Saat pertama bertemu, tua tak pernah menyimpan ku di tumpukkan terakhir
Secara runtin menjaga ku dari serangan kuman hingga debu pun malu untuk singgah
Belakangan ini aku mendengar tuan telah mendatangkan tamu
Tak cukup hanya sekali, ku dengar lagi, lagi, dan lagi
Lambat laun aku terus tergeser ke zona degradasi
Lalu tiba-tiba tuan membawa ku kembali
Hati ini terbang saking bahagianya
Ku dapati diri ku dibersihkan hingga dihangatkan di bawah terik mentari
Asumsi ku, tuan akan menggunakan ku sebagai tangan kanan dalam setiap pestanya
Namun sampai tubuh ku kering kerontang Tertimpa badai secara berulang
Tuan tak kunjung menjemput ku
Hingga suatu hari di saat aku mulai lelah bertahan
Tuan akhirnya memindahkan ku dari terik dan badai ini
Tapi ironis
Tempat ini bukan tempat asal ku
Melainkan pijakan para kaki penuh debu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H