Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia" ~Soekarno (Bung Karno).
Masih hangat di ingatan kita khususnya masyarakat Kepulauan Nias tentang aksi seorang pemuda yang mengendarai sepeda motor dari Nias ke Jakarta. Ini bukan touring apalagi liburan ke Ibu Kota.Â
Dari foto yang tersebar di media sosial, sebuah spanduk bertuliskan "Memohon Kepada Presiden Agar Pelaksanaan Ujian Masuk PTN Bisa Dilaksanakan di Kepulauan Nias" menyertai perjalanannya. Tidak main-main, aksi konkrit namun beresiko tinggi. "Jangan ditiru kalau bukan ahlinya".
Pada tulisan ini secara spesifik menyoroti terkait isu dimana semua orang harus mengakses dan mendapatkan pendidikan yang berkualitas dengan mudah, murah, dan merata. Pada pasal (5) ayat (1) menyatakan bahwa "setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu". Selanjutnya, pasal (11) ayat (1) menyatakan bahwa "pemerintah terkhususnya daerah wajib memberikan layanan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi".
Â
Ini membuktikan kerja-kerja pemerintah dan wakil rakyat selama ini kurang maksimal dalam menyerap aspirasi rakyat terutama dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Bahkan isu ini sudah berlangsung lama, hingga menjadi pembiaran.Â
Melalui momentum ini secara tidak langsung memberikan kritik keras kepada pemerintah daerah dan pusat agar kedepannya lebih serius dan peka. Saat ini dibeberapa tempat sulit mengakses pendidikan, salah satunya bila mengikuti seleksi masuk masuk PTN terutama di daerah-daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
Khususnya untuk lulusan SLTA di Kepulauan Nias selama ini betapa sulit mengikuti seleksi masuk PTN karena lokasi seleksi Sumatera Utara hanya ada di Medan. Kalau dari Nias menuju Medan bila mau biaya lebih sedikit bisa menempuh jalur laut selama 12 jam dari Gunungsitoli ke Sibolga lalu menyambung dengan transportasi darat kurang lebih 7-9 jam baru bisa sampai di Medan. Tersedia juga akses yang lebih cepat, naik pesawat dengan harga tiket PP hampir setara gaji satu bulan seorang PNS. Belum lagi akomodasi lainnya seperti penginapan dan makan selama berada di Medan. Kondisi seperti ini tentu bagi yang memiliki keterbatasan finansial harus berpikir berkali-kali untuk mendaftar seleksi UTBK-SNBT. Lalu sampai kapan ketimpangan ini terus menurus terjadi?Â
Dalam merespon isu ini, seorang aktivis yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial melalui Organisasi Haga Ono Niha yang ia dirikan terpanggil mempertaruhkan segalanya agar nasib lulusan SLTA di Kepulauan Nias kali ini bisa mendapatkan kemudahan dalam mengakses dan mengikuti UTBK-SNBT. Bahkan tidak hanya itu, ia juga secara sukarela keliling ke sekolah-sekolah yang ada di pelosok untuk membantu siswa-siswi  mendaftar KIP Kuliah.
Tidak sia-sia Joni Warsito Waruwu membayar harga dengan aksi motoran beberapa waktu lalu ke Jakarta untuk menyampaikan aspirasi mulia ini secara langsung kepada pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset, dan Teknologi.Â
Dengan mengawal proses-proses yang ada, ikut mendampingi Tim Survei lokasi UTBK di subpusat UTBK yang dilaksanakan pada tanggal 11-15 Maret 2024. Akhirnya usaha tidak menghianati hasil! Tahun ini bagi yang  mengikuti UTBK-SNBT tidak lagi harus ke Medan namun dua sekolah di Kepulauan Nias telah ditunjuk menjadi lokasi UTBK-SNBT yaitu SMA Negeri 1 Kota Gunungsitoli dan SMK Negeri 1 Telukdalam, Nias Seltan.
Sebuah pesan moral yang di sampaikan oleh beliau dalam percakapan singkat kami " Semoga menjadi inspirasi buat generasi selanjutnya bahwa kita bisa bertarung di republik ini untuk memperebutkan apa yang menjadi hak kita."