Sepertinya salah satu hal terberat bagi sebagian besar orang saat ini adalah ketika memutuskan apakah akan mengikuti kata hati atau standar sukses masyarakat (Zelfis, 2014)
Pernah mendengar ada yang berkata:
"Umur 20-an itu harusnya sudah menikah, sudah bekerja dll."
"Umur 30-an itu harusnya sudah punya rumah, kendaraan pribadi, dll."
Saya pribadi pernah mendengarnya secara langsung, dan kini orang-orang mulai menunjukkan kata-kata tersebut kepada saya. Mengapa?
Saat ini saya termasuk ke dalam orang yang berusia awal 20-an. Di lingkungan tempat tinggal saya, orang-orang di umur tersebut sudah pada menikah bahkan punya anak. Sementara saya baru saja menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Karenanya orang-orang mulai membicarakan sebab saya tidak sesuai dengan standar mereka.
Diperkuat dengan pernyataan tetangga kemarin yang awalnya bertanya berapa umur saya saat ini, dan kemudian meneruskan ucapannya menjadi "maksimal sampai 25, kalau lebih dari itu nanti akan banyak yang membicarakan soalnya di kampung orang-orang yang berumur 19-an juga sudah menikah" begitu katanya.
Tidak hanya saya yang menjadi contoh tidak bisa memenuhi standar masyarakat setempat, tetangga sayapun begitu. Dia berusia 30-an dan sudah bekeluarga memliki anak juga. Namun belum mempunyai rumah pribadi. Hal tersebutpun tidak luput dari bahan gunjingan orang-orang. Katanya, "rumah tangga kok gak punya rumah, dll"
Dari kejadian-kejadian yang terjadi saya teringat pada salah satu kalimat yang ditemukan dari sebuah buku.
Sepertinya salah satu hal terberat bagi sebagian besar orang saat ini adalah ketika memutuskan apakah akan mengikuti kata hati atau standar sukses masyarakat (Zelfis, 2014)