Mohon tunggu...
Pitut Saputra
Pitut Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Adventure || Pelukis || Penulis || Seniman

Hi' Im Freelance Adventure From Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Memahami Peran Warna Dalam Pembentukan Identitas

31 Januari 2025   04:05 Diperbarui: 31 Januari 2025   04:05 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
( Dalam sebuah wadah karakter individu melebur menjadi warna komunal )

KLATEN-kompasiana.com-Dipenghujung bulan dan awal tahun ini penulis akan coba mengulik terkait "warna" dalam spectrum cahaya dan warna dalam karakter seseorang, serta warna dalam sebuah organisasi, hal ini menjadi menarik ketika pada perkembangan saat ini dimasyarakat mulai marak bermunculan sebuah wadah maupun organisasi, seiring dengan Undang Undang tentang kebebasan berkumpul, bersosialisasi, dan berserikat, hingga saat ini tak terhitung lagi jumlah pasti organisasi maupun wadah dalam beragam sektor, baik yang resmi maupun tidak resmi. (31/01/2025)

Kebebasan berkumpul, bersosial, dan berorganisasi adalah hak asasi manusia yang fundamental dan diakui oleh berbagai instrumen hukum internasional, termasuk :
1. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) Pasal 20
2. Konvensi Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR) Pasal 21
3. Konstitusi negara-negara demokratis

Kebebasan berkumpul, bersosial, dan berorganisasi sangat memungkinkan individu untuk :
1. Mengungkapkan pendapat dan kepentingan mereka
2. Membentuk dan bergabung dengan organisasi atau kelompok yang sesuai dengan kepentingan mereka
3. Mengadakan pertemuan, demonstrasi, dan aksi lainnya untuk memperjuangkan hak-hak mereka
4. Membangun jaringan sosial dan komunitas yang kuat

Namun, kebebasan berkumpul, bersosial, dan berorganisasi juga harus diimbangi dengan tanggung jawab dan kewajiban untuk menghormati hak-hak orang lain,
mengikuti hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari tindakan yang dapat merugikan atau membahayakan orang lain.

Dalam konteks perundangan di Indonesia, yang notabene sebagai negara demokrasi, kebebasan berkumpul, bersosial, dan berorganisasi diatur dalam :
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28
2. Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum
3. Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan

Dalam praktiknya, kebebasan berkumpul, bersosial, dan berorganisasi di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan, seperti, pembatasan kebebasan oleh pemerintah atau aparat keamanan, kekerasan atau intimidasi terhadap aktivis atau organisasi, serta kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial dan politik.

Oleh karena itu, penting untuk terus memperjuangkan dan mempromosikan kebebasan berkumpul, bersosial, dan berorganisasi di Indonesia, serta memastikan bahwa hak-hak ini dihormati dan dilindungi oleh Pemerintah dan Masyarakat.

Lebih lanjut dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali menggunakan analogi "aple to aple" untuk membandingkan dua hal yang memiliki kesamaan atau persamaan, namun apakah kita pernah memikirkan bahwa analogi ini juga dapat digunakan untuk membandingkan warna dalam pantulan cahaya dan karakter sifat seseorang?

Dalam artikel ini, saya akan coba membahas tentang bagaimana analogi "aple to aple" dapat digunakan untuk membandingkan warna dan karakter sifat seseorang, kita juga akan belajar mengupas tentang kesamaan dan perbedaan antara warna dan karakter sifat seseorang.

Warna adalah salah satu aspek yang paling penting dalam kehidupan kita, warna dapat mempengaruhi emosi, suasana hati, dan persepsi kita terhadap dunia sekitar, dalam konteks warna, analogi "aple to aple" dapat digunakan untuk membandingkan warna yang sama atau serupa dalam pantulan cahaya.

Contohnya, kita dapat membandingkan warna merah apel dengan warna merah baju, kedua warna ini memiliki kesamaan dalam hal warna, namun memiliki perbedaan dalam hal intensitas dan nuansa, dengan menggunakan analogi "aple to aple", kita dapat membandingkan kesamaan dan perbedaan antara kedua warna ini.

( Prinsip dasar penyusunan warna )
( Prinsip dasar penyusunan warna )

Kemudian karakter atau sifat seseorang adalah salah satu aspek yang paling penting dalam kehidupan kita juga, sebab karakter sifat seseorang dapat mempengaruhi perilaku, keputusan, dan hubungan kita dengan orang lain, dalam konteks karakter sifat seseorang, analogi "aple to aple" dapat digunakan untuk membandingkan sifat atau karakter yang sama atau serupa antara dua orang.

Kita dapat membuat perbandingan sifat kepemimpinan antara dua orang, misal kedua orang ini memiliki kesamaan dalam hal sifat kepemimpinan, namun memiliki perbedaan dalam hal gaya kepemimpinan dan pengalaman, dengan menggunakan analogi "aple to aple", kita dapat membandingkan kesamaan dan perbedaan diantara kedua sifat kepemimpinan tersebut.

Analogi "aple to aple" juga dapat digunakan untuk membandingkan warna dalam pantulan cahaya dan karakter sifat seseorang, dengan menggunakan analogi ini, kita dapat membandingkan kesamaan dan perbedaan antara dua hal yang berbeda, namun, perlu diingat bahwa analogi "aple to aple" tidak dapat digunakan untuk membandingkan hal-hal yang memiliki perbedaan yang signifikan.

Pernahkah kita memperhatikan bagaimana warna dapat memengaruhi suasana hati ? contoh warna merah dapat membuat anda merasa bersemangat, biru dapat menenangkan, dan kuning dapat membangkitkan rasa bahagia, warna tidak hanya sekadar pantulan cahaya, tetapi juga memiliki kekuatan untuk membentuk identitas dan persepsi kita.

Penemu rumus warna dari sumber google adalah Isaac Newton (1643-1727), seorang ilmuwan Inggris yang terkenal karena penelitiannya tentang cahaya dan warna, Newton menemukan bahwa cahaya putih dapat dipecah menjadi warna-warna yang berbeda melalui proses dispersi, yang kemudian dikenal sebagai spektrum warna.

Namun, perlu dicatat bahwa teori warna yang lebih lengkap dan sistematis dikembangkan oleh Johann Wolfgang von Goethe (1749-1832), seorang ilmuwan dan filsuf Jerman, Goethe menulis buku "Teori Warna" (Farbenlehre) pada tahun 1810, yang menjelaskan tentang sifat-sifat warna dan bagaimana warna dapat dipahami dan digunakan dalam seni dan desain, selain itu, ada juga beberapa ilmuwan lain yang berkontribusi pada pengembangan teori warna, seperti :

- Philipp Otto Runge (1777-1810), seorang pelukis dan ilmuwan Jerman yang menemukan teori tentang warna-warna primer dan sekunder.
- Ewald Hering (1834-1918), seorang ilmuwan Jerman yang menemukan teori tentang warna-warna opponent, yang menjelaskan tentang bagaimana otak memproses warna.

Dengan demikian, pengembangan teori warna merupakan hasil kerja sama dan kontribusi dari banyak ilmuwan dan filsuf sepanjang sejarah, namun secara garis besar, berikut adalah beberapa konsep dasar dalam perumusan warna yang sempat saya pelajari pada saat kuliah di Institut Seni Indonesia ( ISI Solo & Denpasar, Bali ) :

A. Teori Warna :
1. Warna Primer : Warna pokok yang tidak bisa dibuat dari pencampuran warna lain, yaitu merah, biru, dan kuning.
2. Warna Sekunder : Warna yang dihasilkan dari pencampuran dua warna primer, yaitu hijau (biru + kuning), oranye (merah + kuning), dan ungu (biru + merah).
3. Warna Tersier : Warna yang dihasilkan dari pencampuran warna primer dan sekunder.

Di sekolah kita di ajarkan teori rumus warna, tersebut diantaranya :
1.Warna primer adalah warna pokok yang tidak bisa dibuat dari pencampuran warna lain.
2. Warna sekunder adalah warna yang dihasilkan dari pencampuran dua warna primer.
3. Warna Tersier adalah warna yang dihasilkan dari pencampuran warna primer dan sekunder.
4.Warna Kuarter adalah warna yang dihasilkan dari pencampuran dua warna tersier.

B. Model-Model Warna :
1. Model Warna RGB (Red, Green, Blue): Model warna yang digunakan dalam layar komputer dan televisi.
2. Model Warna CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black) : Model warna yang digunakan dalam proses pencetakan.

C. Prinsip-Prinsip Warna
1. Kontras : Perbedaan antara dua atau lebih warna yang berdampingan.
2. Harmoni : Keseimbangan dan keselarasan antara dua atau lebih warna.
3. Keseimbangan : Keseimbangan antara elemen-elemen visual dalam sebuah komposisi.

Dengan memahami perumusan warna, maka kita dapat belajar menggunakan warna dengan lebih efektif dan menciptakan desain yang lebih menarik dan harmonis.

Dalam pengaplikasian desain grafis, warna digunakan untuk menciptakan logo yang mudah diingat dan upaya menyampaikan pesan merek,  misalnya, warna merah sering digunakan oleh merek makanan cepat saji karena dapat merangsang nafsu makan, dalam desain interior, warna dapat digunakan untuk menciptakan suasana yang berbeda dalam ruangan, misalnya, warna biru muda dapat membuat ruangan terasa lebih luas dan segar.

( Dalam komunitas motor, beragam karakter warna akan bercampur jadi satu dan melebur jadi karakter komunitas )
( Dalam komunitas motor, beragam karakter warna akan bercampur jadi satu dan melebur jadi karakter komunitas )

Kemudian terkait dengan warna organisasi, dari beragam sumber dikatakan "Karakter warna dalam sebuah organisasi atau komunitas juga memiliki 'warna'nya sendiri, warna ini terbentuk dari perpaduan karakter individu-individu yang ada di dalamnya, sama seperti warna sekunder yang dihasilkan dari percampuran dua warna primer, karakter komunal sebuah organisasi juga merupakan hasil dari interaksi dan kolaborasi antar anggota, warna ini menjadi ciri khas yang membedakan organisasi tersebut dari yang lain."


Karakter warna adalah sifat atau kesan yang ditimbulkan oleh suatu warna, dan setiap warna memiliki karakter yang unik serta dapat mempengaruhi emosi, suasana hati, dan persepsi seseorang, contoh karakter warna dan persepsi yang di timbulkan :

1. Merah : Berani, Enerjik, Romantis
2. Biru : Tenang, Percaya diri, Profesional
3. Hijau : Seimbang, Harmonis, Alam, Natural.
4. Kuning : Ceria, Optimis, Kreatif
5. Ungu : Mewah, Kreatif, Spiritual
6. Hitam : Elegan, Profesional, Misterius
7. Putih : Bersih, Suci, Netral

Sebatas catatan, Hitam dan Putih tidak termasuk dalam Warna / Acrhomatic ) karena hitam dan putih bukanlah warna dalam arti yang sebenarnya karena :

Hitam :
1. Hitam adalah ketiadaan warna atau absorbsi semua cahaya.
2. Hitam tidak memiliki panjang gelombang tertentu.

Putih :
1. Putih adalah kombinasi dari semua warna atau refleksi semua cahaya.
2. Putih tidak memiliki panjang gelombang tertentu.

Pada teori warna, hitam dan putih dianggap sebagai "bukan warna" (achromatic) karena tidak memiliki sifat-sifat warna yang umum, seperti panjang gelombang dan intensitas, namun, dalam konteks desain dan seni, hitam dan putih sering digunakan sebagai warna karena memiliki efek visual yang kuat dan dapat digunakan untuk menciptakan kontras dan harmoni.

Karakter warna dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti desain grafis, interior, fashion, dan lain-lain, dengan memahami karakter warna, kita juga dapat menggunakan warna yang tepat untuk mencapai tujuan dan kesan yang diinginkan.

Tak jauh berbeda dengan Warna sebuah Wadah, Organisasi, Kelompok, dan Massa Komunal, juga memiliki perbedaan karakter yang mendasar seperti halnya warna (pantulan cahaya dalam spektrum)

Salah seorang perumus organisasi adalah Max Weber (1864-1920), seorang sosiolog Jerman yang terkenal karena karyanya tentang teori organisasi dan birokrasi, Weber menemukan bahwa organisasi dapat dipahami sebagai sistem yang terstruktur dan terorganisir, dengan tujuan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas, Weber juga menemukan bahwa organisasi memiliki beberapa karakteristik, seperti :

1. Struktur Hierarkis : Organisasi memiliki struktur hierarkis, dengan tingkat-tingkat kekuasaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda.
2. Spesialisasi : Organisasi memiliki spesialisasi, dengan setiap individu memiliki tugas dan tanggung jawab yang spesifik.
3. Standarisasi : Organisasi memiliki standarisasi, dengan prosedur dan aturan yang jelas dan konsisten.
4. Koordinasi : Organisasi memiliki koordinasi, dengan setiap individu dan departemen bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi.

Selain Max Weber, ada juga beberapa tokoh lain yang berkontribusi pada pengembangan teori organisasi, seperti:

1. Henri Fayol (1841-1925), seorang insinyur dan manajer Perancis yang menemukan teori tentang manajemen dan organisasi.
2. Frederick Winslow Taylor (1856-1915), seorang insinyur dan manajer Amerika Serikat yang menemukan teori tentang manajemen ilmiah.
3. Elton Mayo (1880-1949), seorang psikolog dan sosiolog Australia yang menemukan teori tentang perilaku organisasi dan manajemen.

Warna dan karakter organisasi memiliki hubungan yang erat, sebab warna dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan merepresentasikan karakter serta identitas suatu organisasi, berikut adalah beberapa contoh warna dan karakter organisasi yang lazim kita temukan, meski bukan patokan yang pasti setidaknya ini adalah sebuah gambaran umum.

A. Warna Primer :
1. Merah : Berani, Enerjik, Romantis (Contoh: Organisasi Olahraga, Organisasi Pemuda)
2. Biru : Tenang, Percaya diri, Profesional (Contoh: Organisasi Bisnis, Organisasi Pendidikan)
3. Kuning : Ceria, Optimis, Kreatif (Contoh: Organisasi Seni, Organisasi Komunitas)

B. Warna Sekunder :
1. Hijau : Seimbang, Harmonis, Alam (Contoh: Organisasi Lingkungan, Organisasi Kesehatan)
2. Oranye : Enerjik, Kreatif, Berani (Contoh: Organisasi Pemuda, Organisasi Olahraga)
3. Ungu : Mewah, Kreatif, Spiritual (Contoh: Organisasi Seni, Organisasi Spiritual)

C. Karakter Organisasi :
1. Inovatif : Organisasi yang selalu mencari cara baru untuk meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan.
2. Kolaboratif : Organisasi yang mendorong kerja sama dan komunikasi antara anggota.
3. Adaptif : Organisasi yang dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan kebutuhan.
4. Profesional : Organisasi yang memiliki standar tinggi dan mendorong anggota untuk memiliki kompetensi dan keterampilan yang baik.

Dari memahami warna dan karakter organisasi, kita dapat menggunakan warna yang tepat untuk merepresentasikan identitas dan tujuan organisasi, dengan demikian, pengembangan teori organisasi merupakan hasil kerja sama dan kontribusi dari banyak tokoh dan ilmuwan sepanjang sejarah, sebagai seorang yang bijak semestinya bisa membedakan antara karakter komunal dan karakter pribadi, sebab hal ini berpengaruh pada persepsi yang akan terbangun kedepan'nya.

Apabila sudah ada niatan ingin bergabung dalam sebuah wadah, maka ego dan karakter warna pribadi semestinya bisa menyesuaikan sebab dalam sebuah wadah komunal, warna yang tercipta adalah merupakan percampuran dari beragam karakter warna yang berbeda untuk kemudian menjadi satu membentuk karakter warna komunal, yang menjadi sebuah warna khas dalam sebuah pergerakan dan berujung pada penafsiran.

Karenanya tidak bijak bila menilai sebuah wadah atau organisasi berdasar dari warna dasar dan unsur-unsur pembentuknya, sebab dalam pergulatan waktu kesemua unsur pembentuk warna akan bercampur dalam sebuah wadah dan menghasilkan warna yang baru, karena'nya ini yang wajib untuk disadari bersama ketika kita mulai menilai sebuah organisasi atau wadah, tidak semerta-merta semua wadah itu identik dengan warna dasar penyusunnya, melainkan warna yang terbentuk adalah warna khas dari sebuah pergumulan proses dan laku kreatif sebuah organisasi dalam rangka mempersatukan perbedaan visi misi sehingga menjadi selaras dan bisa berjalan bersama.

( seorang yang bijak adalah mereka yang bisa membedakan warna pribadi dan warna komunal dalam sebuah kebersamaan )
( seorang yang bijak adalah mereka yang bisa membedakan warna pribadi dan warna komunal dalam sebuah kebersamaan )


Maka dalam hal penafsiran pun harus dipisahkan antara karakter komunal dan karakter dasar unsur penyusunnya, baik dan buruk itu subyektif dan relatif sifatnya, semua orang punya masa lalu dan background karakter bawaan masing-masing, dan kemudian dari hasil proses kreatifnya bersama menghasilkan warna khas yang unik, hasil dari pencampuran beragam warna dan karakter itulah yang disebut sebagai karakter komunal sebuah wadah atau organisasi.

Pro dan Kontra itu sudah biasa dalam sebuah pergerakan, itulah dinamika proses yang terus berkembang dan mengalami perubahan hingga suatu saat menemukan muara karakternya yang disebut "jati diri", dengan memahami karakter warna dan karakter organisasi, kita dapat menggunakan warna yang tepat untuk mencapai tujuan dan kesan yang diinginkan, selain itu, kita juga harus membedakan antara karakter komunal dan karakter pribadi untuk menghindari kesalahpahaman dan membangun hubungan yang harmonis dalam sebuah wadah atau organisasi.

( Pitut Saputra )

Sumber artikel :
Buku "Teori Warna" (Farbenlehre) karya Johan Wolfgang Von Goethe,
Buku "The Theory of Social and Economic Organization" karya Max Weber, Rangkuman opini dari beragam sumber serta google.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun