Mohon tunggu...
Pitri Lestari
Pitri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Sometimes, your best is not good enough

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi-Tradisi Unik Suku Bangsa di Nusantara

9 September 2023   09:49 Diperbarui: 9 September 2023   10:54 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Charl Durand: https://www.pexels.com/photo

Beragam suku dan budaya dapat dengan mudah dijumpai di negeri tercinta kita ini sehingga memang selayaknya mendapat julukan "Negeri Multikultural" Diperkirakan terdapat sekitar 1.340 suku yang tumbuh dan berkembang di Indonesia (Nasution, 2019). Keberagaman tersebut tentu saja menjadi daya tarik bagi wisatawan asing sehingga bisa menjadi modal positif untuk menyebar luaskan kebudayaan kita agar nantinya Indonesia akan semakin eksis di mata Internasional dan juga bisa menjadi sumber pendapatan bagi negara maupun masyarakat setempat.

Tradisi-tradisi unik dari berbagai daerah di Nusantara ini tentu harus dilestarikan agar keberadaannya tetap terjaga. Sehingga anak dan cucu kita nanti tidak hanya mempelajarinya lewat buku ataupun cerita dari para buyutnya melainkan dapat langsung dapat menyaksikannya. Lalu apa saja tradisi-tradisi unik tersebut? Mungkin ada beberapa dari kita belum mengenalnya juga? Berikut uraiannya:

Tawur Nasi

Tradisi unik Tawur Nasi berasal dari Desa Palemsari, Rembang, Jawa Tengah. Dilakukan sekali dalam setahun. Pelaksanaannya sama seperti tawuran pada umumnya, tetapi senjata yang digunakan bukan senjata tajam melainkan nasi. Dipercaya dengan adannya tradisi ini hasil ternak yang diberi pakan dari sisa ritual akan melimpah seperti hasil panen mereka. Berlaku sebaliknya, jika tidak melakukan tradisi ini masyarakat akan mengalami gagal panen dan hasil ternaknya tidak akan subur.

Tempat yang dipilih untuk melaksanakan Tawur Nasi biasanya adalah tempat yang dikeramatkan  yaitu Sumber Puden (patilasan dari tokoh pendiri desa yang dihormati masyarakat setempat, dan terletak di tengan area pesawahan yang kering). 

Nasi yang sudah dilempar-lempar pada saat ritual, akan digunakan untuk berbagai keperluan seperti makan ternak atau dilempar ke sawah untuk mengusir tikus dan hama.

Makepung

Adat ini dilakukan oleh Masyarakat Bali sebagai hiburan. Makepung sendiri artinya Balapan Kerbau. Awalnya tradisi ini hanyalah permainan para petani di sela-sela waktu luangnya saat membajak sawah. Namun belakangan ini mulai banyak digemari oleh masyarakat sekitar dan banyak turis asing pun menonton pertunjukkannya.

Tradisi Makepung juga dilaksanakan saat merayakan hari besar, seperti hari kemerdekaan. Sebelum pelaksanaan, kebau-kerbau dihias menjadi cantik dan menarik dipandang. Pemenangnya bukan peserta yang pertama kali mencapai garis finish, tetapi dilihat dari joki yang mampu mengarahkan kerbaunya berjalan lurus, tetap tegap, dan tidak sempoyongan.

Dugderan

Berasal dari Semarang, Jawa Tengah dan sudah diadakan sejak tahun 1881. Tradisi Dugderan merupakan salah satu ekspresi rasa rindu dari masyarakat setempat terhadap bulan Ramadan disebut juga sebagai tradisi menyambut Bulan Ramadan. Kegiatan akan dilaksanakan sekitar 1-2 minggu sebelum Ramadan dan berakhir sehari sebelum pelaksanaan Ibadah Puasa.

Kata Dugderan itu sendiri berasal dari perpanduan suara bedug (dug) dan letusan petasan (der). Bedug dalam tradisi ini digunakan sebagai penanda telah memasuki Bulan Ramadan, dan kembang api/mercon sebagai penanda kebahagiaan akhir Bulan Puasa dan datangnya Idul Fitri.

Tradisi Dugderan dilaksanakan di tempat-tempat berbeda seperti. Biasanya di awali dengan masyarakat yang menggelar pasar kaget, dilanjutkan dengan karnaval.

Tindik Daun Telinga

Tradisi tindik daun telinga sudah berkembang di Suku Dayak sejak abad ke-17. Masyarakat di sana menyebutnya "penandaan tubu" Tradisi ini berlaku untuk laki-laki dan perempuan namun dalam pelaksanaanya tidak sama. Untuk laki-laki tidak sembarang orang dapat melakukan tindik daun telinga, hanya berlaku bagi pemimpin suku atau panglima perang hal tersebut dilakukan sebagai tanda dan kehormatan atas posisinya tersebut.

Berbeda dengan laki-laki, bagi perempuan tindik daun telinga yang dilakukan adalah dengan cara memperbesar lubang daun telinga menggunakan anting-anting pemberat yang digunakan untuk jangka waktu yang lama. Penduduk Suku Dayak mempercayai bahwa semakin besar lubang daun telinga perempuan dia akan terlihat semakin cantik dan status sosialnya menjadi tinggi.

Selain mempunyai makna tersendiri, tradisi tindik daun telinga juga merupakan bentuk kegiatan seni yang berkaitan dengan ritual inisiasi seperti kelahiran, kematian, perkawinan dan ritus tertentu.

Mapasilaga Tedong

Tradisi ini diwariskan secara turum-temurun oleh warga Suku Toraja. Mapasilaga tedong yaitu budaya adu kerbau. Bertujuan untuk menghormati arwah para leluhur.  Kerbau yang digunakan dalam tradisi ini adalah berjenis albino yang cukup mahal. Aturan permainannya adalah kerbau yang meninggalkan lapangan atau sering terjatuh dianggap kalah.

Puncak dari tradisi mapasilaga tendong ini adalah ketika dilakukannya prosesi pemotongan kerbau dengan tata cara khas sesuai dengan Masyarakat Toraja yaitu dengan melakukan sekali penebasan ke kepala kerbau yang masih hidup dengan menggunakan sebuah parang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun