dimulai dari pagi hari, saat jutaan warganya bergerak berangkat beraktivitas, mulai dari yang sekolah, kuliah, bekerja maupun bersosialita. Ini terjadi sejak bertahun-tahun lalu. Pergerakan bisa kita lihat jelas di jalan raya, di atas kereta, maupun saat di bandara.

Stasiun kereta api adalah salah satu moda transportasi yang paling saya senangi, karena selain nyaman juga terbukti murah dan tepat waktu. Untuk aktivitas sehari-hari saya masih bisa mengandalkan KRL untuk PP dari rumah di Serpong sampai ke Palmerah.

Dari Serpong sampai Palmerah bisa ku tempuh tidak sampai satu jam dengan kereta, tidak dengan motor apalagi mobil. Kondisi ini cukup menyenangkan, bisa dibilang cukup puas dengan layanan commuter line saat ini. Beda jauh dengan sepuluh tahun lalu yang kurang nyaman.

Beberapa pengalaman menarik sering kita jumpai sebagai pengguna commuter line, mulai dari mas-mas yang pakai pakaian terbalik, ada juga yang dandan di dalam kereta, ada juga yang paling sering adalah ada bau kentut tapi tidak ada yang mengaku kehilangan. Ini paling seru dan menarik, karena semua penumpang mukanya jadi saling curiga.

Hal yang sering terjadi bila kita mengalami ada yang kentut tapi aromanya tidak hilang-hilang, adalah berhenti di stasiun terdekat lalu keluar sebentar, atau ganti kereta bila tidak keburu-buru.

Pernah suatu saat di awal oktober 2018 lalu, waktu itu pas ada kereta yang anjlok di Stasiun Palmerah, ini memang diluar dugaan kita, tetapi jadwal jadi terganggu, dan bawaannya bikin marah. Selain urusan waktu, di dalam stasiun pun sangat minim tempat buat kita membeli minuman / makanan buat mengusir bosan karena harus menunggu.

Banyak sekali area yang kosong yang menurut saya bisa difungsikan sebagai mini market, atau mungkin franchise makanan / minuman. Ini tentu sangat membantu mereka yang tertahan di Stasiun Palmerah tanpa harus keluar stasiun untuk bisa mendapatkan penawar lapar  dan dahaga.

Hal ini tidak terjadi di Stasiun Gambir, atau Juanda, atau beberapa stasiun lain yang sudah lengkap fasilitasnya. Kebutuhan pengguna kereta selain transportasinya, tentu juga fasilitas umum penunjang lainnya.

Semoga PT KAI bisa melengkapi Stasiun Palmerah dengan foodcourt atau minimarket agar pengguna kereta bisa mendapatkan kenyamanan yang lebih selama di stasiun.Louis JS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun