Engkau laksana kain sutra di tengah badai salju
yang kemudian saat terik akan bermetamorfosis
menjadi mata air berasa manis
menyejukkan tanpa membiru
Saat para jati mulai berguguran
engkau tetap rimbun, berdiri dengan elegan
bahkan mentari musim semipun tak mampu
mengalahkan sinarmuÂ
Ketika anakmu yang rapuh ini merengek takut untuk mengitari labirin
dengan sigap engkau merangkul tanpa ragu
sembari sesekali menatap peta buta, tak kau lepaskan genggamanmu
untukku meskipun medan ini terjalnya tak berkira
Rasanya jikapun itu semua permata di dunia
tidak akan cukup untuk membalas budi juga
engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa
yang berdedikasi bagi negeri kita tercinta
Semua baktimu terukir kuat di benak
tertanam subur dalam ingatan
dan tak akan mudah terhentak
sekalipun aku tak lagi bertahan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H