Mohon tunggu...
Pitri Lestari
Pitri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Sometimes, your best is not good enough

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salju dan Simfoni di Dalam Perpustakaan

25 September 2024   14:18 Diperbarui: 25 September 2024   14:19 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Stanislav Kondratiev from Pexels

Adrian mengangguk lagi. "Aku selalu merasa seperti bisa melupakan segalanya saat berada di sini. Buku-buku, suasana, semuanya membuatku merasa... damai."

Lara menghela napas panjang. "Mungkin karena di sini kita bisa berhenti sejenak dari segala hal yang membuat dunia di luar terasa begitu cepat. Tidak ada suara bising, tidak ada kebisingan modern. Hanya kita dan buku-buku ini."

Mereka terdiam sejenak, membiarkan kata-kata Lara menggantung di udara. Api di perapian berderak, memberikan nyala kecil yang memantulkan cahaya hangat di dinding. Di luar, salju terus turun, tanpa henti, menambah ketebalan putih yang menutupi jalan setapak di depan perpustakaan.

"Kadang aku berpikir, bagaimana jadinya kalau kita tidak pernah menemukan tempat ini?" Adrian tiba-tiba berkata, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.

Lara menoleh, memandang Adrian dengan alis sedikit terangkat. "Maksudmu?"

"Perpustakaan ini," jawab Adrian sambil menggerakkan tangannya mengisyaratkan ruangan di sekitar mereka. "Kalau kita tidak pernah bertemu di sini... mungkin kita tidak akan seperti sekarang."

Lara tersenyum, mengingat kembali pertama kali mereka bertemu. Itu adalah hari hujan deras, saat ia mencari tempat untuk berlindung dan secara kebetulan menemukan perpustakaan kecil ini. Adrian sudah ada di sana, duduk dengan buku tebal di tangan, dan saat itulah mereka mulai berbicara---percakapan ringan tentang buku yang mereka baca. Sejak saat itu, perpustakaan ini menjadi tempat khusus bagi mereka, tempat di mana mereka selalu kembali, tidak peduli betapa sibuknya kehidupan di luar.

"Mungkin memang sudah takdir," jawab Lara akhirnya. "Perpustakaan ini sepertinya selalu punya caranya sendiri untuk menyatukan orang."

Adrian tersenyum. "Mungkin. Tapi bagaimanapun juga, aku senang kita ada di sini sekarang."

Lara hanya mengangguk setuju, lalu kembali menyandarkan kepalanya di bahu Adrian, menikmati kehangatan dari api perapian dan kehadiran pria di sampingnya. Malam semakin larut, dan salju di luar semakin tebal. Dunia di luar mungkin membeku, tapi di sini, di perpustakaan tua yang tenang, mereka menemukan tempat yang jauh lebih hangat dari sekadar api yang menyala.

Waktu seolah berhenti di sana, di sudut perpustakaan itu, di antara buku-buku yang menyimpan ribuan kisah lain. Tapi malam ini, kisah mereka yang paling nyata, kisah yang tertulis tanpa kata-kata di antara detik-detik sunyi dan senyuman yang saling mereka berikan. Di luar, dunia mungkin terus berjalan, namun di sini, mereka menemukan keabadian yang hanya bisa dirasakan oleh dua orang yang berbagi cinta yang tenang dan sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun