Mohon tunggu...
Pitri Lestari
Pitri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Sometimes, your best is not good enough

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bumerang

8 Maret 2023   05:22 Diperbarui: 8 Maret 2023   05:29 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Marta Wave: pexels.com

"Roy, ibu dengar di kebun buah milik Bong ada teror yang memburu para burung. Apakah kamu tahu tentang rumor tersebut?" Kata ibu sambil menyiapkan makan siang. "Hah? Yang benar bu?" Roy bertanya keheranan. Setelah selesai makan siang akhirnya Roy memutuskan untuk pergi ke kebun buah Bong dan melihat apa yang sebenarnya terjadi di sana. Kebun Bong terkenal sebagai kebun buah yang sangat indah. Setiap hari Bong selalu menyiram pohon-pohon buahnya, tidak lupa dia juga akan memberinya pupuk sehingga buah-buah yang dihasilkan pun besar dan manis. Oleh karena itu Roy tidak percaya bahwa di sana telah terjadi teror yang memburu para burung.

Di bawah terik sinar matahari di musim kemarau, Roy seeorang anak yang pemberani mengedarai sepedanya dengan tergesa-gesa. Tidak lama kemudian dia sampai di taman buah Bong. Roy langsung mengamati apa yang terjadi di sekitarnya. Tiba-tiba matanya terbelalak melihat beberapa ekor burung yang terluka di atas tanah. Dia pun mendekati burung-burung itu. Namun tiba-tiba sebuah batu sebesar kelereng menimpa kepalanya. "Aduh, apa ini? Siapa yang melakukannya?" Ucap Roy.

Dari balik semak di samping taman buah Bong muncul. "Roy, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Bong sambil mendekati Roy. "Iya aku baik-baik saja. Apa yang sebenarnya terjadi di taman Buahmu Bong" sahut Roy sesekali memegang kepalanya yang terkena batu tadi. "Aku hanya mencoba untuk mengusir burung-burung pengganngu itu dari kebunku dengan cara menembakan beberapa batu menggunakan katapel ini ke arah mereka" Bong menjelaskan. "Bong tindakan kamu tersebut menyakiti para burung itu, kamu harus segera menghentikannya" Roy memberi tahu Bong dengan sedikit emosi. "Roy ini kebun buahku, aku yang merawatnya. Kamu tidak akan tahu bagaimana rasanya ketika kebun yang kamu rawat dirusak oleh burung-burung itu." Setelah berbicara Bong masuk ke rumahnya meninggalkan Roy sendirian.

Dalam perjalanan pulang Roy menggerutu di dalam hati. Sesampainya di rumah ibu bertanya "Bagaimana Roy apa yang terjadi di kebun buahnya Bong?" Roy tidak menjawab hanya memberikan sebuah batu yang tadi menimpa kepalanya dan masuk ke kamar.

Sore harinya ibu mengetuk pintu kamar Roy dan memberitahukan bahwa kebun buah Bong sekarang hampir rusak sepenuhnya. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh ibu Roy tidak ingin tahu, tapi akhirnya dia kembali ke kebun buah Bong karena merasa kasihan kepada Bong. Roy mengendarai sepedanya dengan cepat. Karena hari sudah mulai petang jalanan sedikit gelap sehingga secara tidak sengaja Roy telah melindas batu dengan sepedanya dan dia pun terjatuh. Roy dengan gigihnya bangun kembali kemudian melanjutkan perjalanannya.

Setelah tiba di kebun buah Bong, Roy mencari-cari keberadaan Bong namun dia tidak menemukannya. Benar apa yang dikatakan ibu, kebun buah Bong sekarang hampir hancur sepenuhnya. Beberapa saat kemudian terdengar suara tangisan di balik semak-semak Roy segera mencari tahu dan akhirnya Roy dapat menemukan Bong.

"Bong aku minta maaf atas ucapanku tadi siang. Kamu baik-baik saja kan?" Ucap Roy setelah menemukan Bong. "Tidak apa-apa Roy kamu benar, tidak seharunya aku menembak para burung dengan batu untuk mengusir mereka dari kebunku. Waktu itu aku sama sekali tidak bisa memikirkan cara lain." Sahut Bong sambil menangis. "Baiklah Bong sekarang semuanya sudah terjadi dan kamu juga sudah menyadari bahwa tindakan itu tidak benar. Aku tahu kamu pasti marah dan kecewa karena kebunmu rusak. Sekarang mari untuk mengiklaskannya saja. Dan besok kita tata kembali sehingga kebunmu akan lebih bagus lagi dari yang sebelumnya. Nanti kita pikirkan juga bagaimana cara untuk mengusir para burung tanpa harus menyakiti mereka. Papar Roy berusaha menenangkan Bong.

Kekacauan di kebun buah Bong belum terselesaikan namun Bong sekarang mulai merasa tenang karena Roy sahabatnya selalu ada utuknya. "Roy bagaimana kalau kita makan buah dari kebunku dulu sebelum kamu pulang, dan kamu juga boleh membawanya beberapa. Kebetulan sebelum kebunku rusak parah aku telah memetik beberapa buah yang besar dan segar" "Wah ide bagus, ayo!!" sambut Roy dengan gembira.

Sebelum memakan buah Roy dan Bong mencuci tangan dan kaki mereka dahulu agar tidak ada kuman yang ikut masuk ke dalam tubuhnya. Sambil memakan buah Roy mengamati di sekitar rumah Bong. Dia pun bertanya "Bong apa itu gudang?" sambil menunjuk sebuah ruangan. "Iya Roy itu gudang di sana ada beberapa barang yang sudah tidak digunakan tapi aku belum membuangnya." Sambung Bong. "Ahh, aku punya ide bagaimana kalau kita membuat pengusir burung dari barang-barangmu yang sudah tidak terpakai itu Bong?" Celoteh Roy. "Hah? Dari barang-barang yang sudah tidak terpakai itu bisa untuk mengusir burung-burung di kebunku. Tapi bagaimana caranya Roy?" sahut Bong. "Kita pikirkan nanti saja Bong" Jawab Roy dengan santai. Mereka berdua pun tertawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun