Mohon tunggu...
Pitri Lestari
Pitri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Sometimes, your best is not good enough

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sinar Matahari, Meja Makan, dan Karaoke

1 Oktober 2023   19:58 Diperbarui: 3 Oktober 2023   09:20 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Aleksey Kuprikov: pexels.com

(Part 1 )

Aku melihat ke luar jendela kamar. Sinar matahari menyambut dengan hangat, langit biru dan beberapa awan ikut mempercantik cuaca hari ini. Setelah semalaman memikirkan keputusan yang akan diambil pada akhirnya tidak ada satupun yang benar-benar aku inginkan. Tak lama kemudian aku memutuskan untuk ke luar kamar dan melihat nenek berada di meja makan bersama dua asistennya.

"Pers, biarkan aku yang menghadirinya." Ucapku membuka percakapan

Nenek tersenyum penuh tanda tanya, tanda berkata sepatah kata pun.

"Pak Arman, apakah semuanya sudah siap?" Tanyanya pada sopir pribadinya.

"Siap bu, tinggal berangkat."

"Bagaimana dengan jadwal hari ini Pak Mendy?" Lanjutnya pada sekretarisnya.

"Sejauh ini tidak ada perubahan, sesuai yang sudah direncanakan."

"Jangan melakukan apapun diam di rumah, kecuali nenek yang minta." Katanya padaku. Lantas dia pergi.

"Di pintu gerbang ada dua orang yang akan memastikan kamu tidak kemana-mana. Daripada berbuat yang tidak-tidak telpon Anya untuk kemarin biar tidak bosan. Paman beri tahu nenekmu tidak akan mengadakan pers hari ini. Jadwalnya diundur besok. Selama ini kamu sudah melakukan banyak hal, cobalah jadi pengangguran beberapa hari saja," jelas Pak Mendy ramah. 

Selain menjadi sekretaris nenek, dia juga merupakan ayah dari teman dekatku yang sudah seperti saudara kandungku sendiri.

"Siap, dimengerti." Balasku santai.

Saat sedang menikmati sarapan tiba-tiba bel rumah berbunyi. Ku lihat seseorang sudah menunggu di luar.

"Belum juga aku menelpon, kok sudah datang?" Tanyaku heran

"Alarm bawah sadarku berbunyi. Katanya anak manja membutuhkan bantuan. Hahaha."

"Aaah, kebetulan ada film yang ingin aku tonton. Ayo ke sini." Balasku

"Perasaanku mulai tidak enak, ayo kita keluar saja, mencari udara segar."

"Apakah kamu tidak melihat ada penjaga di luar?" Tanyaku

"Sejak kapan kamu jadi manusia penurut? Biasanya juga berontak." Ledeknya.

"Entahlah. Aku kehilangan semangat mudaku."

Anya tertawa lepas. "Jin apa yang sedang merasukimu, Alexa Fransisca?" Sambungnya.

"Nonton film? Game? Art?" Tanyaku

"Karaoke? Gimana?"

"Masih pagi"

"Memangnya ada aturan jangan karaoke pagi-pagi?" "Orang yang tidak pernah menganggur memang sulit diajak untuk menikmati hidup." Sambungnya

"Siapa yang sedang kamu bicarakan? Yang kalah harus menyiapkan cemilan siang dan makan malam oke?" Timpalku

"Setuju."

Hari ini dilalui tanpa aktivitas yang berat. Kami mencoba banyak game, karaoke, dan menyiapkan cemilan siang dan menu makan malam bersama. Ternyata benar, kita perlu meluangkan waktu untuk menghibur diri dengan melupakan segala aktivitas yang membebani.

Setelah selesai makan malam kami mengobrol di taman sambil melihat bintang-bintang. Tidak lupa menyiapkan coklat panas juga.

"Sa, kita beneran teman kan? Kamu tidak hanya menganggapku sebagai anak dari seseorang yang bekerja dengan nenekmu." Tanya Anya.

"Kenapa tiba-tiba serius?" Balasku

"Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan tapi gak tau harus mulai dari mana?"

"Tentang apa? Biar aku tebak. Hahaha" Sambungku

"Kenapa aku jadi tidak bisa berkata-kata. Padahal aku sangat ingin menannyakannya." Anya terlihat putus asa.

Saat menunggu Anya siap berbicara seseorang menelponku. Aku mengisyaratkan pada Anya untuk menerimanya dulu.

"Siapa?" Tanya Anya penasaran

"Aku rasa aku tau apa yang mau kamu bicarakan." Ungkapku merasa di atas angin.

"Tunggu sebentar aku akan membawanya ke sini." Melanjutnya.

"Jangan membawanya kalau kamu masih menganggapku teman." Ancamnya malu-malu

"Baiklah aku segera kembali. Jangan kemana-mana." Aku berlari ke halaman depan untuk menemui seseorang ditelpon tadi.

.........

"Apa yang kalian bicarakan? Dia tidak ke sini kan?" Anya melontarkan semuanya rasa penasarannya.

"Pemutar musik, aku pernah meminjamkannya. Dan dia sudah pulang kembali."

"Benarkan? Yang ingin kamu tanyakan sebelumnya adalah tentang orang ini?" Tanyaku

Anya tidak menjawab apapun dia terlihat malu. Sepertinya aku berhasil mengetahui apa yang dia maksud sebelumnya.

"Aku tidak tau apa yang kamu pikirkan, dan apa yang telah atau akan kamu lakukan. Tetapi, jika kamu menganggap di antara aku dan dia ada sesuatu yang istimewa, itu tidak benar. Jadi tidak perlu khawatir." Jelasku.

"Sebelum aku berbicara banyak, ada yang ingin dipastikan dulu. Yang kamu temui tadi ...?" Katanya terpotong.

"Kak Faris. Benarkan tentangnya?" Timpalku

Mendengar namanya dia terlihat senang namun juga kaku. Aku tidak mengerti apa maksud ekspresinya.

"Sa, aku tau kamu tidak menyukainya. Tapi aku tidak bisa mengendalikan diriku untuk tidak membencimu." Jelas Anya.

.....

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun