Mohon tunggu...
Pitriyani Afipah
Pitriyani Afipah Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Angkatan 9

Sebagai guru Bahasa Inggris di SMPN 2 Kota Cirebon.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Best Practices Pengalaman Mengatasi Kesulitan Peserta Didik dalam Menulis Kalimat Imperative Pada Langkah-langkah PembuatanTeks Prosedur

29 September 2024   23:08 Diperbarui: 30 September 2024   00:00 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Situasi

  • Kondisi Yang Mejadi Latar Belakang Masalah

Kejadian luarbiasa pada tahun 2019-2021 tentang menyebarnya wabah covid-19 meninggalkan luka meradang hingga sekarang. Saat itu kelumpuhan terjadi pada semua sektor kehidupan tidak terkecuali pendidikan. Akibat dari peristiwa ini kualitas pemahamam peserta didik terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai individu yang unik menjadi sebuah perhatian yang serius. Peserta didik lebih suka "mabar" dari pada diskusi pelajaran melalui wa grup yang diberikan. Minat belajar menurun. Sikap murid pun acuh dan tidak responsif.  Orang tua kewalahan mendorong mereka untuk belajar. Nilai hasil ulangan Bahasa Inggris pada materi menulis teks prosedur sangat buruk.

Dizaman teknologi canggih sekarang ini masyarakat banyak membuka situs-situs interet untuk sekedar mencari informasi ataupun mencari cara untuk melakukan sesuatu. Peluang bisnis makin terbuka. Namun bagi siswa SMP yang masih remaja mereka merasa kesulitan dalam merangkai kata dalam membuat kalimat bagaimana cara membuat atau melakukan sesuatu ( how to do/ to make something). Materi tatacara melakukan / membuat sesuatu (teks Prosedur) wajib diajarkan kepada siswa SMP sesuai dengan kurikulum.

Menurut Mahsun (2014:30) teks prosedur/arahan merupakan salah-satu dari jenis teks yang termasuk genre faktual sub genre prosedural. Tujuan sosial teks ini adalah mengajarkan tentang langkah-langkah yang telah ditentukan. Dengan demikian penguasaan jenis teks ini sangat dibutuhkan oleh peserta didik kita di zaman sekarang ini.

Sebagai seorang pendidik senantiasa memfasilitsi kebutuhan   mereka selaras dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan strategi yang cocok apabila diterapkan pada setiap pembelajaran di kelas. Pembelajaran berdiferensiasi mampu memfasilitasi kebutuhan peserta didik melalui pemetaan atau tes diagnostic di awal pembelajaran. Sehingga guru dapat melihat kebutuhan belajar masing-masing peserta didiknya. Apakah peserta didik cocok dengan minatnya, gaya belajarnya, atau kesiapan belajarnya. 

Seperti dikutip dari pendapatnya Tomlinson (2001) dalam Jurnalnya Al akahleh dkk (2023) mengatakan bahwa "However, the different levels of students in terms of learning abilities, preferences, and styles may become barriers to achieving such a mission. Therefore, differentiated instruction has been considered an effective strategy to achieve the goals of teaching (Tomlinson)"

Karakteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain: manajemen kelas yang efektif, pembelajaran memiliki tujuan yang terdefinisi secara jelas, lingkungan belajar yang kondusif, penilaian yang berkelanjutan, serta pembelajaran yang responsive (Contoh pembelajaran berdiferensiasi yaitu penggunaan beragam strategi pembelajaran, variasi kegiatan pembelajaran, agar peserta didik dapat mengeksplorasi isi kurikulum maupun mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari (Faiz, 2022:13; Maryam, 2021: 34; Made, 2022: 98). Menurut Kusuma & Luthfah (2022), salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk merespon karakteristik murid- murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berfikir analitis siswa di sekolah, salah satunya dengan Model  Problem Based Learning (PBL). Hal ini sejalan dengan pendapat Perez dan Uline (Schechter, 2011) bahwa PBL telah banyak dipahami sebagai manfaat bagi mempersiapkan para pemimpin sekolah dengan berkontribusi terhadap kemampuan berfikir analitis dan strategis mereka. 

Selain itu, John Dewey (Miller, 2004) yang merupakan seorang filsuf dan pendidik, menjelaskan bahwa "masalah adalah stimulus untuk berfikir". Kedua pendapat tersebut menguatkan bahwa PBL berkontribusi baik bagi para guru maupun siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikir analitis  dan strategi  dalam pembelajaran.

Dari teori diatas penulis sangat yakin bahwa pembelajaran yang disampaikan melalui kebutuhan dan karaketristik masing-masing murid akan sangat bermakna.

  • Mengapa praktik ini penting untuk dibagikan

Pembelajaran berdiferensiasi diterapkan dalam kurikulum merdeka yang mengembangkan seluruh potensi peserta didik secara holistic dan seimbang. Kurikulum merdeka merupakan gagasan yang membebaskan guru dan siswa dalam menentukan sistem pembelajaran. Kurikulum merdeka bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi guru dan siswa karena selama ini pendidikan di Indonesia lebih mengutamakan aspek pengetahuan daripada aspek afektif atau keterampilan. 

Kurikulum merdeka juga menekankan aspek pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia yang terangkum dalam profil pelajar Pancasila, yaitu pelajar yang berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong dan berkebhinnekaan global (Komalasari & Apriani, 2023: 61, Kalidjernih, 2011: 67, Kemendikbud, 2020).

Pembelajaran berdiferensiasi ini memberikan respon yang positif bagi berbagai pihak. Hasil penelitian Sarie (2022: 496) menunjukkan apreasiasi kepala sekolah terhadap pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi. Kepala sekolah bahkan menghimbau guru-guru agar melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di kelasnya. Guru merasa senang dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi  karena pembelajaran berdiferensiasi sesuai kebutuhan. 

Pembelajaran berdiferensiasi konten dan proses dapat memberikan kebermaknaan pengalaman belajar, sedangkan pembelajaran berdifernsiasi produk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan kolaborasi antar peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, nilai evaluasi formatif dengan pembelajaran diferensiasi menunjukkan nilai rata-rata 90 dengan kategori sangat baik. Orangtua murid juga merasa puas dan mendukung pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi.

Adapun Pembelajaan PBL sangat baik di gunakan di kelas karena siswa akan terdorong untuk bertanya, berinteraksi secara aktif, berdiskusi, mengamati, berlatih, mempraktikkan dan mendemonstrasikan sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil.

Pada kesempatan ini penulis melakukan pembelajaran degan model PBL yang terintegrasi dengan pembelajaran berdiferensiasi, KSE dan budaya positif. KSE maksudnya adalah pembelajaran diutamakan berumuatan Kompetensi Sosial Emosional sehingga pembelajaran terasa sangat hangat dan harmonis. Relasi guru dan murid atupun murid dengan temannya terjalin dengan baik. Adapun budaya positif penulis mengupayakan agar pembelajaran senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai kebajikan universal yang bisa diterima oleh semua kalangan murid dengan tidak membeda- bedakan ras, suku, Bahasa, dan agama.

 Semisal selalu membiasakan salam, senyum menyapa, berdoa dan selalu mengucapkan terimakasih, mohon maaf, permisi, dan syukur atas segala sesuatu yang ada pada sekeliling kita saat itu. Selain itu guru dan peserta didik selalu membuat kesepakatan kelas agar suasana kelas semakin kondusif. Apabila peserta didik terlihat bosan, maka guru dengan cepat membuat ice breaking.

Dalam hal belajar-mengajar sangatlah mungkin permasalahan yang penulis alami bisa saja terjadi pada pengalaman mengajar bapak/ibu guru diluar sana. Oleh karena itu, harapan penulis selain menjadi motivasi dan solusi untuk saya pribadi, juga ingin membagikan praktik baik ini agar bisa dijadikan motivasi juga referensi bagi rekan rekan guru yang mengalami hal sama. Sehingga memberikan nilai manfaat dan penuh makna dari setiap upaya yang kami lakukan.

Dalam proses pembelajran penulis berperan sebagai fasilitator dan pemimpin pembelajaran yang bertanggung jawab serta melaksanakan praktik pembelajaran dengan sebaik- baiknya. Penulis dalam hal tanggung jawab, beliau telah berupaya dalam mempersiapkan:

  • Menyusun RPP
  • Menyiapan bahan ajar
  • Menyiapkan media pembelajaran (PPT/CANVA, Vidio, Musik instrument, smat TV, dan sarana gambar sebagai antisipasi terhadap gangguan teknis)
  • Membuat dan melakukan tes kesiapan belajar (diagnostic)
  • Menyusun LKPD 1, LKPD 2, dan LKPD 3 serta link quiziz
  • Menyiapkan ice breaking yang menarik
  • Berkolaborasi bersama teman sejawat dalam proses perekaman agar bisa dijadikan bahan refleksi pembelajaran kedepannya.
  • Mengutamakan kebutuhan peserta didik/memihak kepada murid.
  • Meminta umpan balik kepada dosen dan guru pamong maupun rekan sejawat.

Tantangan

Setelah melakukan analisis terhadap kajian literature, wawancara dengan rekan sejawat, Kepala Sekolah dan rekan Guru Penggerak, tantangan untuk mencapai tujuannya tersebut adalah:

  • Guru membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mempersiapkan pembelajaran berdiferensiasi KSE
  • Fasilitas teknologi pembelajaran di sekolah terbatas.
  • Tidak tersedia internet gratis untuk siswa (free Wifi) di sekolah
  • Guru membutuhkan kolaborasi dengan pihak terkait dalam membantu kelancaran pembelajaran.

Adapun orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran  ini adalah:

  • Guru yang menjadi fasilitator.
  • Peserta didik sebagai subjek proses pembelajaran.
  • Guru Pendamping sebagai pembimbing pembelajaran.
  • Rekan sejawat dan juru kamera.

Aksi dan Langkah-langkah

  • Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Guru sesuai dengan tantangan yang dihadapi:
  • Mengidentifkasi masalah yang ada di kelas
  • Strategi yang digunakan:

Menggunakan model belajar PBL yang terintergrasi dengan pembelajaran differensiasi konten dan KSE, dengan materi/tema yang lebih relevan dengan kehidupan siswa.

  • Melakukan differensiasi pembelajaran
  • Menggunakan media berbasis video
  • Membuat bahan ajar
  • Membuat LKPD, dan quizizz
  • Menyelipkan breaking ice
  • Bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat?

Dalam pelaksanaannya, guru menggunakan model pembelajan Problem Based Learning yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam berkomunikasi dan berkolaborasi sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan menyenangkan dan penuh tantangan bagi peserta didik dan pembelajaran mengarah pada student center.

  • Orientasi peserta didik pada masalah

Peserta didik diminta mengamati gambar benda yang ada di tayangan infocus. Gambar secangkir teh, secangkir kopi, mi instant dan jus jeruk.

  • Mengorganisasi peserta didik untuk belajar.

Peserta didik dibagi ke dalam kelompok yang berisi 4-5 siswa. Pesera didik mendiskusikan pembagian tugas untuk mencari informasi yang diperlukan untuk mengerjakan soal pada LKPD. (Menalar/ Mengasosiasi Kerjasama & Berpikir Kritis).

  • Membimbing penyelidikan

Peserta didik dibimbing oleh guru untuk menerapkan imperative kedalam kalimat. Peserta didik dibimbing oleh guru untuk menyusun kalimat mengenai langkah-langkah yang sesuai dengan gambar berdasarkan topik yang ditentukan.

  • Menyajikan hasil karya

Secara kelompok sesuai kondisi waktu, peserta didik membuat procedure text sesuai topik permasalahan yang dipilih. Secara berkelompok, peserta didik mempresentasikan hasil Procedure text di depan kelas.

  • Menganalisis dan mengevaluasi

Peserta didik memberikan tanggapan atas presentasi kelompok lain berupa pertanyaan atau saran. Peserta didik menerima penilaian atau feedback dari guru atas hasil kerja masing- masing kelompok.

Refleksi

  • Dampak implementasi pembelajaran PBL berdiferensiasi KSE dan Budaya positif adalah: Siswa terdorong untuk bertanya, berinteraksi secara aktif, berdiskusi, mengamati, berlatih, mempraktikkan dan mendemonstrasikan sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil.
  • Dampak implementasi pembelajaran berdiferensiasi konten adalah: Guru dapat menegetahui tingkat kesiapan belajar murid terkait materi yang akan diajarkan.
  • Dampak dari penggunakan media berbasis video adalah: Menjelaskan hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih realistic.
  • Kelebihan menyelipkan breaking ice dalam pembelajaran adalah: Mencairkan suasana atau kebosanan dan membuat mood booster bagi peserta didik yang merasa kurang semangat.
  • Hasil efektif. Hasil dikatakan efektif dengan melihat motivasi, minat, dan keaktifan peserta didik meningkat terkait materi menulis teks prosedur pada pembelajaran bahasa Inggris. Hal ini dibuktikan dengan semangat dan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran bahasa Inggris di kelas yang lebih meningkat dari biasanya.

Respons orang lain Respon rekan sejawat terlihat cukup baik karena:

  • Pembelajaran menggunakan media dan model pembelajaran yang efektif dan inovatif.
  • Pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centre).
  • Keaktifan peserta didik dalam belajar bahasa Inggris didalam kelas meningkat.
  • Faktor keberhasilan dari aksi yang dilakukan:
  • Peserta didik merasa termotivasi untuk belajar dan tertarik pada pembelajaran bahasa Inggris.
  • Komunikasi antara guru dan peserta didik terjalin dengan baik.
  • Tersedianya peralatan yang dibutuhkan di sekolah memudahkan proses pembelajaran yang dilakukan berbasis TPACK.


Berdasarkan refleksi best practice di atas, pendidik mendapatkan banyak pelajaran yaitu pendidik harus selalu kreatif dan inovatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran supaya pembelajaran lebih berpusat kepada peserta didik dan memaksimalkan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran serta menggunakan media dan model pembelajaran yang inovatif sehingga tercipta pembelajaran yang lebih aktif dan menyenangkan di dalam kelas.

Simpulan

Berdasarkan pengalaman pelaksanaan praktik baik (best practices) yang telah dilakukan oleh penulis dengan menggunakan PBL yang terintegrasi dengan pembelajaran diferensiasi KSE dan Budaya positif, memberikan dampak yang signifikan terhadap peserta didik baik secara mental maupun secara spiritual. Hal ini dibuktikan dengan terlampuinya nilai KKM pada penilaian sikap, pegetahuan dan keterampilan.

 Sikap menunjukan 99% peserta didik menunjukan sikap disiplin dan tangung jawab. Penilaian pengetahuan peserta didik rata-rata mendapatkan nilai 93 dari KKM 83. Hal ini menunjukan hasil yang memuaskan. Penilaian unjuk kerja/praktik peserta didik menunjukan 100% peserta ddik selalu melaksanakan berdoa bersama sebelum dan sesuadah belajar. Kemudian peserta didik juga selalu mengucapkan salam setiap sebelum dan sesudah presentasi.

Dengan demikian tiada salah jika praktik baik ini bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi bapak/ibu guru dalam menentukan bagaimana pembelajaran yang kreatif dan inovatif berdasarkan kebutuhan dan karakteristik peserta didik bapak/ibu masing-masing. Demikian terimakasih.

Wallahul muwafiq ilaa aqwamitthariq. Wallahu a'lam bisshowaab. Walhamdulillahi rabbil 'ala

miin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun