Mohon tunggu...
Pitutur
Pitutur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Mencoba BERMANFAAT dengan MENULIS. Mencoba menuliskan sebuah peristiwa dari sudut pandang yang berbeda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mereka yang Lelah Berdiri di Stasiun Duri

16 April 2018   08:32 Diperbarui: 16 April 2018   14:46 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehadiran kereta api Bandara Soekarno Hatta merupakan bagian penting dari salah satu strategi mengurai kemacetan jalur aspal dari ibu kota menuju bandara. Sejak ujicoba dimulai pada Desember 2017 lalu, kebijakan demi kebijakan diambil untuk memaksimalkan fungsi jalur baru ini.

Saat awal dibukanya jalur kereta api bandara, antusias masyarakat cukup tinggi, karena masyarakat ingin merasakan akses yang lebih pasti, dengan ketepatan waktu yang lebih bagus, dan kenyamanan yang lebih baik dibanding moda transportasi lainnya.

Jalur kereta ini melewati rute sebagai berikut : Manggarai - Sudirman Baru - Karet - Tanah Abang - Duri - Grogol -  Pesing - Bojong Indah - Kalideres - Batu Ceper - Bandara (PP).

Empat bulan berjalan sejak pertama kali diujicobakan, rute ini terbilang cukup laris. Tetapi dalam prosesnya terdapat beberapa hal yang menjadi tumbal karena salah perhitungan. Strategi yang diterapkan oleh Kementerian Perhubungan dengan target perjalanan Kereta Bandara dengan sebanyak 82 perjalanan setiap hari berimbas bertumpuknya penumpang di Stasiun Duri.  Hal ini karena belum siapnya infrastruktur di Stasiun Duri untuk mengantisipasi lonjakan lalu lintas kereta.

Pembuatan tenda hanyalah mengatasi panas dan gerimis, tetapi bukan solusi permanen. (foto: istimewa)
Pembuatan tenda hanyalah mengatasi panas dan gerimis, tetapi bukan solusi permanen. (foto: istimewa)
April 2018 ini penumpukan penumpang di Stasiun Duri cukup membuat resah, dan sempat menjadi viral di media sosial. PT KCI selaku operator melakukan beberapa evaluasi dan rekayasa agar bisa mengatasi penumpukan penumpang. Selain menambahkan jumlah rangkaian kereta, menjadi SF10 dan SF 12 yang awalnya dengan 8 rangkaian. Ini semata-mata untuk menambah volume penumpang dalam sekali jalan.

Pengaturan peron pun ikut disesuaikan, pembagian area naik turun di stasiun Duri adalah sebagai berikut:

  • Peron Jalur 1: Melayani KRL tujuan Angke / Kampung Bandan / Jatinegara.
  • Peron Jalur 2: Melayani KRL Tujuan Tanah Abang / Manggarai / Depok / Bogor.
  • Peron Jalur 3 dan 4: Melayani KA Bandara Soekarno Hatta dan masih memungkinkan untuk melayani naik turun pengguna jasa KRL melalui pengaturan operasional
  • Peron Jalur 5: Malayani KRL Duri - Tangerang

Selain itu, untuk mengatasi kepadatan penumpang yang masih terjadi, diatasi dengan penambahan jumlah akses keluar dan pindah peron, serta jumlah petugas peron dari 23 menjadi 25 personil. Jumlah petugas pelayanan penumpang pun ditambah dari 2 menjadi 7 petugas.

Kepadatan arus penumpang di Stasiun Duri terus bergerak di angka 20.000 sampai 22.000 penumpang keluar dan masuk stasiun. Sementara untuk jumlah penumpang transit berada di kisaran angka 35.000 sampai 40.000 penumpang setiap harinya.

Saat ini Kereta Bandara masih memanfaatkan 50 perjalanan setiap harinya dari rencana 82 perjalanan setiap hari. Hal ini dilakukan karena belum siapnya infrastrutur yang ada. Hal yang menurut saya cukup dipaksakan, karena disaat infrastruktur belum siap, sudah 50 perjalanan dioperasikan, imbasnya ya banyak penumpang yang capai berdiri di Stasiun Duri, karena kebijakan Pak Menteri Perhubungan ini.

Bila 82 perjalanan Kereta Bandara sudah lakukan, akan seperti apakah tumpukan penumpang di beberapa stasiun. Tumpukan ini bukan tumpukan penumpang Kereta Bandara, tetapi tumpukan penumpang KRL yang jadwalnya bergeser dan berkurang akibat jalurnya terpakai kereta bandara.

Jumlah penumpang KRL setiap harinya saat ini mencapai 1 juta penumpang, jumlah yang sangat banyak, jangan sampai kesalahan dalam membuat kebijakan menambahan frekuensi Kereta Bandara sebelum infrastruktur siap membuat rutintitas pelanggan KRL dikorbankan.

PT KCI saya lihat cukup kerepotan merespon kebijakan Menteri Perhubungan dalam masalah Kereta Bandara ini. Menteri Perhubungan juga terlihat panik karena riuhnya komplain di media sosial, sampai-sampai dia sidak juga ke Stasiun Duri.

Hal lain yang menurut saya jadi tidak berimbang adalah, PT KAI (persero) induk dari PT KCI yang bertanggung jawab atas semua operasional kereta api di Indonesia, tahun ini mendapatkan lebih sedikit dana IMO (infrastructure, maintenance & operation) dari pemerintah dibanding tahun lalu, bukannya bertambah tetapi malah berkurang banyak, kebijakan ini menurut saya tidak masuk akal. 

Tahun ini jelasn Asian Games, banyak pekerjaan yang dilakukan ekstra, tetapi anggaran IMO justru dipangkas. Ibarat kita diberi tanggung jawab tambahan, tetapi uang operasional dikurangi. Bila tahun 2017 Dana IMO besarannya 1,650 triliun, tetapi tahun ini dikurangi menjadi 1,320 triliun.

Penurunan IMO terlihat dalam grafis ini. (Sumber: Kemenhub)
Penurunan IMO terlihat dalam grafis ini. (Sumber: Kemenhub)
PT KAI (persero) yang tahun 2017 lalu memperoleh Laba Bersih senilai 1,4 triliun sepertinya ingin dibenturkan dengan tantangan yang lebih keras oleh Kementerian Perhubungan. Kita bisa melihat Garuda Indonesia yang juga BUMN dalam bidang transportasi, tahun 2017 mengalami kerugian 2,9 Triliun. Harusnya PT KAI justru diberikan dukungan IMO yang lebih banyak di 2018 karena pekerjaan yang dihadapi di 2018 lebih banyak dibanding 2017.

Semoga ke depan di dalam membuat kebijakan, Menteri Perhubungan lebih rasional, sehingga peristiwa menumpuknya ribuan penumpang di Stasiun Duri tidak terulang lagi. Siapkan infrastruktur yang benar, baru kemudian keluarkan kebijakan. Mau 82 perjalanan setiap hari pun kalau infrastrukturnya sudah siap, penumpang KRL tidak akan menjadi korbannya.

Jangan sampai mereka pelanggan KRL sampai kantor dalam keadaan bad moodkarena capek duluan di Stasiun Duri.

Jakarta 16 April 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun