Perpustakaan itu sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Dindingnya terbuat dari kayu ek tebal yang berderit lembut saat ada angin kencang di luar. Lantai kayu yang usang, dengan beberapa papan yang mulai melengkung karena waktu, menjadi saksi bisu ribuan langkah kaki yang pernah melintasinya. Buku-buku kuno memenuhi rak-rak yang menjulang hingga ke langit-langit, beberapa bahkan tertutup debu tebal karena jarang dijamah. Di salah satu sudut perpustakaan, sebuah perapian batu besar menyala, memberikan cahaya lembut yang menari di permukaan buku-buku dan bayangan hangat yang memantul di lantai.
Di sudut itulah mereka duduk, berdua di atas sofa tua yang empuk, saling berbagi selimut wol tebal untuk menahan dingin yang merambat meskipun api di perapian berkobar. Di pangkuan mereka, buku-buku terbuka, namun tidak sepenuhnya dibaca. Ada sesuatu yang lebih menarik daripada kata-kata di halaman itu-kehadiran satu sama lain.
Lara dan Adrian sudah sering datang ke perpustakaan ini, bahkan sebelum mereka bersama. Bagi mereka, perpustakaan adalah tempat pelarian dari kebisingan dunia luar, dari kesibukan hidup yang terkadang terasa terlalu penuh tekanan. Namun, malam ini berbeda. Ada keheningan yang jauh lebih dalam, yang membawa ketenangan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Salju yang turun di luar, lampu kuning hangat yang menyinari buku-buku, dan suara api yang berderak di perapian, semuanya terasa seperti latar sempurna untuk kisah mereka.
Adrian, yang sejak tadi tenggelam dalam buku favoritnya, sesekali mencuri pandang ke arah Lara. Ia melihat bagaimana wajahnya diterangi cahaya perapian, bagaimana bibirnya sedikit terkatup sambil serius memandangi halaman buku yang ada di tangannya. Namun, Adrian tahu, sama seperti dirinya, Lara tidak sepenuhnya tenggelam dalam bacaan itu. Ada sesuatu di udara malam ini yang membuat mereka lebih sadar akan kehadiran satu sama lain.
"Apakah kamu suka salju?" tanya Adrian tiba-tiba, suaranya nyaris berbisik, seolah takut merusak ketenangan yang telah tercipta di antara mereka.
Lara mengangkat pandangannya dari buku, menatap Adrian sambil tersenyum tipis. "Aku menyukainya, tapi hanya dari dalam ruangan yang hangat seperti ini," jawabnya sambil melirik jendela di mana salju terus turun tanpa henti. "Dingin di luar itu terlalu kejam."
Adrian tertawa kecil, menutup bukunya dan meletakkannya di meja kecil di samping sofa. "Aku setuju. Tapi di sini, dengan api yang hangat dan kamu di sini, salju di luar justru terasa indah."
Lara tersenyum lebih lebar, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Adrian. "Ini malam yang sempurna," katanya pelan.
Adrian mengangguk setuju. Ia merasakan kehangatan dari tubuh Lara di sampingnya, dan itu cukup untuk mengalahkan rasa dingin yang merembes dari jendela-jendela tua perpustakaan ini. Di luar, dunia mungkin beku, tapi di sini, di sudut kecil perpustakaan yang tenang, mereka merasa seolah berada di dunia mereka sendiri---dunia yang hangat, penuh dengan ketenangan dan cinta yang sederhana namun mendalam.
"Perpustakaan ini selalu punya cara untuk membuat kita merasa tenang, ya?" ujar Lara, tangannya bermain-main dengan ujung selimut yang menyelimuti mereka.